"Ayah! Ayah!"
Suara jerit dari lantai dua, membuat Tarno baru saja melangkah kaki ke dalam rumah segera mengalih pandang. Beberapa waktu lalu sudah ada belasan warga datang tengah menunggu di teras, kehadiran mereka cukup membawa kepanikan ketika tahu ada suara ledakan dari lantai dua rumahnya. Ditambah Ayunda berlari histeris, wajah penuh ketakutan itu hanya diam sembari mengambil napas terengah-engah.
"Kenapa? Ada apa? Kamu sudah lihat bagian mana yang konslet? Jangan panik, biar Ayah panggil petugas dari kantor-"
"Bukan listrik, Ayah! Bukan itu,"
Terdiam Tarno untuk tidak membuka suara, Ia ingin Ayunda sendiri menjelaskan tanpa harus memotong perkataan. Jika dilihat dari ekspresi putrinya pun, kegelisahan di hati kian menjadi-jadi. Sedang Ayunda, Ia mulai berpikir untuk tidak memberikan alasan konyol kepada semua tetangganya. Setelah melihat-lihat kamar sang Ayah, tak ada penyebab terjadinya barang jatuh atau suara ledakan. Yang terus menjadi titik fokusnya adalah sebuah kanvas dibiarkan tergeletak di kolong ranjang kasur.
Apa jadinya kalau Yunda memberikan alasan sesungguhnya adalah sesuatu hal yang tak cukup masuk untuk dinalar?
Ya, asal ledakan dan jatuhnya sebuah barang berasal dari lukisan itu. Entah bagaimana Ayunda sendiri mempercayai benda itulah penyebabnya, dilihat sekilas serta saat Ia menyentuhnya pun terasa janggal untuk dirasa. Dalam hal ini, tentu Ia harus minta kejelasan kepada sang Ayah dan tidak dipublikasikan di depan warga.
"Ayah..., sejak kapan Ayah pelihara tikus? Tikusnya jatuhin lampu tidur, dan lampunya pecah. Posisi sudah Yunda cabut kabel dari stop kontak, untungnya nggak ada percikan api atau bau gosong."
Jika orang cukup pandai membaca raut muka, pastilah mudah ditebak Ayunda sedang berbohong. Lirikan mata menatap Tarno dan para tetangganya secara bergantian adalah salah satu ciri bahwa Ia tak cukup yakin untuk mengarang cerita, entah masuk di akal atau tidak adalah kepasrahannya pada keadaan menegangkan seperti ini.
Dari sana, Tarno memandang putrinya cemas. Tanpa mengucap sepatah kata, segera berjalan cepat menaiki tangga dan membiarkan Ayunda terpaku dalam diamnya. Muka pucat pasi tidak bisa dipungkiri Tarno mengetahui, ada hal tak beres yang baru saja menimpa putrinya. Sungguh Ia berharap bahwa hal ini dapat diselesaikan dengan baik.
"Eh iya toh? Syukur kalau begitu, cuma kayaknya kita tunggu aja kali ya? Tunggu penjelasan lagi dari Pak Tarno." Ucap salah seorang lelaki paruh baya, yang cukup dikenal Yunda sebagai ketua RT. Pak Suksma namanya, sekaligus teman ngobrol Ayahnya di kala waktu senggang.
Demikian Yunda tersenyum kikuk seraya melenggut nurut, tunggu saja sang Ayah kembali dan memperjelas alasan yang 'sama'. Ia yakin, bahwa Ayahnya tidak mungkin membuka masalah ini lebar-lebar.
Setelah sepuluh menit berlalu, Pak Tarno urung kembali. Kegelisahan kini menimpa Ayunda, berusaha berpikir positif untuk memastikan bahwa beliau akan baik-baik saja. Kedua tangan saling memilin jari erat, disertai pandangan menunduk gugup segera berlari kembali menaiki tangga.
Warga yang tengah menunggu pun tidak kalah kaget, memperhatikan gadis itu menyusul Ayahnya. Mereka juga sama penasaran, tapi sangat diketahui naik ke lantai atas tanpa izin jauh dari kata sopan. Tempat privasi, yang tak seharusnya diketahui banyak orang.
"Ayah!"
Yunda sampai di depan pintu kamar, memandangi Tarno terduduk nangis menatap sebuah kanvas. Sembari mengernyit dahi segera Ia menghampiri.
"Ayah, orang-orang lagi nunggu di bawah minta kejelasan. Ayah pasti tahu'kan, yang Aku bilang itu cuma bohong? Kalau orang-orang semakin nggak mau curiga ke Ayah, Ayah harus bilang ke mereka semua nggak ada masalah. Dari pada ngulur waktu, terus ada yang datang ke sini. Gimana? Ini masalah soalnya kurang masuk di akal bagi Yunda, apa kabar orang lain kalau tahu hal ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lingkaran Takdir
AdventureDi pagi hari, semua dikagetkan oleh seorang lelaki berpakaian seperti prajurit kerajaan kuno melintas di jalan lingkungan dengan kuda hitamnya. Pak Tarno yang sedang membersihkan keris termangu kaget, bersamaan anaknya Sri Ayunda membuka lebar mulut...