“Sayang, ayo turun!” pinta Gito membuyarkan lamunan sang istri.
Tentu saja, permintaan Gito yang lirik seketika membuat Dinda gelagapan karena dirinya sedang tak fokus.
“Oh, ya, Mas. Udah sampe?”
“Dari tadi. Jangan sering melamun, Sayang.”
Dinda segera turun dari motor, sedangkan Gito meluruskan standar. Setelah motor telah terparkir dengan bagus, mereka melangkah memasuki pertokoan.
“Jamila, kamu sudah punya banyak perhiasan dari aku. Tak perlu dari Gito,”ujar Mustafa di telinga Dinda.
Sosok Timur Tengah ini tak bisa menyembunyikan rasa cemburunya. Namun, Dinda pura-pura tak mendengarkannya. Justru wanita ini bergelendot manja di lengan suaminya.
Mustafa semakin terbakar amarah melihat kelakuan Dinda. Sosok Timur Tengah ini seketika meniup tubuh Gito hingga jatuh terjerembab, hingga Dinda hampir saja ikut terjatuh.
“Apaan yang barusan?” tanya Gito keheranan sambil bangkit lalu mengelus perut sang istri.
“Alhamdulillah, kamu gak ikutan jatuh. Kasian Dedek.”
Dinda tampak jengkel dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Mustafa.
Mustafa, udah cukup! Kamu kasar, aku tak sudi lagi, ucap Dinda dalam hati.
“Kamu gak apa-apa, Mas?” tanya Dinda sambil mengamati sekujur tubuh suaminya.
Gito sambil tersenyum memegang erat salah tangan Dinda.
“Mas gak papa. Ayo, jalan!”
Gito sempat membaui aroma kasturi di sekitar mereka dan ia hapal betul setiap aroma tersebut muncul selalu ada kejadian yang di luar nalar. Pria berambut cepak ini sudah menduga ada yang tak beres dengan kandungan istrinya. Ia akan membuktikan dugaannya nanti saat di rumah sang ibu.
“
Gito sempat membaui aroma kasturi di sekitar mereka dan ia hapal betul setiap aroma tersebut muncul selalu ada kejadian yang di luar nalar. Pria berambut cepak ini sudah menduga ada yang tak beres dengan kandungan istrinya.
Ia akan membuktikan dugaannya nanti saat di rumah sang ibu. Aroma kasturi masih menyengat, bahkan bulu kuduk Gito pun berdiri. Dinda yang tahu keberadaan Mustafa di antara mereka, mengedarkan pandangan, tapi tak tampak sosok kekasih gelapnya.
Langkah mereka terhenti di depan salah satu toko perhiasan. Dinda memilih gelang yang ia sukai lalu Gito membayarnya. Wanita bertubuh sintal ini sengaja tak mau berlama-lama di toko perhiasan karena ia tak mau jadi lapar mata.
Ia hanya membeli gelang dan harus menyisakan uang untuk keperluan lain. Dinda heran akan hilangnya aroma kasturi sejak masuk toko perhiasan. Embusan angin dingin yang biasanya mengiringi keberadaan Mustafa pun tak ada.
Biar ia pergi dulu. Suka banget berbuat nekat, batin Dinda dengan rasa jengkel, tapi sebelah hatinya masih mencari keberadaan sosok kekasih gelapnya.
Sementara itu, Mustafa yang sedang berdiri di atas atap pertokoan sedang merenung dan mengamati sekeliling. Tubuhnya yang tinggi menghalangi sinar mentari menjamah bumi. Seketika keadaan sekitar pertokoan menjadi gelap laksana mendung kelam hendak turun hujan.
Warga yang sedang hilir mudik di jalan sontak mendongak mencari keberadaan mendung yang membuat suasana gelap. Namun, mereka tak mendapati mendung hitam di langit. Justru tampak awan putih tersamar warna keabuan terdampak suasana gelap.
“Buruan belanja, Sayang. Kayaknya mau hujan lebat,” ucap Gito sembari menggandeng tangan sang istri menuju deretan toko baju.
“Gelap banget, Mas. Mau beli baju juga?”
KAMU SEDANG MEMBACA
JIN PENGHUNI RUMAH KOSONG LEBIH PERKASA DARI SUAMIKU
TerrorDinda dan Gito adalah pasangan pengantin baru. Mereka mengarungi rumah tangga baru dua bulan. Gito yang bekerja sebagai sekuriti, sering kali meninggalkan Dinda seorang diri di rumah saat malam hari. Sementara di samping rumah kontrakan mereka terda...