bab 18

652 33 14
                                    

"Aksa, buka dong mulut lo." Membujuk Aksa ternyata sangat susah untuknya padahal hanya sekadar untuk minum obat tetapi laki-laki terus mengatupkan mulutnya dan menggelengkan kepalanya.

"Gak mau Van gue gamau minum obat!" Aksa terus mendorong tangan Vania yang ingin mencoba memberikannya obat. Aksa menatap perempuan itu dengan memohon.

"Gue udah sembuh Van, gak perlu obat perlunya lo." Ujar Aksa Vania hanya menatap datar laki-laki itu tetapi tidak dengan hatinya yang mendadak di penuhi oleh kupu-kupu imajiner.

"Terserah, gue keluar kalok gi--"

"IYA GUE MINUM OBATNYA TETEP DISINI!" ucap Aksa lalu segera memasukan benda kecil berbentuk bulat itu ke mulutnya dan meneguknya dengan air, setelah itu laki-laki itu memandang vania.

"Aw sakit van." Ucapnya kepada vania saat perempuan itu memegang bekas tusukannya.

"Ini lo bilang gak sakit?!" Sambil memegang bekas tusukan laki-laki itu dan aksa meringis saat vania memegang bekas tusukannya, aksa menggenggam tangan perempuan itu.

"Sakit, tapi lebih sakit yang ini," tunjuknya pada hatinya.

"Ini kenapa?" Ujar vania sambil memegang dada aksa, aksa merasakan banyaknya kupu-kupu imajiner berterbangan dalam hatinya.

"Sa?, Kenapa. Lo sampek segininya?" Perkataan vania membuat aksa terdiam. "Lo penting buat gue." Ucap aksa. Vania yang mendengar penuturan aksa hanya terdiam dengan segala pikirannya.

"Lo tau andra darimana?" Ucapnya setelah 5 menit memikirkan apa yang akan ditanyakannya kepada aksa, aksa yang mendengar penuturan vania hanya diam dan menatap perempuan itu dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Itu gak penting." Ucapnya yang mampu membuat vania cemberut, aksa yang melihat wajah masam gadis itu lantas mencubit hidung mancungnya yang mampu membuat vania semakin cemberut.

"Aksa ihh!!, Sakit tau!" Mengusap hidungnya yang sakit dan mungkin merah Karena ulah laki-laki itu, vania membuang pandangannya kearah jendela, saat matanya tidak sengaja melihat seseorang vania lantas pergi dari ruangan aksa yang mampu membuat laki-laki itu meneriaki namanya, beranjak dari ranjang, aksa meringis saat Luka di perutnya berdenyut nyeri padahal bekas tusukannya sudah kering tetapi ia tidak perduli dia lebih khawatir dengan perempuan itu.

20 menit lamanya aksa mengitari rumah sakit ini mulai dari koridor rumah sakit, Lobi hingga taman tetapi nihil vania tidak berhasil ditemukannya, saat matanya tidak sengaja menangkap seseorang yang seperti dikenalnya membuat aksa mengikuti langkah orang itu.

"Aksa!" Aksa menorehkan atensinya saat melihat melvin berada di belakangnya dengan nafas ngos-ngosan.

"Lo kenapa?"

"Vania sa, gue liat dia berdiri di ujung rooftop." Perkataan melvin mampu membuat aksa dengan segera berlari menuju rooftop tanpa memperdulikan lukanya yang berdenyut nyeri karena ia memaksa untuk berlari.

"Gue rela mati demi lo tapi lo rela mati demi dia." Ujar aksa pada dirinya sendiri sambil terkekeh. Menahan sakit pada bekas tusukannya jika terjadi sesuatu pada perempuan itu maka sama saja, lebih baik jika dia tidak membuka matanya daripada harus menyaksikan vania yang akan melompat dari rooftop.

"Apa yang bakal lo lakuin van. Lo kenapa." Batin aksa, dia bisa melihat perempuan itu berdiri di ujung rooftop, angin yang cukup kencang mampu menerpa rambut panjangnya dan sedikit saja perempuan itu akan terjatuh. Berlari dimana vania berada aksa menarik tangan perempuan itu yang mampu membuat vania jatuh dalam dekapannya.

Playboy Insyaf [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang