Besok sudah genap satu bulan liburan musim panas berjalan. Karena anak-anak yang ikut kamp musim panas sudah kembali beberapa hari lalu, Isabella memutuskan untuk liburan ke pantai.
Semuanya sangat antusias. Anak-anak mulai sibuk mengemasi barang-barang apa yang akan dibawa, sementara para suster ribut di dapur untuk diskusi soal menu bekal perjalanan. Isabella sibuk dengan laptop dan hp nya, mencari-cari transportasi untuk ke pantai. Kalau naik mobil biasa gak tahu butuh berapa ratus, jadi Isabella cari bis yang kapasitasnya banyak, biar cuma butuh belasan atau puluhan.
Karena para perempuan sibuk, jadi Yugo dan Lucas yang jaga bayi-bayi di ruang bermain mereka. Lucas sibuk dari tadi, bikin berbotol-botol susu, mengganti popok beberapa kali, dan menenangkan bayi-bayi yang menangis. Yugo bilang sih perannya jadi asisten Lucas, tapi yang dia bantu cuma buang popok ke tempat sampah, itu pun baru satu kali. Lucas terlalu sibuk, jadi dia gak bisa ngomel sedetik pun ke Yugo.
Di samping tempat sampah Yugo bengong. Otaknya sibuk berpikir soal bagaimana cara mencari banyak uang. Jujur, dia minder karena Norman bisa dapat banyak uang dalam waktu singkat. Tiba-tiba dia dapat ide dan mulai memikirkannya, tapi belum selesai Lucas keburu bicara.
"AMBILIN BAJU JOJO DONG! DIA MUNTAH NIH!"
Yugo malah bengong, setelah puas baru dia jawab, "Jojo tuh yang mana?"
"GAK JADI! UDAH KOK!"
"Oh..." Yugo kembali bengong dan lanjut memikirkan idenya.
"Ada yang nangis tuh!" kali ini Lucas gak teriak, dia sudah pasrah dan cuma berharap kalau Yugo bisa peka.
"Eh iya, siapa..." Yugo membalas sambil mencari siapa yang menangis, "oh si bayi nomor 17" lanjutnya.
"Namanya Jojo." Lucas sampai sekarang masih bingung kenapa Yugo gak bisa ingat nama para bayi, tapi malah menyebutnya pakai nomor. Kan kasihan kalau mereka jadi bingung nama mereka sebenarnya nama yang biasa disebut orang lain atau angka yang suka disebut Yugo.
Yugo sih gak peduli walaupun diomelin ribuan kali. Dia cuma jalan ke tempat bayi Jojo berada dan menenangkannya. Tentu saja masih sambil memikirkan idenya.
***
Akhirnya para bahan makanan sampai di pantai untuk liburan. Anak-anak berhamburan ke pantai dan para perempuan dewasa mengejarnya. Kan gawat kalau ada yang hilang atau tenggelam. Sedangkan Yugo berjalan ke arah yang berlawanan, sejauh mungkin dari tempat Isabella menggelar tikar dan menata barang bawaan.
Setelah dirasa cukup jauh dan dapat tempat yang nyaman, Yugo langsung menurunkan barang-barang bawaannya. Dia merangkai meja lipat yang cukup besar, lalu diberi taplak kotak-kotak merah di atasnya. Yugo meletakkan kompor, wadah-wadah bumbu, wadah-wadah makan plastik, bungkusan makanan, dan sendok plastik. Tidak lupa dia tambahkan tulisan di bagian depan meja. Dengan begini jadilah kedai mie goreng.
Yap, inilah ide yang dipirkannya dari kemarin. Awalnya Yugo cuma mau cari uang banyak dalam waktu singkat, tapi dia sadar kalau gak bisa isi webinar atau seminar kayak Norman. Untungnya Yugo masih mau pakai otaknya untuk berpikir, dan dia ingat video-video pendek yang suka ada di media sosial. Video yang judulnya, 'Dalam Sehari Bapak Paiman Bisa Dapat Omset 100 Juta Dari Jualan Cireng!' dan video sejenis itulah pokoknya.
Jadilah Yugo mulai berpikir untuk jualan makanan. Tapi dia masih bingung mau jualan apa, karena di otaknya cuma ada resep masakan dengan bahan-bahan Neverland (yang jelas gak ada di sini). Maklum, Yugo tugasnya bukan masak, jadi dia gatau masakan di dunia manusia ini. Untungnya, dia ingat pernah masak mie goreng dan anak-anak suka rasanya. Selanjutnya Yugo mulai memikirkan alat dan bahan yang diperlukan.
Kembali ke pantai. Yugo mulai membuka kedai dan menunggu pelanggan datang. Sayangnya sampai waktu makan siang dia baru bisa jual dua porsi. Yugo pun mulai berpikir untuk berkeliling dan menawarkan langsung mie gorengnya ke orang-orang. Dia jelas gak mau rugi, niatnya kan cari banyak uang, bukan ngabisin. Baru saja akan bersiap tiba-tiba ada suara berisik yang sangat dikenalnya.
"Ternyata di sini,"
Yugo langsung menoleh dan mendapati Ray, Gilda, dan banyak sekali anak kecil. Karena tidak tahu harus bilang apa, Yugo cuma tertawa sambil garuk-garuk tengkuk.
Anak-anak pun mulai berceloteh.
"Mau mie goreng!"
"Aku juga!"
"Mie goreng Yugo enak!"
"Masih lapar nih!""Ini dijual, jadi kalian harus beli." Kata Gilda dengan panik, karena anak-anak mulai mendekat dan akan mengambil beberapa bahan mie yang bisa mereka capai.
"Aku punya uang!"
"Aku juga!"
"Berapa harganya?"
"Segini cukup?"Yugo cuma diam sambil menatap anak-anak yang ribut dan menyodorkan uang. Ini jelas bukan hal yang diharapkannya.
"Pak? Pak? Jualan kan?" Tanya Ray, jelas-jelas sambil menahan tawa.
Yugo tidak punya pilihan, dan mulai memasak mie goreng. Waktu lagi masak porsi terakhir, tahu-tahu makin banyak anak yang berdatangan, termasuk para penghuni Goldy Pond. Ada Lucas di sana, yang sibuk mengurus anak-anak kecil. Wajahnya jelas merasa dikhianati, karena dari tadi merasa ditinggal entah kemana oleh Yugo. Tapi begitu melihat temannya itu sedang bekerja, Lucas tidak jadi kesal dan ikut memesan.
Hari sudah sore dan matahari sebentar lagi terbenam saat Yugo memasak satu porsi terakhir. Sayangnya masih ada yang belum dapat pesanan. Karena tidak mungkin beli bahan lagi, anak-anak Goldy Pond dan Lucas yang lebih tua pun mengalah dan tidak jadi beli.
Yugo mulai membereskan kedainya yang cukup berantakan, sementara Lucas mengawasi anak-anak kembali ke tempat para wanita dewasa.
"Ini uang mereka dikasih ke aku. Terus aku kasih ke Norman. Terus dikasih lagi ke mereka. Kalau gitu uangnya balik lagi kan? Rasanya kayak gak dapat uang." Yugo mulai curhat. Sejujurnya dia sedikit kecewa karena para pembelinya anak-anak peternakan.
"Menurutku enggak sih. Itu kan uang jajan mereka, bisa aja mereka kasih tukang parkir atau penjual lain." Lucas mencoba menenangkan sambil mengamati matahari terbenam.
"Benar juga." Yugo pun merasa lebih tenang dan mulai menghitung pendapatannya hari ini di bawah langit jingga.
---------------------
21-Sep-2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Keseharian di Dunia Manusia
Fanfiction[The Promised Neverland Fanfiction] Cerita keseharian para bahan makanan setelah pergi ke dunia manusia.