Saat anak-anak sedang tenang-tenangnya membereskan piring bekas sarapan, tiba-tiba pintu terbuka dengan suara keras. Pelakunya berdiri sambil mengatur nafas di depannya.
"Yang lain udah pada selesai, nih jatahmu!" Kata Cislo sambil mengangkat piring berisi dua butir telur rebus dan sebuah kentang panggang.
Tanpa basa-basi Barbara langsung mengambil piring itu dan melahap isinya dengan buru-buru.
Tidak biasanya dia bangun kesiangan. Tadi malam dia habis maraton drama india sampai jam 5 pagi. Padahal cuma 10 episode, tapi satu episodenya emang lama karena penuh dengan transisi dan editan dramatis. Entah kenapa Barbara yang kurang sabar itu bisa tahan.
Tidak sampai satu menit makanan Barbara sudah habis. Tanpa basa-basi dia langsung menarik Cislo dan mengajaknya berangkat sekolah. Sebenarnya jarak dari rumah ke sekolah gak jauh-jauh amat, tapi karena mereka berdua selalu berangkat mepet, jadi sekarang mereka harus ngebut.
Selamat sih, mereka gak terlambat sampai ke sekolah, tapi Barbara malah muntah karena terlalu ugal-ugalan waktu ngayuh sepeda tadi.
"Aduh bu, saya pusing ini habis muntah. Saya perlu makan dulu, boleh izin ke kantin ga bu?" Tanya Barbara sambil pura-pura lemes. Satu tangannya sengaja ditaruh di dahi, dan satu lagi bersandar ke meja.
Tapi tenaga Barbara terlalu kuat, jadi mejanya malah geser sampai menabrak meja di sampingnya. Anak yang duduk di sana jelas kaget, gak cuma dia sih, semua orang di kelas juga kaget. Barbara gak jatuh, dia masih seimbang sebenarnya, tapi dia sengaja menjatuhkan diri setelah mejanya geser. Niatnya sih biar kelihatan meyakinkan.
Akhirnya Barbara dapat izin, bahkan Cislo boleh ikut sama dia ke kantin. Cislo sendiri senang-senang saja, walau dia gak yakin izinnya itu dikasih karena gurunya takut digebuk Barbara atau karena akting gadis itu memang meyakinkan.
"Eh tungguin dong, jangan cepet-cepet!"
Karena lemesnya cuma akting, begitu keluar kelas Barbara langsung pasang kecepatan penuh buat ke kantin. Bukannya Cislo lambat atau gak bisa ngejar Barbara, tapi kaki palsunya agak kurang pas, jadi harus dibenerin dulu. Setelah itu, ya mereka langsung lomba lari ke kantin.
Sampai di kantin Barbara langsung pesan satu menu dari semua stand yang ada terus duduk di meja paling besar di dekat jendela.
"Cuma pesen dua burger aja?"
Cislo mengangguk saja sebagai balasan karena mulutnya lagi sibuk minum susu karamel.
"Nanti gak kenyang lho!"
"Kenyang lah, aku kan udah sarapan! Lagian aku gak muntah." Balas Cislo lalu menjulurkan lidahnya.
Niatnya Barbara mau melempar atau menggebuk Cislo dengan kotak tisu di atas meja, tapi ternyata benda itu gak ada.
"Eh, tisunya mana?"
"Gak ada ya? Minta di meja sebelah aja, ada dua tuh!" Kata Cislo sambil menunjuk meja di samping mereka yang diduduki seorang murid perempuan.
Barbara langsung menuju ke sana. Begitu sampai dia menaikkan satu kakinya ke atas kursi, niatnya sih biar lebih gampang ngambil kotak tisu, soalnya benda itu ada di ujung meja.
"Di mejamu kan ada dua, aku ambil satu ya tisunya!" sambil mengangkat kotak tisu ditangannya Barbara entah bertanya atau membuat pernyataan.
Awalnya murid perempuan itu kaget, kemudian menganggukkan kepalanya dengan kaku.
"Makasih!" Kata Barbara sambil tersenyum sebelum kembali ke tempat duduknya.
"Yang baik napa? Kalau gitu caranya kan orang jadi takut!"
"Yaa...itukan biar gampang ambil kotak tisunya. Suaraku lembut kok! Lagian kamu juga sama aja! Kita kan sama-sama barbar!"
Kayaknya mereka berdua bakal berantem kalau saja pesanan makanan tidak datang. Biasanya sih makanan langsung diambil waktu beli, tapi karena sekarang masih pagi makanannya pada belum matang, dan karena kantinnya sepi makanannya jadi dianter deh.
"Ini pesanannya, silakan dinikmati!" Ucap salah satu pegawai kantin.
Barbara dan Cislo langsung duduk manis, tidak lupa bilang terima kasih, kemudian langsung menyerbu makanan masing-masing.
---------------------
10-Jul-2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Keseharian di Dunia Manusia
Fanfiction[The Promised Neverland Fanfiction] Cerita keseharian para bahan makanan setelah pergi ke dunia manusia.