"Kamu tak salat? Kuliat kamu semalam salat, kan?”
“Iya, aku sudah selesai salat.”
“Alhamdulillah! Aku salat dulu.”
Dinda segera bangkit dari tempat tidur lalu beranjak menuju kamar mandi. Wanita ini mandi keramas untuk menghilangkan hadas besar. Di bawah guyuran air, tangisan tak terbendung. Ia telah digauli selain suaminya dan itu bukan bangsa manusia.
Dinda merasa malu dan ngeri, apalagi kini di dalam perutnya bersemanyam benih dari perbuatan zina mereka. Dinda meratapi nasib dengan air mata berlinang.Beberapa menit kemudian, ia telah selesai mandi dan berwudu. Ia keluar dari toilet langsung menuju musala kecil. Dinda pun segera mengenakan mukena dan memulai Salat Zuhur.
“Ya Allah, lindungilah aku! Betapa hina dina tubuhku ini. Beri aku petunjuk.”
Dinda menangis sesenggukan dalam musala dan tangisannya terdengar oleh Gito.
Sayang, Mas segera ke sana. Terus baca doa, ucap pria ini dalam hati.
Ajaibnya, ucapan dalam hati sang suami didengar oleh Dinda dan wanita ini enggan beranjak dari musala. Mustafa hanya mampu mondar mandir mengawasi.
Pria berambut cepak ini setelah menunaikan Salat Zuhur seharusnya pergi bekerja. Namun, terpaksa minta izin kepada bosnya karena sang istri menghilang.
“Bu, minta tolong tetangga buat persiapan. Aku dengan Kiai akan langsung ke kontrakan.”
“Santri-santri ikut Kiai juga ke sana?”
“Enggak, Bu. Cuma beberapa yang ikut ke sana. Aku udah siapin dus makanan dan minuman di jok motor. Aku langsung berangkat, Bu. Entar ketemu Kiai di sana.”
“Ya udah. Hati-hati, Le. Semoga Dinda segera ketemu.”
“Aamiin.”
Gito segera mencium tangan sang ibu lalu segera menuju sepeda motor.
“Assalamualaikum.”
“Wa'alaikumussalam.”
Gito segera mengendarai sepeda motor menuju jalan raya. Sepanjang perjalanan, ia berzikir dan berselawat. Pria ini ingin segera bertemu dengan Pak Kiai. Ada sebuah pertanyaan penting yang ingin diajukannya kepada beliau.
Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit lebih, Gito pun sampai rumah kontrakan. Ia segera memarkir motor di bawah rindang pohon mangga. Rumah ditinggal dua hari telah terlihat sampah-sampah dedaunan kering memenuhi halaman.
Gito segera mengambil sapu lidi dan mulai membersihkan sampah-sampah tersebut lalu membakarnya. Gito segera melepas tali rafia yang mengikat dus di jok motor lalu segera mengangkatnya. Pria ini melangkah ke teras sambil membaca doa lalu membuka pintu rumah.
“Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.”
“Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.”
Gito merasa sangat bersyukur, suara Dinda mampu didengar walau tak terlihat wujudnya. Dinda yang telah berdiri dekat pintu masuk hanya mampu menangis saat melihat kedatangan sang suami.Gito meletakkan dus-dus berisi makanan kecil dan minuman mineral di meja tamu.
“Mas, kenapa aku bisa diculik di rumah Ibu? Kata Kiai sudah aman dari ulah jin?”
“Sabar, ya. Insyaallah, biar Kiai yang menjelaskan. Nanti kita sama-sama mengaji di sini.”
Gito bergegas berjalan masuk lalu membuka semua pintu dan jendela yang ada. Gito sampai ke kamar tidur yang biasa ditempatinya bersama sang istri.Ia kaget karena jendela kamar tersebut dalam keadaan terbuka. Langkah kaki Gito kembali ke ruang tamu menemui Dinda, meski tak terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU
HororDinda dan Gito adalah pasangan pengantin baru. Mereka mengarungi rumah tangga baru dua bulan. Gito yang bekerja sebagai sekuriti, sering kali meninggalkan Dinda seorang diri di rumah saat malam hari. Sementara di samping rumah kontrakan mereka terda...