bab 15

691 32 15
                                    

• Hubungannya berakhir tapi tidak dengan perasannya.

Zhelda dan viona hanya mampu memandang sahabat mereka dari jendela kaca ruangan Aksa, melihat kondisi Vania yang di bilang tidak baik-baik saja benar-benar membuat mereka frustasi.

"Gue gak tega sama Vania gimana waktu dia tau Andra selingkuh." Ujar viona kepada zhelda.

"Dia udah tau." Perkataan zhelda membuat perempuan yang diikat dua itu menolehkan atensinya kepadanya.

"Vania udah lost feeling." Sambung zhelda sebelum viona sempat melontarkan sepatah katapun, viona yang mendengar penuturan sahabatnya itu menggaruk tekuknya karena tak paham dengan ucapan zhelda, zhelda yang menangkap raut bingung pada wajah viona hanya berdecak dengan malas.

"Lo bayangin aja, cowok Lo jarang punya waktu buat lo selalu Lo yang effort buat ketemuan." Ujar zhelda.

"Pas Lo nyuruh cowok Lo ke rumah Lo tapi dianya banyak alasan, masak cuma diusir sekali doang langsung nyerah, kalok Andra emang sesayang itu sama Vania usiran om mahen gak bakal mempan Vi." Sambung zhelda.

"Lagian kentara banget Andra belum bisa move on dari Rani." Sambung zhelda kembali yang mampu membuat Viona bungkam.

"Gue lebih setuju Vania bareng aksa." Ujar zhelda sambil membuka permen karetnya.

"Gue Inget Vania sekolah di SMA 2 Nusantara cuma gara-gara Andra." viona berkata sambil menerawang masa-masa putih birunya, Vania, Meira, zhelda dan viona sudah saling mengenal ketika mereka masih menduduki Bangku sekolah dasar.

"Hubungan itu pasti ada pasang surutnya." Perkataan viona mampu mengalihkan atensi perempuan berambut gelombang itu kepadanya.

"Tapi gak seharusnya pelariannya masa lalu." Sambung viona kembali, pembicaraan mereka terhenti ketika mereka melihat Meira dan valdi berjalan dengan tangan yang ditautkan membuat mereka saling pandang dengan penuh tanda tanya.
Saat melihat kedua temannya Meira menarik tangannya agar Valdi melepaskannya justru laki-laki itu semakin mengeratkan tautan mereka, Meira hanya menatap Valdi dengan tajam berbanding terbalik dengan Valdi yang menatapnya dengan tatapan memohon.
Mendengar suara deheman membuat meira dan valdi mengalihkan atensi mereka kepada zhelda dan viona.

"Gara sama Nathan mana?" Ujar Valdi mengalihkan topik agar zhelda dan viona tidak menanyakan tentang semua ini, Valdi tidak ingin kesempatan ini berakhir , dirinya ingin selamanya menggenggam tangan perempuan yang ada di sampingnya ini, tetapi dia sadar bahwa setiap hal selalu ada masanya.

"Nathan lagi beli nasi di warung bang jhon, gara di markas." Ujar viona, valdi yang mendengar penuturan viona hanya menganggukan kepalanya.

"Lo berdua pulang aja ganti baju biar Vania gue yang pantau." Ujar Valdi kepada zhelda dan viona saat melihat kedua perempuan itu masih menggunakan seragam sekolah mereka sambil memandang seorang perempuan yang sedang sibuk memandang seorang laki-laki yang terbaring tak berdaya.

"Val Lo Udah temuin siapa dalang di balik semua ini?" Ujar zhelda, Valdi yang mendengar perkataan zhelda hanya menggelengkan kepalanya dengan lesu, kemudian dia memilih untuk mendudukan dirinya di sebuah bangku yang ada di rumah sakit dengan tidak melepaskan tautan tangan Meira, Meira terkejut ketika Valdi tiba-tiba menarik pinggangnya dan memeluknya.

"Modus." Sindir viona saat melihat Valdi yang sedang memeluk sahabatnya itu, zhelda yang mendengar perkataan viona lantas menyenggol lengan viona yang mampu membuat perempuan berkepang dua itu menoleh kearahnya.

Playboy Insyaf [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang