Akhirnya setelah dua setengah bulan diam di rumah dan mengurus hewan-hewan ternak, Yugo dapat pekerjaan juga. Bersama Lucas dia bekerja di perusahaan pengantar barang.
Kerjanya dari mulai siang hingga hampir malam. Menurut Lucas pekerjaan itu asyik, karena dia bisa naik mobil dan berkeliling kota sambil mengantarkan paket. Menurut Yugo juga asyik sih, tapi karena dia lebih banyak nyetir rasanya pegel juga.
Siang ini Yugo baru selesai mandi, soalnya dia habis main sama ayam. Eh bukan, dia habis mandiin rumahnya ayam. Kerjanya masih satu jam lagi, dan dia mau santai dulu di ruang tengah.
Karena di sana ada Norman yang lagi meeting online, Yugo gak bisa berisik atau nyalain tv. Jadinya dia tidur-tiduran di sofa aja. Sambil ngehalu mungkin.
Pintu utama terbuka dan berlusin-lusin anak kecil masuk. Mereka anak-anak bahan makanan yang baru pulang dari sekolah SD. Kalau yang SMP dan SMA pulangnya masih nanti.
Yugo baru dapat gaji ketiga kemarin, dan semua uangnya dikasih ke Norman untuk modal. Untungnya sekolah SD sampai SMA itu gratis, jadi uangnya lebih cepat terkumpul. Sejujurnya Yugo ingin cepat-cepat pindah rumah. Bukan karena rumah ini gak nyaman, tapi karena pengawalnya terlalu banyak dan lama-lama bikin risih juga.
Tiba-tiba Ray masuk dan lansung duduk di hadapan Yugo.
"Pak Tua! Bantuin dong!"
"Ogah! Males!"
Ray jadi kesel, padahal dia cuma mau minta tolong colokin kabel. Tapi nadanya emang nyolot sih, entah deh itu siapa yang salah.
Yugo melihat bocah di depannya sibuk merangkai dan membuat alat. Itu pasti tugas kuliahnya.
Ada beberapa anak yang memilih kuliah. Misalnya Sonya di jurusan Akuntansi, Nigel di Informatika, dan Vincent di Kedokteran.
Ujung-ujungnya, Norman dan Ray kuliah juga. Ray di jurusan Teknik Mesin dan Norman di jurusan Farmasi. Kalau kata Norman sih, dia kuliah untuk dapat sertifikasi, bangun relasi, melakukan penelitian, dan publikasi paper. Karena kalau soal materinya dia bisa sendiri. Sedangkan Ray, ya dipaksa Norman dan Emma. Bahkan bocah itu harus di roasting satu rumah dulu baru mau daftar.
"Norman ngapain sih?"
Sebenarnya gak aneh lihat Norman meeting lewat hp atau laptop di mana pun dan kapan pun, tapi kali ini dia bicara dengan nada yang lebih ramah dan bersahabat.
Ray ikut melirik ke arah Norman sebelum menjawab.
"Dia lagi ngajar di webinar."
"Webinar tuh apaan?"
"Seminar, acara bahas suatu masalah gitu. Tapi yang ini secara online lewat web." Ray menjelaskan sambil setengah muak, karena selama empat bulan kuliah gak tahu deh udah berapa puluh kali dia dapat tugas ikut webinar.
"Itu kerja berarti? Norman sering begitu?"
"Sering sih iya, dia suka ngajar murid SD, SMP, SMA, bahkan kuliah umum lewat webinar."
"Hah? Emang anak SD belajar farmasi juga?"
"Enggak lah! Norman tuh bisa ngajar pelajaran apa aja, walau seringnya sih matematika."
"Oh..."
Yugo lalu diam dan memperhatikan tembok di belakang Norman yang dihias dengan kertas warna-warni. Di belakangnya ada tulisan "Aljabar itu mudah bersama Norman!"
"Kerja kayak gitu gajinya berapa?"
"Tergantung sih, biasanya antara 500-1000 dollar satu jamnya."
Kalau lagi makan, Yugo pasti keselek. Kalau lagi minum, dia pasti nyemburin airnya. Kalau lagi berdiri, dia pasti langsung jatuh. Kaget coy, banyak banget gajinya, padahal cuma kerja 1-2 jam.
"Kerja kayak gitu gimana caranya?" Akhirnya setelah menenangkan diri tiga menit, Yugo bisa bertanya lagi. Kali aja dia juga bisa ngisi Webinar. Mungkin judulnya "Belajar Cara Bertahan Hidup di Hutan Penuh Monster Bersama Yugo"
"Norman tuh terkenal di kalangan kepala sekolah dan guru-guru. Tentu saja karena otak jeniusnya. Jadi, dia sering diundang jadi pembicara atau mengajar lewat webinar. Intinya kalau mau dapat tawaran ya harus punya relasi atau minimal terkenal."
"Ahahaha..." Yugo cuma ketawa pasrah. Sejujurnya dia masih gak paham apa yang Ray omongin.
-------------------
11-Apr-2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Keseharian di Dunia Manusia
Fanfiction[The Promised Neverland Fanfiction] Cerita keseharian para bahan makanan setelah pergi ke dunia manusia.