Better (17)

1.3K 216 11
                                    

Happy Reading!!

"Baris yang rapi!"

Perintah dari Bu Yona, selaku guru BK di SMA Karya Anak Bangsa itu langsung membuat barisan murid yang terdiri dari lima siswa itu berjejer rapi seraya menunduk takut. Namun, ada satu gadis yang berdiri dengan wajah santainya diantara murid yang lain.

Bu Yona pun menatap wajah satu persatu murid dihadapannya, hingga pandangannya terhenti pada gadis itu. Wajah yang sangat dikenalinya itu berhasil membuatnya menghembuskan nafas panjang, mendadak kepalanya langsung migrain hanya dengan melihat wajahnya.

"Zahra Nur Khaulah! Kamu lagi, kamu lagi. Kamu itu murid baru disini enggak malu apa dihukum terus?!"Tanya Bu Yona seraya menggeleng-gelengkan kepalanya kecil.

"Kalau saya enggak bikin masalah, nanti ibu enggak ada kerjaan dong"Jawab Ara santai. Ia hanya menampilkan cengiran kecilnya.

Bu Yona yang mendengarnya pun mendadak frustasi dan lagi-lagi hanya bisa menghela nafas panjang, ia pun berlalu meninggalkan barisan siswa itu dan menuju kumpulan siswa yang baru saja datang.

Wanita paruh baya itu terlihat berbicara sesaat dengan tiga orang siswa yang wajahnya sudah terkenal seantero SMA Karya Anak Bangsa itu. Para inti anggota OSIS SMA Karya Anak Bangsa.

Tak lama setelah berbincang, tiga orang itu yang tak lain adalah si ketua OSIS siapa lagi kalau bukan Chika. Disamping kanan terlihat disana ada Dey dan sebelah kiri ada Eli yang memasang wajah galaknya. Mereka bertiga berjalan mendekati barisan murid bermasalah tadi.

"Berdiri tegap!"Perintah Yessica Tamara, sang ketua OSIS SMA Karya Anak Bangsa.

Matanya menatap lurus pada satu persatu siswa yang tengah berbaris dengan tubuh tegap. Kecuali Ara, gadis itu hanya berdiri asal-asalan dengan wajah datar.

Chika pun berjalan mendekat kearah Ara.
"Ara."Ucap Chika ketika melihat Ara yang sedang berdiri dengan santai.

Chika mengernyitkan keningnya, membuat kedua alisnya saling bertautan.

"Ara, kamu ngapain? Kenapa bisa kamu dihukum kayak gini?!"Tanya Chika pada Ara.

"Ya, terus? Suka-suka gue dong. Nih ya, kalau gue enggak buat masalah lu pada enggak bakal punya kerjaan!"Jawab Ara santai.

"Ingat poin kamu Raa, tinggal sisa dikit. Nanti kamu dikeluarin dari sekolah!"Usai mengucapkan hal itu, Chika pun beralih mencatat nama empat siswa lainnya.

"Orang gue yang punya sekolah ini"Gumam Ara.

Ara menghitung-hitung poinnya yang tersisa sekarang, ia pun menatap Chika, Eli dan Dey yang baru saja hendak pergi menghampiri murid lain.

"WOI! MINUS GUE BERAPA?!"Teriak Ara tak tahu malu.

"DELAPAN!"Balas Eli dengan suara yang tak kalah keras yang membuat Chika terlonjak kaget.

Bagaimana tidak, Eli berteriak tepat disebelah Chika dengan suara yang mirip toa masjid itu. Bisa bayangkan sendiri bukan?

Mendengar jumlah poin minus yang ia dapatkan, Ara meringis sendiri. Bukan karena ia takut untuk dikeluarkan dari sekolah, tapi ia takut dengan amukan Veranda jika seandainya mamanya itu tau.

"Gimana kalo misalnya mama gue tau, ah sial!"Gumam Ara.

........

Teng! Teng! Teng!

Bunyi bel yang menandakan jam istirahat tiba membuat guru yang tadinya sibuk yang menjelaskan didepan sana kini berhenti dan membereskan barang-barangnya. Beberapa murid bahkan sudah berlarian keluar dari kelas, sebelum guru itu keluar.

"Dey, Li kantin enggak?"Ucap Chika pada dua sahabatnya itu.

"Ya kali enggak kuy!"Ucap Dey dan Eli secara bersamaan.

Ia segera membereskan buku-buku yang berantakan diatas mejanya, kemudian ikut keluar dari kelas bersama kedua sahabatnya.

Begitu berjalan menyusuri koridor kelas dua belas, terdengar beberapa siswa sedang bergosip didepan kelas mereka, yang tentu saja membuat Chika menjadi penasaran.

"Eh, itu kenapa sih? Mereka pada ngomongin apa?"Tanya Chika pada Dey yang yang berjalan disebelah kanannya.

Sementara Eli berjalan dibagian kiri Chika, jadilah gadis itu berada ditengah-tengah kedua sahabatnya.

"Aduh, Lu masa gak tau Chik? Ini tuh berita heboh banget di grup semalem!"Ucap Eli heboh sendiri.

Chika meringis kecil mendengarnya. "Semalem gue ketiduran, jadi gak buka-buka hp sampe sekarang. Emang ada apa sih? Pak Samudra putus sama pacarnya?"

"Bukan! ini berita hot dari berita putusnya Pak Samudra sih"Ucap Dey.

Sontak Chika mengehentikan langkahnya, membuat langkah Dey dan Eli juga berhenti. Kening Chika mengernyit bingung, berita apa kiranya yang lebih menghebohkan dibanding putusnya Pak Samudra, guru favorit dan kesayangan SMA Karya Anak Bangsa?

Pasalnya, seluruh murid SMA Karya Anak Bangsa baik dari jurusan IPA maupun IPS sangat menunggu berita putusnya guru tampan itu. Sangat dinanti-nantikan.

"Apa dong?"Tanya Chika menuntut.

"Lu tau adik kelas dari jurusan IPA, namanya Salsa?"Tanya Eli dengan antusias.

Chika merasa tak asing dengan nama itu, ia berusaha menggali ingatannya lebih dalam.

"Ah, yang sering menangin olimpiade sains itu?"Tebak Chika yang dihadiahi anggukan oleh Dey dan Eli. "Emang nya dia kenapa?"

Sedikit heran karena Salsa kembali menjadi perbincangan, setahunya Salsa ini anaknya nya enggak neko-neko. Ia beberapa kali pernah bertemu Salsa saat berlatih untuk olimpiade.

"Dia meninggal katanya, karena penyakit jantung"

Ucapan Eli barusan berhasil membuat kedua mata Chika membulat seketika. "Serius?"

"Iya. Katanya juga, kembaran dia si Salma, siswa yang ikut pertukaran pelajar itu juga meninggal karena kecelakaan. Mereka meninggal samaan gitu deh"Tambah Dey yang membuat Chika bertambah terkejut.

"Terus nih, Papanya Salsa sama Salma dituntut sama mama mereka atas tuduhan kekerasan anak dibawah umur dan pengancaman"Ucap Eli lagi "Jadi, Selama ini Salsa tuh katanya sering disiksa sama sama papanya"

Mendengarnya membuat Chika tambah meringis.
"Tega banget! Anak sendiri kok dikasarin sih!!"Ucap Chika geram.

Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran papanya Salsa itu. "Emang ada ya orang tua sekejam itu?"Gumam Chika yang sibuk dengan pikirannya.

"Ada, Lu nya aja yang terlalu naif liat dunia ini"Bukan, itu bukan suara Eli ataupun Dey yang menjawab. Suara gadis itu membuat Chika mendongakkan kepalanya menatap gadis yang berada dihadapannya.

"Ara, kamu nguping ya?"Pekik Chika.

Namun, Ara sama sekali tidak mengindahkan pekikan gadis itu, ia hanya menatap datar pada Chika dan teman-temannya.

"Minggir!"

Mendengar perintah Ara membuat ketiganya secara langsung menuruti perintah gadis itu. Tubuh mereka seolah bergerak sendiri tanpa diperintah untuk memberikan jalan pada Ara untuk lewat.

..............................Chikara..............................

Hai, apa kabar? Maaf up nya lama.
Gimana? Part kali ini? Semoga suka yaaa.

Jangan lupa vote and comment nya, makasih.

Anyoeng!!

Better Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang