Di kawasan elit tempat tinggal para bahan makanan jelas ada banyak rumah lain. Yang tentu saja dihuni berbagai macam orang.
Perlu di ingat bahwa ini adalah kawasan elit. Jadi para ibu dan istri biasanya tidak bekerja, dan hidup santai sambil minum-minum cantik di balkon atau di depan tv. Karena itulah, ada beberapa ibu yang suka berkumpul untuk minum teh bersama. Dan mereka seperti semua tetangga yang ada di belahan dunia manapun, suka bergosip.
Rumah baru, penghuni baru. Jelas dong bakal jadi gosip paling sedap dan sangat diminati.
"Kalian tahu penghuni baru?" Kata Bu Jennifer, sang ketua dan sesepuh di perkumpulan ibu-ibu elit. Dia duduk di kursi paling ujung sambil minum teh mawar tanpa gula dan makan scone.
"Tahu!" Bu Sari, si wakil ketua menjawab dengan semangat. Dia sudah menunggu momen ini dari kemarin.
"Tahu dong, jeng!" Ini Bu Eliza, si bendahara yang sibuk melihat perpaduan cincin di setiap jarinya.
"Tahu! Tahu!" Bu Kyoya menjawab dengan suara keras yang hampir mirip teriakan. Dari lagaknya, dia udah punya bahan gibahan.
"Oh, tetangga yang itu ya? Tahu kok." Balas Bu Nika dengan kalem, padahal dalam hatinya dia semangat banget mau bahas tetangga baru.
"Udah pada ketemu belum?" Bu Jennifer langsung memulai percakapan begitu tahu kalau kelompok rumpinya sudah siap gibahin tetangga baru.
"Sudah! Kemarin Bu Isabella datang ke rumah saya, ngasih telur satu lusin." Balas Bu Sari.
"Kemarin saya ketemu sama ibu-ibu dari sana. Ada lima atau enam kali ya, lagi jalan-jalan bawa anak-anak kecil." Kata Bu Eliza.
"Kalau saya ketemu anaknya kemarin sore. Namanya Oliver sama Zack. Waktu disapa katanya mau ke pasar." Ucap Bu Kyoya.
"Hmm..." Bu Jennifer bergumam sambil merapikan gaun ungunya.
"Yang tinggal di sana kaya banget ya?" Bu Nika bertanya, ingin cepat-cepat masuk ke acara gibah.
"Iya jeng, masa beli 10 lahan langsung buat 1 rumah, mana gede banget lagi!" Bu Sari mulai heboh bicara sambil memainkan rambutnya yang baru ditata di salon.
"Eh tapi suaminya gak setia deh, masa istrinya banyak banget!" Bu Eliza yang paling anti dimadu mencibir.
"Itu semua istri-istrinya emang, bukannya pembantu?" Tanya Bu Kyoya.
"Bukan! Mana ada pembantu bajunya bagus begitu, orang anak-anaknya manggil Mama kok." Jawab Bu Eliza.
"Oh gitu ya? Mereka emang bukan keluarga besar yang tinggal bareng-bareng?" Bu Nika masih mencoba berpikir positif.
"Di sana cuma ada dua laki-laki dewasa. Kemarin suami saya ketemu waktu lagi jogging." Bu Jennifer akhirnya ikut bersuara.
"Nah kan! Sama aja istrinya banyak!" Kata Bu Eliza sambil merogoh tas hermesnya, mencari sebuah lipstick untuk touch up.
"Itu emang bukan panti asuhan? Kayaknya anaknya banyak banget." Tanya Bu Kyoya.
"Masa panti asuhan. Kalau panti asuhan harusnya ada palangnya kan?" Balas Bu Sari.
"Iya juga ya." Bu Kyoya mengangguk sambil mengangkat cangkir tehnya.
"Jadi bapaknya ada 2 terus istrinya sama anaknya banyak gitu?" Tanya Bu Nika sambil mengambil bedak channelnya untuk ngaca, rasa-rasanya ada sesuatu yang nyelip di gigi.
"Belum tentu loh, bisa jadi mereka adik kakak. Kebetulan pada janda atau mungkin suaminya kerja di luar pulau." Ucap Bu Nika sambil membenarkan jam rolex di pergelangan kirinya. Kebetulan suaminya kerja di pulau lain.
"Bingung juga ya..." Bu Kyoya berkata pelan sambil memilih macaron di depannya.
"Tanya langsung aja, daripada penasaran." Saran Bu Sari.
"Hah! Masa gitu? Tanya aja sendiri jeng, aku sih gamau. Malu!" Balas Bu Eliza.
"Eh! Aku duluan ya. Suamiku mau pulang hari ini, harus siap-siap." Ucap Bu Nika dengan panik setelah melihat pesan di iphone terbarunya.
Ibu-ibu lain mempersilakan, lalu melanjutkan acara bincang-bincang sambil minum teh dan makan kue mereka.
---------------------
22-Nov-2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Keseharian di Dunia Manusia
Fanfiction[The Promised Neverland Fanfiction] Cerita keseharian para bahan makanan setelah pergi ke dunia manusia.