Chapter 30. | Hati Yang Goyah |

9.2K 1.2K 55
                                    

Dulu selagi remaja, pikiran Agarish begitu sederhana. Ia melakukan apa yang ia mau dan dianggapnya benar. Mengabaikan apa yang tidak disukainya, meninggalkan apa yang dianggapnya salah, dan menyepelekan yang terhitung tidak penting.

Namun, seiring bertumbuh dewasa, ia mengalami banyak perubahan dan mendapat banyak pemahaman.

Ternyata menjalani kehidupan tidak bisa berdasarkan asas suka dan tidak suka.

Segala hal terasa rumit. Banyak yang harus diperhatikan, dipikirkan, dan dipertimbangkan sebelum melangkah atau memutuskan sesuatu. Tidak ada lagi kata kebebasan untuk kita yang low power.

Berbagai hal tetap dilakukan meski ia tidak menyukainya, pun dirinya diharuskan menahan untuk sesuatu yang digemarinya. Menyebalkan sekali.

Begitulah kehidupan yang Agarish ketahui di usianya ke 26 tahun.

Pening urusan kerjaan beradu dengan kalutnya percintaan.

Tapi siapa peduli dan mau mengerti?

Dalam dunia kerja semua orang berlomba-lomba menjadi yang terbaik, dan orang-orang yang tidak kompeten  sudah pasti akan tersingkirkan.

Terlebih tidak mudah bekerja di Negeri orang, karena itu kita harus lebih baik dibandingkan yang lain untuk tetap berdiri di posisi kita. We have to be twice as good as them.

Berkali-kali ia mengingatkan diri sendiri untuk bersikap profesional. Jadi Agarish harus mengesampingkan resahnya sementara. Kembali pada tujuannya datang ke London. Menghadiri Pra- Construction meeting, melakukan presentasi dari pihak kontruksi, untuk melakukan kesamaan persepsi antara pihak-pihak yang berkontrak.

Ia berdiri di sisi layar proyektor memaparkan materi presentasinya. "Ini merupakan foto sekitaran kawasan sebelumnya, terdapat beberapa bangunan serta halaman luas yang nampak tidak terurus." Slide presentasi berganti. "Setelah dilakukan peninjauan, pengukuran, dan sebagaimana rancang bangunan yang diinginkan. Ini design dari pihak kami....."

Posisinya pada proyek ini adalah seorang freelance Drafter, tugasnya menggambar secara lebih detail dalam bentuk 3D hasil rancangan si arsitek dari sisi interior.

Penjelasan, pertanyaan dan masukan terus bersahut-sahutan di ruangan meeting siang ini. Tatapan Agarish sering berpindah dari layar proyektor ke planner yang ia pegang, sesekali tangannya menyoret dan mengganti sesuai instruksi.

Beruntungnya designnya hanya memerlukan sedikit perubahan.

Saat pembahasan sudah berganti mengenai bahan bangunan, Agarish menghembuskan napas berat tak kentara selagi duduk ke kursinya. Tidak lagi mengikuti jalannya rapat yang semakin lama semakin terdengar kabur di telinganya.

Ada kecemasan sekaligus ketakutan yang menyergap perasaannya, menimbulkan rasa tak nyaman menendang-nendang dadanya. Ia tak lagi bisa membohongi perasaannya bahwa ia mengkhawatirkan Sephora.

Kemana?

Dimana?

Ada apa? Sampai Sephora tak menghubungi hampir seminggu ini, setelah perempuan itu kembali lebih dulu ke Indonesia.

Dirinya kecolongan?

Apakah ibunya berulah?

Atau Sephora yang memutuskan usai secara sepihak dan ia ditinggalkan tanpa alasan?

Segala kemungkinan bisa saja terjadi disaat mereka berjarak. Apalagi jika ditarik mundur, pun banyak pria yang jauh lebih mapan dan baik darinya tertarik pada Sephora.

Godaan terbesar perempuan adalah saat pasanganmu tak mampu memberi lebih banyak hal, sedangkan orang yang menyukainya akan memberikan dan melakukan segalanya.

AGARISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang