Drama Nama

44 11 0
                                    

Hari ini semua bahan makanan berkumpul di aula, dan sekarang anak-anak dari pabrik masal sudah bisa ikut. Pertama-tama Isabella mengumumkan atau lebih tepatnya memberi nama anak-anak itu satu persatu agar diri mereka sendiri dan orang lain tahu nama mereka. Namanya sih diambil dari buku kumpulan nama dari A-Z biar gampang. Setelah kurang lebih satu jam akhirnya acara itu selesai.

Karena Isabella sudah lelah dan mulutnya kering setelah menyebut banyak sekali nama, Norman pun maju dan mengambil alih acara.

"Sebagai anggota dari sebuah negara yang baik, kita semua harus melakukan pendataan diri ke pihak yang berwenang, dan karena itulah kita perlu nama. Tapi kan semua sudah punya nama? Iya memang, tapi di sini biasanya nama itu terdiri dari nama depan dan belakang, ada juga yang punya nama tengah, bahkan ada yang namanya begitu panjang sampai beberapa kata." Norman mengambil air putih di meja dan meminumnya sebelum lanjut bicara.

"Biar kuberi contoh. Misalnya James Ratri. James adalah nama depannya, sedangkan Ratri adalah nama belakang atau biasa disebut marga. Nama dengan dua kata yang terdiri dari nama depan dan marga adalah bentuk nama yang paling umum di dunia ini. Nah, kalian tahu kan kalau nama kalian cuma terdiri dari satu kata. Jadi biar mengikuti nama yang umum kita perlu menambahkan marga. Nah, menurut kalian bagaimana?"

"Memang mau pakai marga apa? Ada aturannya kah?" Tanya Oliver sambil mengangkat tangan.

"Karena asal usul kita kurang jelas, jadi marganya bebas saja. Anggap saja kita orang pertama dari marga itu." Jawab Norman.

"Kita pakai marga Ratri saja biar mudah." Saran Violet.

"Kalau itu tidak bisa, karena Ratri sudah milik keluarga Mike. Dan biarpun dia wali kita, sifatnya hanya sementara. Dia juga merasa keberatan kalau marganya kita pakai, aku sudah bicara padanya kemarin."

"Bagaimana kalau Minerva, itu nama bos kan?" Kata salah seorang anak dari markas di dalam pohon besar.

"Minerva ya? Lho, tunggu! Berarti aku jadi ayahnya?" Norman melongo dengan wajah kaget.

Di belakangnya Ray terheran-heran. Dia tahu sekali kalau Norman itu pintar, tapi kenapa tingkahnya bikin Ray mempertanyakan kepintarannya. Lagi ngelag apa gimana sih? Ray udah capek sama tugas kuliahnya sendiri, gak mau dia jadiin kebenaran otak pintar Norman pertanyaan.

"Ya enggak lah! Kenapa juga kamu ayahnya. Anggap aja kita semua saudara." Ray akhirnya bicara agar otak Norman kembali ke jalan yang benar.

"Berati kita semua satu marga ya? Kalau begitu nanti pemerintah bisa melarang kita menikahi satu sama lain karena secara hukum kita satu marga. Kan jadi rumit kalau ada yang mau nikah." Gayanya Norman aja sok mikir, sok melihat kemungkinan di masa depan, padahal dia yang gak mau.

"Yaudah buat marga yang beda-beda aja. Ada yang punya saran lain?" Ray langsung mengalihkan perhatian karena anak-anak kecil di depannya tampak tidak mengerti, dan para suster yang melirik ke arah Yugo (yang lagi ngupil) dan Lucas, yang kelihatan tidak mau menikah dengan dua laki-laki dewasa itu dan lebih memilih untuk mencari jodoh di aplikasi kencan.

"Gimana kalau pake nama peternakan kita dulu, kan bisa dibuat berbagai kombinasi. Misalnya nih Norman Grace Field, Ray Grace, Emma Field, Don GF, Paula Valley, Zack Grand Valley, Oliver GV, Violet Goldy, Vincent Lambda. Ya pokoknya gitu lah." Saran Gilda.

"Aneh!" Kata sebagian besar anak.
"Bisa ya kayak gitu jadi nama?" (Don)
"Aduh, kayaknya aku trauma sama nama peternakan!" (Nat)
"Aku bisa milih gak antara Grand Valley atau Goldy Pond? Atau boleh pake Shelter?" (Nigel)
"Mending ga usah bawa-bawa peternakan lagi deh." (Anna)
"Nigel mau GV atau GP, kayaknya Goldy bagus deh." (Gillian)
"Aku gak setuju! Gak mau namaku Barbara Lambda!" (Barbara)
"Kalau anak-anak dari peternakan masal gimana? Namanya jadi Masal gitu?" (Paula)

"Norman, kayaknya jangan gitu deh namanya." Kata Gilda pelan, rasa-rasanya dia agak kena mental melihat anak-anak itu ngomong berbarengan.

"Ya sudah, kita cari nama lain aja." Kata Norman akhirnya, membuat kumpulan ribut itu diam. Kebanyakan mengangguk setuju, bahkan Nigel dan Gillian juga, padahal tadi mereka semangat. Itu berarti ide dari Gilda memang kurang bagus.

"Kalau pakai nama mama atau suster gimana? Misalnya Thoma bin Isabella." Ucap Thoma.

"Atau Lannion bin Isabella." Tambah Lannion.

Ray bin Isabella? Ogah ah! Masa namaku begitu. Btw gimana ya kalau yang lain tahu kalau di sini cuma aku yang garis keturunannya jelas, batin Ray.

Norman diam, kalau seperti itu kasusnya sama saja seperti nama Minerva di awal tadi. Tapi dia tidak bilang begitu dan mengatakan alasan lain.

"Kalau gitu nanti mama dan suster pakai nama apa? Mereka kan juga butuh nama. Lagipula, mereka bisa dianggap sudah punya anak oleh negara dan kalau seandainya mau menikah mereka harus membawa anak-anak yang terdata sebagai anak mereka. Yah, tampaknya ini akan rumit." Norman lalu melihat para wanita dewasa yang tampak tidak tahu harus bagaimana.

"Oh.. ternyata rumit ya." Gumam Thoma dan Lannion bersamaan.

"Kalau namanya diulang bagaimana? Jadi Emma Emma. Nama depan dan marganya sama-sama Emma. Kan kalau begitu marganya beda-beda semua." Emma akhirnya membuka suara.

"Diulang ya?" (Violet)
"Aneh sih, tapi gapapa, nama panggilannya kan tetap sama." (Gilda)
"Bakal diejek gak punya nama berulang gitu?" (Thoma)
"Aku mending nama lain deh." (Don)
"Gak mau!" Kata sebagian anak.
"Gak setuju!" Kata sebagian yang lainnya.
"Aneh dong, kalau gitu gak sekalian satu nama aja?" (Oliver)

Suasana jadi ribut lagi, dan karena semua tampak sudah lelah Norman tidak mencoba menenangkan lagi. Dia berpikir untuk membicarakan hal ini lagi di lain waktu. Emma juga tidak bisa berkata apa-apa untuk membela diri, karena memang dia cuma memberi saran asal.

"Kalau nama tanpa marga gimana? Jadi namanya cuma satu, cuma nama depan aja. Diperbolehkan gak sama negara? Tanya Yugo lima menit kemudian, dengan tampang sangat kelaparan.

"Boleh." Jawab Norman pelan.

"Nah! Kalau gitu ya pakai nama sendiri aja." Saran Lucas.

Tanpa basa-basi hampir semua orang di ruangan setuju.

"Yaudah. Pakai nama sendiri aja, nanti kita siapkan dokumennya." Kata Norman akhirnya.

Dengan ini acara berunding selesai. Tidak ada yang mengeluh soal acara pemilihan nama yang kayaknya sia-sia itu, dan orang-orang mulai ribut untuk makan siang.

---------------------
19-Agu-2022

Keseharian di Dunia ManusiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang