Ambisi Norman

168 19 1
                                    

Tiga hari setelah para bahan makanan sampai di rumah keluarga Ratri, Norman mengumpulkan semua manusia dari dunia iblis di aula, tapi anak-anak dari pabrik masal tidak ikut karena mereka dirawat di sisi lain rumah.

"Aku berpikir kalau kita tidak boleh bergantung pada keluarga Ratri dari segi apapun, terutama segi finansial. Jadi, aku memutuskan untuk bekerja!"

Semua orang tentu saja kaget, padahal mereka sudah hidup sangat enak. Masalah uang? semua urusan Mike Ratri. Yang jelas mereka punya tempat tinggal yang besar dan layak, makanan yang cukup dan enak, serta rasa aman karena pengawal di rumah ini sangat banyak. Bahkan, rencananya anak-anak bahan makanan ini akan disekolahkan sesuai umurnya.

Emma yang punya hati lembut tentu saja sadar dan mendukung ide Norman.

"Iya, benar sekali. Semua kenyamanan yang kita dapat dari Mike pasti sangat mahal. Coba bayangkan para bawahan Mike yang bekerja mencari uang, mereka pasti kesal kalau hasil kerjanya dipakai untuk membiayai kita yang bukan siapa-siapa."

Kali ini, semua sudah mulai paham dan menganggukan kepala mereka sebagai tanda setuju.

"Nah, sekarang kita mau kerja apa?" tanya Ray. Dia sih tidak peduli soal alasannya, yang penting praktiknya gimana.

"Kalau itu, aku sudah bertanya pada keluarga Ratri dan para bawahannya soal kehidupan di dunia ini." Dua hari ini disaat semua istirahat, Norman sibuk pergi ke rumah utama keluar Ratri dan bertanya pada siapapun yang ditemuinya, mau itu Mike, istrinya, anaknya, pengawalnya, pembantunya, bahkan tukang sampah yang lewat.

"Karena sistem sekolah cukup penting di sini, maka anak-anak di bawah 18 tahun akan masuk sekolah. Untuk yang di atas 18 tahun, kalian bisa sekolah di rumah lalu ikut ujian jika ingin kuliah. Karena itu, kalian akan sekolah, dan aku yang akan bekerja, ..."

"Sebentar! Kok gitu sih? Norman kan masih 14 tahun, sekolahnya gimana?" Gilda teriak tidak terima, dia jelas gak mau kalau Norman harus cari uang sendirian.

"Tidak apa-apa, aku bisa sekolah nanti. Mike bilang aku bisa langsung kuliah."

Kalau punya otak sepintar itu sih mungkin tidak perlu kuliah lagi.

"Tapi, Norman gak harus kerja sendiri. Aku juga bisa, aku gak kuliah gapapa." Oliver menyahut.

"Aku juga, aku juga. Aku mau kerja aja!" Seru Gillian.

"Makanan kan kebutuhan pokok, gimana kalau kita berkebun? Kita buat kebun di halaman belakang untuk menanam bahan makanan. Dan karena di sini tidak ada tempat berburu, kita bisa beternak ayam atau kambing. Kita bisa menekan biaya makan dengan itu." Usul Isabella.

"Ide bagus, terima kasih Mama. Nah, sekarang, apa para suster keberatan kalau harus diam di rumah mengurus para bayi dan anak-anak peternakan masal yang sakit?" Ucap Norman.

Selanjutnya, karena para suster setuju dan tidak keberatan, acara pun berlanjut ke pembuatan jadwal dan pembagian tugas.

Jadi, para mama dan suster dari semua peternakan akan menjadi Ibu Rumah Tangga yang mengurus anak-anak, rumah, kebun, dan hewan ternak. Anak-anak akan sekolah di pagi hari dan membantu mengurus rumah setelah pulang.

***

Malam harinya, setelah semua orang sudah tidur, Norman mengendap-endap keluar dari kamarnya dan pergi ke rumah utama.

"Nah, si kaisar ini mau kemana?" suara itu nyaris membuat Norman jatuh menubruk pintu depan.

"Eh, ada Ray, hehehe.... Itu, aku mau ke kamar mandi."

"Padahal pintar, tapi bohongnya jelek banget! Mau ketemu Mike ya?"

"Kan udah tahu, kenapa nanya? Jadi yang bodoh siapa?"

"Terserahlah! Aku ikut, aku mau kerja."

"Lho, Ray gak mau sekolah?"

"Biar Emma aja yang sekolah. Aku gak suka belajar."

Norman hanya tertawa. Dia membiarkan Ray ikut, karena sudah percaya dengan kemampuan dan otak sahabatnya itu.

Entah kenapa Norman mau masuk sendirian ke ruangan Mike dan menyuruh Ray untuk menguping saja di pintu depan. Ray sih nurut aja, tapi dia kesel juga karena Norman bicaranya pelan banget. Berkali-kali dia menahan diri untuk tidak mendobrak pintu.

Norman mengatakan soal keinginannya untuk hidup mandiri pada Mike. Dia juga bilang kalau akan membayar semua bantuannya kelak. Norman meminta Mike untuk mencatat nominal, yang dikerluarkannya untuk menghidupi semua orang dari dunia iblis, sebagai hutang. Terakhir, dia bilang kalau keluarganya akan membangun kebun dan peternakan sendiri, karena itu catat juga harga sewa rumah dan halaman yang akan digunakan nanti.

"Dasar Norman bodoh! Bukannya kerja malah bikin hutang!"

Baru keluar ruangan, Ray udah sewot.

"Ahahaha, sarkasnya jahat amat. Ray pasti dengar semuanya kan? Sekarang kita main saham dulu untuk cari modal."

"Nah, modal untuk main sahamnya mana? Jangan bilang kamu pinjam Mike."

"Tenang saja, aku sudah bicara pada Emma dan yang lain. Mereka setuju untuk menjual pistol dan beberapa barang lainnya untuk modal."

Norman sudah membuat rencana mencari uang sampai selesai. Dalam hati, dia masih punya ambisi untuk mewujudkan surga yang pernah dijanjikannya.


-----------------
7-Apr-2022

Keseharian di Dunia ManusiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang