Aksa memandangi Vania yang tengah mengerjakan tugasnya walaupun tidak sekolah selama seminggu lebih karena menjaganya tetapi perempuan itu tidak pernah absen untuk tidak mengerjakan tugasnya yang ketinggalan, terkadang zhelda membawakannya buku catatannya agar perempuan itu tidak ketinggalan pelajarannya karena ujian sekolah mereka akan di gelar pada bulan mei dan waktu mereka hanya tersisa 3 bulan kurang di masa putih abu-abu ini.
"Van." Vania hanya berdehem menanggapi perkataan aksa dirinya cukup sibuk dengan catatan kimia dan fisikanya.
"Lo inget sama gue gak?" Ucapnya yang mampu membuat Vania mengalihkan perhatiannya dari buku-buku itu ke arah ketua Casanova itu.
"Ya inget lah, Lo kenapa sih?" Ucap Vania dengan bingung, melihat aksa yang menghembusnya nafasnya pasrah membuatnya semakin bingung.
"Lupain."
"Gaje banget lo." Ucap Vania dan perempuan itu kembali asik dengan catatan dan tugasnya, aksa yang melihat itu menatap kesal punggung perempuan dengan rambut Sepinggang itu.
"Masih muda tapi ingatan kayak orang tua." Ujar Aksa yang masih di dengar oleh Vania.
"lo bilang apa barusan sa?. Siapa yang punya ingatan kayak orang tua hmm?" Vania menatap laki-laki itu dengan datar sedangkan Aksa menarik tangan perempuan itu agar mendekat kearahnya.
"Cantik. Lo selalu cantik." Batin Aksa.
"Lo," tunjuknya sambil menoel hidung mancung perempuan itu sedangkan Vania hanya bisa terdiam menikmati debaran jantungnya yang berdegup dengan kencang. Mendengar deheman seseorang membuat kedua insan itu menoleh ke sumber suara.
"Sorry." Ucap melvin dengan wajah tanpa dosanya, aksa menatap mantan inti casanova itu dengan malas.
"Ngapain?" Ucapnya dengan dingin, mendengar penuturan aksa membuat laki-laki itu berjalan menghampiri ketua casanova itu dengan sebuah kertas di tangannya. Memandang Vania melvin mengkode perempuan itu agar keluar dari ruangan aksa.
"Gue mau ngomong empat mata sama aksa." Ucap melvin to the point saat melihat raut wajah perempuan itu kebingungan.
"Ta--"
"Keluar bentar ya?" Ucap Aksa dengan lembut Vania hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan pasrah saat melihat Aksa yang menatapnya dengan tatapan memohon.
"Okey jangan lama-lama," melenggang pergi dari ruangan aksa dan tersisalah Aksa dan melvin di ruangan ini.
"Gue nemuin sesuatu." Ucap melvin kepada Aksa sambil menunjukan sebuah lembaran yang berisi foto seseorang sedangkan Aksa menatap itu dengan tajam saat ia tidak asing dengan orang itu.
"Gue gatau sa kayaknya ini gak mungkin." Ucap melvin dan Aksa menganggukan kepalanya pertanda setuju dengan apa yang di ucapkan oleh melvin.
"Lo harus selidiki ini, inget jangan sampek dia curiga." Ucap aksa setelah mendengar perintah dari Aksa Melvin segera melenggang pergi meninggalkan ruangan ketua casanova itu.
"Gak ini gak mungkin." Ucap Aksa pada dirinya sendiri saat asik dengan pikirannya dia tidak menyadari kehadiran Vania yang sedang menatap laki-laki itu.
"Gak mungkin apa sa?" Perkataan vania mampu membuat lamunannya buyar dan laki-laki itu lantas tersenyum kearah perempuan itu dan menarik tangan Vania agar duduk di tempat tidur miliknya. Melihat Aksa yang terus diam membuat Vania melayangkan tangannya di hadapan laki-laki itu.
"Sa?. Lo gapapa?"
"E-eh g-gue gapapa," tersenyum ke arah perempuan itu dan mengacak rambut Vania dengan gemas Vania memicingkan matanya saat melihat keraguan di mata laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Insyaf [ On Going ]
Novela JuvenilSedang di revisi! Kisah ini Menceritakan tentang inti casanova seorang pecinta wanita yang selalu memainkan sebuah perasaan. Ketika mereka mulai serius dengan satu perempuan permasalahan mulai melanda Kisah cinta mereka. Kesalahpahaman yang terjadi...