Chapter 42. |Negative Off|

11.7K 1K 200
                                    

•HappyReading•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HappyReading

Negative lagi!

Ketiga tespeck di tangan yang menunjukan satu garis itu melayang membentur kaca sebagai bentuk pelampiasan. Tatapan marah, terluka, kecewa tergambar jelas lewat pantulan wajah di depannya, menyerang hingga rahangnya menggeretak. Ia mencengkram pinggiran wastafel makin erat.

Untuk kesekian kalinya, hasil itu tetap sama.

Bila tak ada yang berubah, berarti ada yang salah.

"Kayaknya gue mesti periksa. Kalau perlu ganti partner sekalian."

Haidar yanga sedari tadi nampak sibuk menekuri ponsel di ambang pintu kamar mandi akhirnya mendongak. Memberikan perhatian sepenuhnya pada Mika dengan tampang datarnya, juga kening berkerut dalam.

"Kali ini kenapa lagi?" tanya Haidar begitu sudah berdiri di samping Mika. Ia kantongi ponselnya ke dalam saku celana hitamnya yang licin. Lalu mengambil salah satu tespeck yang ada di dalam wastafel.

"Ada yang nggak bener ini. Perasaan kita udah usaha bikin hampir tiap malam. Gue juga udah minum pil penyubur, jaga pola makan." Menggeser tubuhnya, Mika tatap Haidar, lehernya mendongak agak karena berbedaan tinggi keduanya.

Menggeser tubuhnya mendekati Haidar, Mika melipat tangan di depan dada. "Kata orang, lewat jalur non halal malah cepet jadinya. Mana nih? Nggak ngefek apa-apa tuh ke kita," lanjutnya senantiasa nyerocos. Walaupun lawan bicaranya tetap betah akan kebungkamannya.

"Menurut lo apanya yang kurang?" Menarik napas panjang, Mika berjalan mondar-mandir tak tenang, otaknya penuh dengan segala asumsi yang ditemukanya. "Gaya kita? Durasi? Kesuburan? Kayaknya gue harus bener-bener priksa deh besok, siapa ya Dokter kandungan yang kosong? Eh, jangan di Rumah Sakit gue sih, cari yang lain aja..."

Haidar menyandarkan pantatnya pada pinggiran wastafel, menumpuhkan sebagian beban tubuhnya di sana. Mendengar ocehan Mika, Haidar dapat menarik satu kepahaman.

Yaitu, ketidakbenaran itu adalah Mika sendiri. Diri perempuan itu yang bermasalah. Pemikirannya yang... Gila! Pengen punya anak, tapi tak ingin terikat.

Dan bodohnya dirinya juga, mengiyakan.

"Lo ikut periksa nggak, Dar?"

Menaikan salah satu alisnya tinggi, Haidar berucap tanpa nada, "Lo cuma mau anak, bukan mengharuskan segera," komennya pendek. Namun, tepat.

Busur semu berupa fakta itu mengusik kegelisahan Mika yang terkesan ngotot dan terburu-buru.

"Ya tapi, kan, tetep aja." Mika meliarkan bola matanya, mengais kata-kata untuk mendebat. Ada harga diri yang harus ia jaga. "Kita harus bersiap meskipun usaha kita masih beberapa bulan... ya—, ya—, itu. Kita, kan jadi bisa mengantisipasi dan memperbaiki sedini mungkin kalau emang hasil pemeriksaannya jelek," kilahnya.

AGARISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang