Prolog

135 11 12
                                        

Hidupku mulai berantakan saat aku jatuh cinta dan menemukan Kenyataan pahit. Orang yang paling aku percayai menciptakan luka dan meninggalkannya begitu saja, hingga membekas.

"Lo sadar gak, sih?!"

"Gue milih Mira, karena dia lebih cantik dari lo. Sikapnya lebih terjaga dan lebih kalem dari, lo. Punya otak buat mikir. Lo sama Mira beda jauh. Mira dengan kelembutan hatinya dan peka sama sekitarnya. Sedangkan lo, gak peduli sam sekitar lo. Termasuk gue, sahabat lo. Lo tuh selalu mikirin diri Lo sendiri, tanpa mikirin sekitar lo gimana."

"Gue. Mau jadi sahabat cuma kasihan ngeliat lo dipojokin satu sekolah dengan penampilan culun lo itu."

"Aslinya gue juga gak Sudi temenan sama lo,"

***

Setelah sahabat, kini beralih pada keluargaku yang selalu menuntut agar aku selalu lebih tinggi dari teman-temanku. Mulai dari nilai setiap mata pelajaran, prestasi, lomba, kejuaraan nasional. Semuanya membuatku terobsesi dan tidak pernah mau mengalah.

"Pah, mah. Aku juara dua dikelas, sama masuk kategori siswi pintar di sekolah!"

"Heh! Juara dua bangga. Dapat apa kamu dengan juara dua itu?! Gak berguna."

"Sia-sia kami menyekolahkanmu disana. Buang-buang uang saja."

"Tapi, mah, pah ... "

"Saya gak Sudi dipanggil mama oleh kamu. Bodoh."

***

Selamat menikmati dengan ditemani secangkir kopi agar lebih mendalami.

63 Hari & IsinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang