bab 22

539 36 13
                                    

Memasukan kembali handphonenya pada saku Hoodie yang dirinya kenakan, Vania menatap nanar dirinya sendiri pada sebuah cermin yang terletak di toilet umum sebuah taman, berjalan ke arah bangku yang terlihat kosong, taman sangkareang terlihat sangat sepi dari biasanya, memeluk dirinya sendiri, Vania menelungkup wajahnya pada kedua tangannya serta kaki yang dirinya tekuk bayang-bayang aksa seketika terlintas di benaknya serta momen mereka saat bersama di taman ini.

Melihat seorang perempuan yang seperti dirinya kenali membuat trian menghampiri perempuan tersebut.

Mendengar suara langkah kaki membuat Vania segera menghapus air mata yang membasahi pipinya, saat dirinya mengetahui orang itu adalah trian, Vania menghembuskan nafasnya dengan lega.

"K-kak Vania?" Ucap trian dengan rasa herannya karena melihat mata serta wajah perempuan itu yang memerah.

"Kak Vania kenapa?" Sambungnya yang justru membuat tangis vania pecah, mendengar Vania yang menangis membuat trian panik bukan main, menghampiri Vania yang tengah terisak trian duduk di sebelah perempuan itu, saat ingin mengulurkan tangan untuk mengusap lengan Vania, pergerakannya terhenti saat dering handphonenya berbunyi.

"Kak, trian angkat telfon dulu ya?" Ujarnya pamit kepada vania dan Vania hanya menganggukan kepalanya sebagai respon. Setelah apa yang terjadi kepada dirinya dan Aksa vania harus menerima kenyataan bahwa Andra kekasihnya benar-benar main belakang. Setelah basa basinya bersama Aksa tadi vania memilih untuk pulang sebenernya ini hanyalah alibinya saja, memilih untuk mengunjungi sebuah taman bermaksud untuk menenangkan dirinya ia tidak sengaja melihat seseorang yang seperti dirinya kenali.

"Sayang kamu kapan sih mau kasih tau dia?!" Ujar seorang perempuan kepada seorang laki-laki yang sedang menggenggam tangan wanita tersebut. Asik dengan lamunannya hingga tak menyadari ponselnya yang berdering beberapa kali yang menandakan adanya sebuah pesan yang masuk, saat melihatnya Vania cukup terkejut dengan apa yang di tampilkan oleh handphone miliknya.

"Bajingan, kamu benar-benar bajingan," Entah apa yang harus dirinya lakukan menangis saja rasanya sudah tidak sanggup apakah dia harus menangis sambil kayang?, Sangat tidak lucu.

"Ck pake di private segala." Ujarnya kepada dirinya sendiri.

"Kok gue Gatau kalok dia punya akun second?" Sambungnya kepada dirinya sendiri. Sial dunia sedang bercanda kepadanya, terkekeh dengan hambar saat menyadari bahwa orang yang dirinya temui adalah andra kekasihnya padahal belum beberapa jam dia dan andra bertemu tetapi laki-laki itu sekarang sudah bersama dengan perempuan lain.

"Apa dia Rani?" Ujarnya kepada dirinya sendiri, menghapus air mata yang ingin meluruh keluar dari kelopak matanya, vania mencoba untuk menghubungi Andra untuk mengetes kekasihnya itu dan vania hanya bisa terkekeh saat andra berkata bahwa ia sibuk.

"Sibuk sama masa lalu." Ujarnya sambil terkekeh dengan hambar.

"Kena karma kan Lo Van." Ucapnya kepada dirinya sendiri.

"Sibuk apaan kayak gitu pake peluk-peluk segala." Sambungnya dengan mata yang tidak lepas dari layar handphonenya. Dirinya benar-benar patah hati, setelah kejadian dirinya melihat Aksa entah memeluk siapa dan sekarang Andra dengan masa lalunya, memutuskan untuk mencurahkan isi hatinya di Twitter miliknya, cuaca yang lumayan dingin membuat vania memutuskan untuk kembali ke rumah dengan berjalan kaki, jarak taman dan rumahnya tidak terlalu jauh, saat tiba di rumahnya Vania memilih untuk membaringkan dirinya pada tempat tidur miliknya sambil menerawang langit-langit kamarnya yang bernuansa putih itu, asik dengan pikirannya hingga Vania tak menyadari dering telfonnya yang berbunyi hingga deringan terakhir mampu membuatnya tersadar dari lamunannya, saat melihat nama Aksa yang tertera pada notifikasi miliknya ada sedikit rasa kecewa kepada ketua Casanova itu tetapi Vania juga bersalah disini, berperang dengan hati dan otaknya akhirnya vania memilih untuk menghampiri aksa yang menunggunya di pekarangan rumahnya.

Vania bisa melihat laki-laki yang menggunakan jaket berlambang kupu-kupu pada bagian belakangnya menatap tak percaya kepada ketua casanova itu karena dia yang baru keluar dari rumah sakit bukannya memilih untuk istirahat tetapi laki-laki itu memilih untuk mengunjunginya, rambutnya yang gondrong dan sedikit acak-acakan membuat ketampanan aksa di mata vania bertambah seratus kali lipat dari biasanya gimanapun Aksa tetap tampan di matanya dengan kelebihan dan kekurangan laki-laki itu vania selalu menyukainya.

"Mau apa lo kesini?" Tidak ingin menambah debaran pada jantungnya Vania memilih untuk bersikap acuh kepada Aksa bukan Aksa namanya jika menyerah begitu saja.

"dengerin penjelasan gue dulu ya?" Ucap Aksa dengan nadanya yang terdengar lembut di telinga Vania dan itu justru membuat Vania mematung di tempatnya, Aksa menarik tangan gadis itu hingga dekat dengannya, menggenggam tangan gadis yang berhasil membuatnya uring-uringan dan tak berdaya, Aksa menatap manik coklat itu dengan dalam.

"Gue bakal jelasin Semuanya, gue mohon percaya sama gue," Aksa menarik pinggang ramping perempuan itu mengikis jarak di antara mereka, vania yang masih kecewa dengan Aksa mendorong laki-laki itu yang mampu membuat sang empu hampir terjatuh karena dorongan gadis itu, Aksa menatap tak percaya kearah Vania, tak ingin menyerah Aksa terus mencoba untuk mendekati perempuan itu.

"Lo gak boleh kayak begini Vania, lo gak boleh ngediemin gue kayak gini." Batinnya, Aksa menatap sendu kearah Vania yang justru menatapnya sebaliknya, melihat itu ada sedikit rasa kasihan pada dirinya yang membuatnya memutuskan untuk tidak menolak saat Aksa menggenggam kembali tangannya.

"Dengerin gue ya? Gue sama dia gak ada hubungan apa-apa, dia mantan gue pas SMP namanya queen, gue akui dia Memang cinta pertama gue tapi dia bukan cinta terakhir gue, cinta terakhir gue itu lo." Ujar aksa sambil menoel hidung mancung perempuan itu, vania yang mendengar penuturan Aksa mendadak merasakan panas pada pipinya tidak ingin terlihat salah tingkah, Vania justru memeluk Aksa dan menenggelamkan wajahnya pada dada bidang laki-laki dengan gelar pecinta wanita itu, membalas pelukan vania aksa mengeratkan pelukan mereka.

"Gue emang cinta terakhir lo, tapi apa lo bisa jadi cinta terakhir gue?" Batin vania.

"Maafin gue, maaf." Ujar Aksa dengan penuh rasa sesal.

"Gue juga minta maaf Aksa, maaf karena udah pergi gitu aja dan gak dengerin penjelasan lo." Ujar Vania, aksa hanya tersenyum sebagai respon, menyelipkan anak rambut vania yang berantakan dan kembali memeluk perempuan itu kini mereka berdua telah memaafkan apa yang terjadi dan semua kesalahanpahaman antara mereka.

"GAK! KALIAN GAK BOLEH SAMA-SAMA!" Ujar seseorang sambil menatap Aksa dan Vania dengan tatapan kebencian.

Bersambung

Bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Playboy Insyaf [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang