Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Baru saja Zellica duduk disisi ranjangnya, ia melihat pesan dari Bintang yang katanya ada di depan rumah. Cewek itu mendelik malas, padahal baru saja ketemu Ari, dan kebetulan baru banget pulang anaknya.
Melihat ke arah Ayana, orangnya sudah tertidur pulas di bawah selimut. Zellica beranjak mau tak mau kembali turun untuk menemui Bintang.
Wajahnya yang datar menemukan Bintang juga duduk di kursi terasnya dengan ekspresi datar, Zellica mengerutkan keningnya menebak-nebak dalam hati kenapa dengan Bintang.
"Ngapa-
"Starla,"
Punggung Zellica langsung menegak, cewek itu meneguk ludahnya mendengar nada bicara Bintang yang benar-benar dingin namun juga tegas. Jantungnya berpacu dengan cepat, tegang melanda.
Nandar pernah bilang, marahnya Bintang lebih serem dibanding galaknya Ayana, sarkasnya Nandar dan bahkan ketusnya Zellica sendiri. Caranya bicara akan ketus dan juga tajam, asal ceplosnya melebihi Nandar ketika menolak cewek-cewek yang nembak dia.
Waktu itu Zellica pernah diomelin karena Ari, segitu saja Zellica dibuat banyak mikir untuk memainkan perasaan Ari. Sekarang justru tentang Starla, ceweknya Bintang sendiri.
"Gua nggak perlu jelasin apa-apa kan, Tu? Lu tau apa yang ada di otak gua." ucap Bintang masih dengan pandangan lurusnya menatap datar tanaman hias milik Maminya Zellica di depan teras, seketika Zellica langsung memikirkan satu-satunya orang yang jelas akan mengadu pada Bintang walau sudah diingatkan jangan. Sofia lah, siapa lagi?
"Terus lo mau gue ngapain?" tanya Zellica berusaha terdengar biasa saja, walau sebenarnya Zellica sangat yakin jika Bintang peka dirinya sedang takut pada cowok itu.
"Versi lo, gua mau tau apa yang lo lihat pas nyidukin Starla." ucap Bintang membuat Zellica menghela nafasnya, baru akan memulai cerita, tiba-tiba Bintang mengumpat kasar dan mengomel. "Anjing, berarti chat dia sama si Jerome minta ketemu karena mau bahas heroin?" katanya agak ketus membuat Zellica diam tak berani menyela.
"Dia bilang, dia ada urusan yang nggak bisa dikasih tau ke gua. Itu soal dia jual narkoba? Tuh cewek jenis apaan sih? Berani banget jual-jual begituan?! Bangsat, mukanya nggak ada dosa banget lagi tiap sama gua! Parahnya, sok berkepribadian baik. Asli, tuh cewek bener-bener anjing!"
Lagi-lagi Zellica meneguk ludahnya, bahkan Bintang berani mengata-ngatai Starla walau dibelakang orangnya. Bagaimana jika Bintang lepas kendali di depan Starla, lalu apa yang akan Bintang lakukan ketika melihat Starla kambuh?
Semua gelap, nggak kebayang sama sekali. Otak Zellica nggak nyampe.
Dan lagi, ketika Zellica akan mengeluarkan suaranya, Bintang lebih cepat menyela.
"Dan gua lebih nggak ngerti lagi sama elu, Tu. Lu temen gua apa temennya Starla?" ketus Bintang sambil menoleh pada Zellica, membuat Zellica menunduk dan diam tak menjawab. "Dibanding Sofia, lu yang lebih deket sama gua. Elu nggak bakalan punya temen sampe sekarang kalau nggak karena gua, Ratu. Gua juga males banget biarin Ari suka sama cewek macam lu, gua juga yang tau gimana lu sama semua curhat-curhat lu. Mana rasa terima kasih lu buat gua? Apa bentuknya semacam nutupin kesalahan Starla? Lo sebut itu cara berterima kasih?"