Danus Ray (Bagian 1)

60 8 0
                                    

Padahal Ray itu bukan anak yang naif, tapi dia malah merasa senang dan bebas setelah lanjut ke semester dua dan ganti mata kuliah. Di semester sebelumnya dia dapat tugas ikut webinar hampir tiap hari. Sampai-sampai dia sering ditanya karena bawa hp kemana-mana. Ilmunya sih bisa Ray pelajari sendiri, tapi absennya kan ada di akhir acara. Harusnya sih dia bisa cuek, tapi absensi webinar masuk penilaian. Karena udah biasa dapat nilai tinggi, Ray gamau dong nilainya jelek cuma gara-gara hal remeh kayak absensi webinar.

Rasa senang dan lega Ray jelas salah. Karena setelah webinar yang bertubi-tubi dan bikin males, masih ada tugas mata kuliah umum bisnis yang lebih parah daripada webinar, yaitu Danus. Bahkan setelah mendengar penjelasan tugas bernama danus itu, Ray langsung tahu kalau webinar itu tidak buruk. Benar-benar tidak buruk, karena dia bisa melakukannya sambil duduk doang.

Dalam waktu satu bulan Ray harus bisa menjual habis sekotak barang dari dosennya, lalu membuat laporan bagaimana proses penjualan serta jumlah keuntungan yang diperoleh. Nanti hasil keuntungannya dikumpulin buat bikin acara makan-makan sebelum liburan.

Tidak seperti teman-teman kelasnya yang sibuk membuka kotak dan memikirkan strategi penjualan, Ray langsung keluar kelas begitu mendapat kotaknya. Dia bahkan tidak merasa penasaran atau sedikit mengintip isi kotak coklat yang dibawanya. Hal yang dia pikir soal kotak itu cuma beratnya yang lumayan.

Begitu masuk rumah, Ray langsung duduk di sofa ruang tamu dan menaruh kotaknya di atas meja.

"Wah apa tuh? Ray habis belanja?" Kebetulan Norman ada di sana, dia juga baru pulang kuliah.

Ray cuma mengangkat bahu sebagai jawaban. Dia lalu mengeluarkan gunting dari tasnya untuk membuka kotak coklat di hadapannya.

Norman yang penasaran pun duduk di sofa seberang Ray, lalu ikut melihat kotak itu dengan seksama. Begitu kotak dibuka Norman langsung tertawa, sedangkan Ray kehilangan kata-kata.

"Ahahaha...banyak amat Ray, ahahaha... Ray..., hahaha..."

Setelah merasa sadar, Ray langsung melempar solasi pembungkus kardus yang sudah dibentuk bola ke mulut Norman untuk membungkamnya. Tepat sih, jadi Norman langsung keselek.

Ray kembali melihat isi kotaknya, dan dia jadi kehilangan kata-kata lagi. Di dalamnya ada lima lusin botol parfum kecil ukuran 20 ml. Dia ambil salah satu parfum dan membuka kotaknya. Dari tulisannya, parfum ini punya aroma coklat. Karena tidak percaya, Ray pun membuka tutupnya dan mencoba mencium baunya.

"Ray mau mandi parfum ya?" Norman akhirnya bicara lagi setelah berhasil mengeluarkan gumpalan solasi dari tenggorokannya.

"Enggak! Enggak ya, ngapain coba! Ini tugas mata kuliah umum bisnis, aku disuruh jual semua ini dalam waktu sebulan."

"Lho, kan mau dijual, kok malah dibuka?"

"..., ngg..., memastikan kualitas..." Ray menjawab asal.

"Iya aja deh." Norman tahu kalau Ray cuma penasaran sama parfumnya, tapi kalau dia membantah, takutnya nanti dilempar lagi.

-------------------
25-Mei-2022

Keseharian di Dunia ManusiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang