Klontang ...
"Pake jatoh, lagi," Azelia mengambil panci untuk membuat sebungkus indomei goreng.
Penampilannya yang masih menggunakan piyama dengan rambut seperti singa, nekat membuatnya memasak mei instan. Mungkin karena dia tidak makan malam jadi pagi ini dia kelaparan.
Dia terbangun dengan kondisi rumah yang sudah sepi. Pasti orang tuanya pergi tadi malam dan tidak pulang, lagi.
Azelia merebus air lalu memasukkan mei itu saat sudah mendidih. Sembari menunggu mei-nya matang ia membuat jus pisang. Hanya itu yang ada di dalam kulkasnya.
Azelia menyantap makanannya sendirian di meja makan. Tidak ada yang namanya makan bersama keluarga. Sudah biasa baginya.
Pewangi Ravi'ka
Ze, dimana Lo?
Azelia membuang napasnya malas. Ternyata tidak penting. "Ganggu orang meditasi, aja," Gumamnya lalu mencuci piring yang di pakainya.
***
"Aze mana?" Tanya Nendra mengedarkan matanya.
"Lo nanya sama siapa? Mata lo tolah-toleh gitu," ujar Ravi melihat bola mata Nendra yang bergerak-gerak.
"Lo, lah, siapa lagi?" Pungkas Nendra meliriknya.
"Gatau,"
"Ngambek lo sama gue?" Seru Nendra merasa aneh dengan raut wajah Ravi.
"Kaga anjir,"
"Lah, itu, Lo jawabnya kaya cewek kalo ngambek sama pacarnya,"
"Gue emang nggak tau, bego. Gue chat belum dibales," kata Ravi nyolot dan pergi dari sana.
***
"Selamat pagi anak-anak," sapa guru wanita masuk kelas lalu menaruh barang bawaannya dimeja.
"Hari ini kalian kedatangan murid baru. Dia pindahan dari Surabaya," semua siswa saling menatap bingung, menebak-nebak murid baru itu.
"Silakan masuk," seluruh mata tertuju pada seorang gadis yang melangkahkan kakinya masuk ke kelas dengan senyum manisnya.
"Gila, cantik banget," lirih salah satu murid laki-laki terpesona.
"Halo semua, aku Mira Hendrawan. Kalian bisa panggil Mira," Mira memperkenalkan dirinya. Bu Dina mempersilakan Mira duduk di bangku kosong.
Mira berjalan menuju bangku kosong di urutan nomor 2 bagian tengah.
"Ada orangnya," ujar Nendra menarik kursi bangku itu dengan wajah dingin.
Mira mengangguk kikuk. "Oh maaf," ia beralih duduk di bangku paling pojok sebelah kanan. Wajahnya terlihat sebal.
Sedangkan Ravi sibuk bermain tiktok di ponselnya. Meskipun ia duduk di urutan pertama. Nyalinya besar, sehingga menjadi langganan amarah guru yang mengajar.
"Buka halaman 27, kalian kerjakan soal di sana." Ujar Bu Dina.
"Bu, inikan belum dijelasin," protes Damar, ia langsung mendapatkan tatapan sinis dari Bu Dina yang membuat langsung cikep.
KAMU SEDANG MEMBACA
63 Hari & Isinya
Literatura Feminina"Kami satu darah dengan dua takdir." Gadis berpostur badan tinggi dengan rambut panjang hitam pekat, siswa SMA kelas akhir. Namanya, Azelia Putri Kencana. Ia mempunyai saudara kembar namanya, Azelna Putri Kencana. Namun ini dari sudut pandang Azeli...