Haii..Hello...
Masih lanjutan dari part Our Autistic Sister...
Bakal tamat 1/2 part lagi...
Lumayan panjang nih ceritanya, semangat...
Selamat membaca...
Jangan bosen-bosen ya, hehe...
.
.
.
.Sudah dua jam lamanya mereka menunggu lili sadar, tapi lili masih enggan untuk membuka matanya. Bahkan mereka juga sudah bertemu dan berbincang dengan kedua orangtua mereka.
Untuk pertama kalinya, mereka merasakan hancurnya kedua orangtua mereka. Hanya ada tatapan lelah dan kecewa dari wajah kedua orang tua mereka.
Mereka fikir kedua orangtuanya akan memarahi mereka. Ternyata dugaan mereka salah, kedua orangtua mereka malah menyalahkan diri mereka sendiri, karena merasa tidak becus dalam mengurus anak-anaknya.
Mereka hanya diam membisu melihat terpuruknya kedua orang tua mereka. Karena kedua orangtuanya tidak banyak bicara, hanya nasihat dan pesan dari ending pembicaraan mereka dengan kedua orangtua mereka.
Bukan itu yang mereka inginkan dari respon kedua orangtua mereka, yang mereka inginkan kedua orangtua mereka menghukum atau mencaci maki mereka karena perbuatan brengsek mereka.
Soal kondisi lili, kedua orangtua mereka belum membicarakan kondisi lili, setelah menghabiskan waktu 30 menit mereka berbicara dengan sang dokter.
"Nak, gimana kondisi kamu?" Tanya dian membuka pembicaraan diantara mereka sambil menatap salah satu anaknya yang terluka
"Kondisi tayong gapapa mah, udah diobati juga sama dokter tadi." Jawab tayong tak berani menatap kedua mata orangtuanya
"Pah, mah... ta-ayong min-nta ma-aaf... Tay.."
"Jadikan ini pelajaran untuk kamu dan yang lain, mama dan papa tidak ingin melihat anak-anak kami saling melukai. Sangat sakit mendengar dan melihat anak-anak mama tidak akur." Potong lirih dian menatap sendu anak gadis yang masih enggan membuka matanya
"Janji sama mama dan papa, kalau kejadian ini yang terakhir kami mendengar. Sayangi dan jaga lili, jangan pernah sakiti anak gadis mama lagi. Walaupun lili terlahir istimewa seperti ini, lili berhak dan pantas mendapat perhatian dan kasih sayang dari keluarganya, terutama kakak dan adik-adiknya." Sambung dian menatap anak-anak laki-lakinya yang hanya diam dan kembali menangis
"Jaga adik dan kakak kalian dulu, papa sama mama mau keruangan dokter wirza. Papa titip lili, jika terjadi sesuatu dengan lili segera hubungi papa." Ucap andra menggandeng tangan istrinya dan meninggalkan ruangan lili
"Jangan berani-beraninya tangan kotor lo nyentuh kak ili." Ucap dingin lucas menatap tajam salah satu abangnya yang sudah duduk disamping lili
"Minggir! Lo ga berhak buat duduk disamping kak ili." Sambung lucas mendorong bahu bekyun yang hanya diam menurut tanpa perlawanan
"Kak ili..." Ucap lucas lirih memegang hati-hati tangan sang kakak yang tengah di infus
"Mimpi kak ili indah banget ya? Sampai kak ili ga mau buka mata..." Sambung lucas menyentuh pipi sang kakak yang memar
"Udah dua jam lebih loh kak ili tidurnya.." Ucap lucas
"Kak bangun yukk, papa sama mama ada disini. Bahkan abang-abang yang lain juga ada disini. Mereka maksudnya kami semua mengharapkan kak ili membuka mata dan sama-sama kami lagi." Ucap lumark mendapat tatapan tajam dari lucas
"Cas, jangan kaya gini. Gw tau lu marah dan benci mereka, gw pun sama cas. Tapi lu liat kak ili, bahkan kak ili ga pernah benci mereka cas." Ucap lumark yang mengerti tatapan lucas

KAMU SEDANG MEMBACA
Lalisa Manoban (One/two/more shoot)
RandomOneshoot/twoshoot/bisa lebih tentang lisa × boys. Berisi ke- haluan dari author untuk para readers.. Lalisa × boys . . . Langsung aja mampir!! Baca, Vote, Komen, Bye, dari author👋