Chapter 14. |Membangkang |

12.4K 2K 227
                                    

•HappyReading•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HappyReading

S

ore tadi ia mengiyakan kemauan Gendis untuk mengantarnya pergi. Setiap ia bertanya kemana, Gendis seakan menutupinya dan membahas hal lainnya.

Agarish tak menuntut jawaban lebih jauh, sebab ia pun ingin bertemu, selagi ada yang mau ia bicarakan.

Tentang ketidaksukaannya atas instruksi sang ibu yang menyuruh Riska datang ke apartemennya.

Oke, Agarish tidak dapat menampik, malah bersyukur atas perhatian yang diberikan dan niat baik ibunya yang jelas-jelas mengkhawatirkan kondisinya begitu tinggal sendiri.

Tapi tidak dengan caranya.

Apartemen itu adalah rana pribadinya, privasinya. Tidak seharusnya ibunya memberi akses pada orang asing untuk masuk ke dalam tempat tinggalnya.

"Masuk, Agarish!" geram Gendis selagi menggeret anak bungsunya masuk ke dalam Restoran milik Riska.

Pantang menyerah dan keras kepala sekali ibunya ini. Lagi, dan lagi kembali mendekatkannya pada Riska. Padahal jelas-jelas sudah Agarish perlihatkan keengganannya. Bahwa dirinya tidak menyukai gagasan tersebut.

Restoran Nusantara milik Riska malam ini ramai pengunjung, hampir semua kursinya terisi penuh. Meja bernomor 15 yang berada di ujung langsung menghadap taman kecil sekaligus bagian outdoor, menjadi tempat ia duduk sekarang. Menunggu sang pemeran tambahan bergabung.

"Itu muka jangan cemberut terus, senyum!" titah Gendis.

Agarish berdecak. "Iya, iya...." Ia menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyum lebar. Bukannya menampakkan raut kebahagiaan, melainkan, terlihat menyeramkan.

"Agarish!" Gendis cubit lengan anaknya, hingga mengaduh kesakitan.

Agarish terkekeh meledek. Sejak kecil ia selalu diam tak berkutik ketika Gendis memarahinya. Tapi tidak juga benar-benar menyerap apa yang disampaikan sang ibu. Ia hanya menyengir sambil menganggukkan kepala sok mengerti sambil menatap ibunya penuh kasih sayang.

"Awas ya kamu, kalau sampai bikin Ibu malu sama kelakuan kamu itu!" tegas Gendis.

Agarish mendengkus sembari mengusap lengannya yang panas. Ibunya ini pembawaannya kalem layaknya Putri Jawa. Tapi tetap saja, ada galak-galaknya dan mengejar apapun yang diinginkannya sampai dapat.

Tak berselang lama, Mawar datang bersama Riska bertepatan dengan makan malam yang diantarkan pegawai.

Agarish menikmati makan malamnya dengan tidak selera. Ia hanya mengangguk kecil atau berdehem guna menjawab pernyataan ibu ataupun Mawar setiap kali berusaha menyertakannya masuk dalam obrolan.

Meski tidak menunjukan secara terang-terangan jika dirinya terpaksa berada di sini. Orang disekitarnya tentu saja dapat merasakan kepekatan yang ada dalam diri Agarish. Seakan memberitahukan ia terpaksa berada di sini.

AGARISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang