14- Cila

2 2 0
                                    

Pagi ini didit sedang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Didit sedang mencari seragam sekolah nya yang lupa ia menaruh seragam nya dimana"nih seragam sekolah nyusahin banget".kata nya frustasi.
Didit segera keluar dari kamar dan menju kelantai bahwa untuk bertanya kepada embak Dijah.

"Embak".

"Iya den kenapa". tanya embak itu ke Didit.

"Em embak liat seragam sekolah Didit gak".?

"Yang putih abu ya den". tanya nya kepada Didit.

Didit segera mengagu agukan kepalanya.sebagai jawaban

Embak Dijah segera mengambil kan seragam yang di maksud Didit"ini den, Kamri embak liat nya di kamar aden terus embak Ambil, terus embak cuci den". jelas embak Dijah kepada Didit.

"Iya embak gakpp kok". jawab nya dengan sopan.
Yaudah kalau gitu Didit mau siap-siap dulu ya embak.pamit Didit lalu pergi ke kamar nya.

                                       °°°°°

Sekarang Didit telah sampai di sekolah nya dia ia segera memarkirkan motor sport miliknya.setelah itu Didit berjalan menuju kelasnya.belum sampai Didit di kelas dia melihat sahabatnya sedang di hina oleh anak-anak.

Didit segera berlari kelapangan sekolah lalu melihat cila yang sudah berderai air mata.dan sesekali Didit melihat anaknya yang sudah menghina sahabat nya dengan tatapan tajam.

"Lo semua gak punya hati ya". tanya Didit dengan tatapan tajam.

Dan anak-anak itu hanya diam tanpa berkata sedikit pun."kenapa Lo semua diem". tanya Didit penuh penekanan.

"Harus nya kalian sadar kalau kalian itu udah nyakitin hati nya cila.kalau kalian di gituin pasti kalian gak akan terima kan, begitu juga cila dia bisa aja sabar sama sikap kalian selama ini.tapi gue gak terima kalau kalianngehina sahabat gue". jelas Didit kepada anak-anak itu.

Orang-orang di sekitar lapangan itu hanya diam tanpa berkata kata sedikit pun.

"Dan kalau kalian ngehina, harus nya kalian liat dulu diri kalian apa udah pantes buat menghina orang lain". jelas Didit lagi kepada anak-anak yang sudah ngehina cila.

Didit segera menarik tangan cila untuk pergi dari lapangan itu.untuk menuju taman belakang sekolah"Lo kenapa diem aja , saat Lo dihina kayak tadi".? tanya Didit kepada cila .

Cila menarik nafas panjang lalu menghembuskan dengan perlahan."gue gak tau mau jawab apa,dan yang mereka bilang itu juga bener".kata cila dengan tatapan sendu.

Didit mengerti jika sahabat nya ini sangat sedih karna dihina seperti tadi."tapi Lo tetep gak boleh diem aja kayak tadi la mereka udah kelewat ngehina Lo".kata didit penuh penekanan.

"Udah dit gak usah di pikirin, makasih ya karna Lo selalu belain gue".kata cila dengan tersenyum tipis.

"Iya sama-sama, lagian sesama sahabat itu harus saling melengkapi". jelas Didit kepada cila. Hanya tersenyum kearah Didit lalu melihat ke arah langit yang cerah itu.

"La kalau mereka gituin Lo lagi,Lo gak boleh diem aja dan Lo harus jawab kata-kata mereka."jelas Didit kepada cila

"Gak lh males gue, lagi gak guna juga gue jawab orang, gak ada yang salah dari kata-kata mereka".kata cila dengan santai.

Didit kagum kepada sahabatnya yang satu ini padahal ia sudah di hina berkali kali namun ia tetap sabar ngehadapi anak-anak itu.lalu melihat cila sekilas.

"Udah yok dit kita pergi ke kelas".ajak nya kepada Didit.

"Yaudah ayok".kata didit segera berdiri.
Lalu berjalan di sebelah cila. Mereka berjalan sambil bercerita dan tertawa bersama untuk melupakan apa yang baru sudah terjadi.

Cila sangat berterima kasih karna sudah di pertemukan Kepada sahabat sebaik Didit Dan yang lainnya.

"Boleh menghina tapi sebaiknya berkaca  terlebih dahulu. Jika sudah berkaca lihat lah dirimu apakah sudah pantas menghina orang lain".cila

Didit and Home ComingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang