Haii..Hello...
Masih lanjutan dari part Our Autistic Sister...
Selamat membaca...
Jangan bosen-bosen ya, hehe...
.
.
.
."Mark!" Panggil lucas berlari seperti orang yang kesetanan, setelah membaca pesan terakhir dari lumark
"Mana belajaan nya?" Tanya tayong menghadang langkah lucas
"Masih di mobil bang, nanti lucas bakal turunin setelah cek keadaan kak ili." Ucap lucas membuat tayong mengernyit bingung, perasaan dia tadi si anak autis itu baik-baik aja
"Kenapa lagi sama tuh anak? Buat masalah dia di supermaket?" Tanya tayong membuat lucas harus meredam amarahnya
"Tangan kak ili terluka bang dan penyebabnya belum diketahui." Ucap lucas membuat tayong terkekeh geli
"Pasti ulah tuh anak, dia kan autis. Bisa aja dia ngelukain dirinya sendiri, kan?" Ucap tayong mendapat tatapan kekecewaan untuk kesekian kalinya dari lucas
"Maaf bang, kalau abang tidak suka dengan kak ili setidaknya abang jangan menghina kak ili. Biar gimanapun kondisi dan keadaan kak ili, kak ili tetap bagian keluarga kita bang." Ucap lucas lirih
"Pacar gw nanti mau dateng, sebisa mungkin jangan sampai anak itu turun apalagi sampai gangguin acara gw. Lu tau kan apa akibatnya kalau anak itu sampai nunjukin batang hidungnya?" Ucap tayong menatap lucas yang mengangguk mengerti
"Udah ga ada lagi yang ingin di omongin kan bang, kalau gitu lucas mau keatas dulu." Ucap lucas membungkuk sopan dan meninggalkan tayong yang mengepalkan tangannya
"Liat aja nanti pembalasan gw ke anak autis itu." Ucap tayong tersenyum miring
.
Ting...tong...
"Kayanya jenya udah dateng." Monolog tayong berjalan kearah pintu utama
Cklek...
"Hai sayang." Sapa gadis dengan senyum manisnya
"Haii by, bener kan tebakan aku kalau yang dateng itu kamu." Ucap tayong mengelus kepala sang kekasih
"Ayo masuk by.." Ajak tayong menggandeng tangan jenya
"Maaf ya sayang aku datengnya lama, tadi ada insiden kecil sampai tangan aku merah kaya gini." Ucap jenya mengadu sambil memeluk lengan tayong manja
"Tangan kamu kenapa bisa merah gini by? Gimana ceritanya? Siapa yang udah berani lukain kamu?" Ucap tayong khawatir melihat tangan jenya yang sedikit memar
"Sebelum aku ke rumah kamu, aku kan di suruh belanja sama mama pagi-pagi ke supermarket. Terus aku ketemu sama cewe aneh yang tiba-tiba pukul tangan aku sampai tangan aku memar kaya gini." Ucap jenya yang mengarang cerita
"Kamu masih inget wajahnya by?" Ucap tayong mengelus lembut tangan jenya yang memar
"Masih sayang, dia lumayan tinggi, terus wajahnya kecil, rambutnya sebahu dan berponi, dan dia bertingkah aneh." Jelas jenya membuat tayong mengernyit
"Ciri-cirinya kaya anak autis itu, tapi ga mungkin." Monolog tayong dalam hati
"Sayang!" Panggil jenya menepuk pipi tayong
"Eh, baby kenapa?" Tanya tayong
"Kamu kenapa bengong sih? Kamu ga dengerin aku ya?" Tanya jenya menatap tayong kesal
"Maaf baby, tadi aku lagi mikir siapa orangnya. Apa perlu aku minta rekaman cctv supermarket yang kamu datengin itu? Biar aku tau siapa pelakunya dan biar aku kasih dia pelajaran karena udah berani-beraninya ngelukain kamu." Ucap tayong membuat jenya terkejut panik

KAMU SEDANG MEMBACA
Lalisa Manoban (One/two/more shoot)
RandomOneshoot/twoshoot/bisa lebih tentang lisa × boys. Berisi ke- haluan dari author untuk para readers.. Lalisa × boys . . . Langsung aja mampir!! Baca, Vote, Komen, Bye, dari author👋