“Kamu pakai baju yang ada di dalam peti.”
“Baju dalam peti emas?”
“Ya, Sayang. Semua yang terindah hanya untuk wanita tercantikku.”
Dinda segera membuka peti itu dan matanya akan melompat keluar, begitu tahu isi di dalamnya.
“Ini punyaku semua? Benarkah?”
“Iya, Sayangku. Pakailah!”
Sosok tampan ini tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya. Akhirnya, sang pujaan hati bisa dibawa ke dunianya. Tak sia-sia, perjuangannya selama beberapa hari membius rasa sang pujaan.
Mata Dinda berbinar-binar melihat dalam peti terdapat aneka gaun indah berhias untaian permata, berbagai model perhiasan emas bertakhta intan berlian, sandal flip-flop, The Aribian shore dan juga tiara bertakhta berlian. Diana mendongak ke arah jin Timur Tengah yang sedang berdiri tak jauh dari pembaringan.
“Aku panggil kamu apa?”
“Namaku Mustafa Kemal. Panggil saja Mustafa,” ucap jin itu sembari menghampiri dan duduk menghadap Diana yang masih berselimut.
“Mustafa?”
“Ya, Jamila!”
“Namaku Dinda, bukan Jamila.”
“Jamila itu cantik,” balas Mustafa sambil melirik ke arah tubuh sintal Dinda yang berselimut.
Sosok tampan ini meniup selimut yang membalut tubuh wanita di depannya ini. Sontak selimut itu seketika terbang dan jatuh ke lantai, meski Mustafa meniupnya sangat lirih. Kini tubuh polos Dinda terpajang di depan mata sang pria.
Mustafa tersenyum nakal melihat Dinda yang blingsatan menarik selimut lainnya. Mustafa kembali berulah, tiupan kali ini agak kencang, membuat selimut terempas agak jauh.
Sang wanita segera mengambil salah satu gaun, bermaksud hendak memakainya, tapi tubuh polos Dinda keburu ditangkap tangan Mustafa. Ya, tangan pria tampan ini sanggup memanjang lebih dari satu meter.
Tubuh Dinda yang kedinginan didekap erat masuk Bisht. Bisa jadi Mustafa sengaja tak memakai thobe agar bau kasturi yang menguar dari tubuhnya bisa tercium Dinda).
(*Bisht adalah jubah pria Arab yang dikenakan di atas thobe (gamis pria).
Dinda yang selalu terbius aroma kasturi tak berkutik dalam jubah sang pria. Wanita ini pun menciumi dada sang pria yang berbulu lebat.
“Suka?”
Dinda mendongak lalu mengangguk dan seketika Mustafa melepas dan melemparkan bisht ke lantai. Kini tubuh Mustafa hanya memakai celana dalam saja.
Dinda semakin mempererat pelukannya dan Mustafa adalah jin yang paling tahu bagaimana membuat seorang wanita a manusia bertekuk lutut atas keperkasaannya.
“Kita bermain sebentar, Cantik.”
Tubuh Dinda diajak melayang oleh Mustafa ke awan. Di atas gumpalan awan di antara gemintang bermandikan cahaya purnama, kedua makhluk berlainan jenis memadu kasih.
Ditingkahi suara angin malam, jerit dan desahan mereka saling menimpa berpadu menjadi sebuah harmoni. Berakhir dalam beberapa kali hentakan, Dinda terkulai lemas dalam pelukan Mustafa yang tersenyum bahagia.
“Kau bidadariku. Aku akan selalu ada untukmu.”
“Terima kasih, Mustafa.”
Mustafa membawa tubuh Dinda meluncur ke sebuah ngarai. Mereka menyelam ke dalam sungai yang bening beraroma kasturi. Cahaya purnama di dunia ini beda jauh dengan dunia manusia.
Sinar rembulan bersinar terang bagai matahari tapi tak menyengat. Dunia ini tak pernah ada siang, hanya ada malam hari bertabur bintang di langit.
Dinda yang diajak menyelam ke dasar sungai meskipun tak bisa berenang. Benar-benar ajaib, wanita ini tak merasa kehabisan napas. Ia bisa menikmati keindahan dasar sungai bagai berjalan di atas tanah.
“Jamila, waktunya kita kembali,” bisik Mustafa lembut ke telinga Dinda.
Pria rupawan ini membopong tubuh sang wanita naik ke permukaan sungai lalu terbang kembali ke kediaman Mustafa.
Sekali lagi terjadi keajaiban, tubuh mereka kering dengan sendirinya oleh belaian lembut angin yang menerpa. Kedua kaki kekar Mustafa mendarat sempurna di atas permadani kamar. Kedua tangan sang pria meletakkan tubuh Dinda perlahan di pembaringan.
“Sekarang pakai gaunmu, Jamila,” ucap Mustafa sembari mengecup pipi Dinda.
“Kita pulang ke rumah? Peti ini boleh aku bawa?”
“Boleh. Ini milikmu, Jamila.”
Dinda segera memilih salah satu gaun lalu memakainya. Namun, ia tak mungkin menggunakan perhiasan agar tak dicurigai oleh suaminya. Mustafa menghilang meninggalkan Jamila.
Setelah Dinda selesai berbenah dan berhias, Mustafa pun muncul kembali dengan berpakaian lengkap ala manusia. Ia tersenyum melihat kecantikan Dinda yang semakin terpancar.
“Mustafa, gaun ini tak hilang saat kita sampai sana?”
Dinda membayangkan jika gaunnya menghilang, ia akan telanjang seperti saat sampai di dunia ini.
“Gaun itu akan tetap melekat di tubuhmu. Nanti kamu pulang diantar dayang. Ia akan menyamar menjadi temanmu.”
Tak lama kemudian, muncullah sosok yang sangat familiar bagi Dinda.
“Tami! Ini beneran kamu? Kita sudah lama tak bertemu.”
Dinda langsung memeluk wanita di depannya. Tami adalah teman karib Dinda saat SMP. Mereka terpisah sejak Tami ikut orang tua pindah ke luar pulau. Wanita yang dipeluk Dinda tersenyum saja.
“Jamila, ini dayang yang menyamar.”
Dinda seketika melepas pelukan begitu mendengar omongan Mustafa.
“Kamu tahu betul kehidupanku?”
“Ya, semua kutahu. Karena aku menyukaimu sejak kau lahir.”
“Kamu umur berapa?”
“400 tahun.”
“Kalian bangsa jin tak bisa mati?”
“Bisa. Sama kayak manusia. Hanya umur kami lebih panjang sampai ribuan tahun.”
Dinda tersenyum mendengar penjelasan kekasih gelapnya. Mustafa memeluk tubuh Dinda lalu mengecup bibir ranumnya.
“Aku akan menemuimu setiap saat. Kau pun bisa memanggil namaku setiap kau ingin. Tak perlu berkata apa pun tentang kepergianmu. Biar dayang yang menjelaskan semua.”
Setelah berkata Mustafa pun menghilang lalu dayang mengambil peti dan melipatnya jadi kecil dan disimpan dalam genggaman Dinda.
“Silakan dibuka saat Tuan Putri sampai rumah. Tanpa manusia lain tahu.”
Dinda tersenyum lalu mengangguk. Dayang ini kemudian memeluk tubuh Dinda dan seketika menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU
TerrorDinda dan Gito adalah pasangan pengantin baru. Mereka mengarungi rumah tangga baru dua bulan. Gito yang bekerja sebagai sekuriti, sering kali meninggalkan Dinda seorang diri di rumah saat malam hari. Sementara di samping rumah kontrakan mereka terda...