Chap 4

3.6K 465 46
                                    

Jaemin meletakkan Jisung di ranjangnya. Merebahkan Jisung dengan nyaman disana. Senyum manisnya yang sedari tadi mengembang tidak pernah luntur. Ramalan itu nyata dan itu terbukti sekarang.

Wajah anak muda yang sedang tidur di ranjangnya itu tidak banyak berubah. Tetap manis dan lucu seperti awal mereka bertemu. Jisung adalah satu-satunya orang yang membuat Jaemin merasa hangat hanya saat melihat mata dan senyum nya.

Jari Jaemin dengan halus membelai wajah Jisung. Merasakan halusnya kulit Jisung. Mereka terpaut usia yang sangat jauh. Tetapi Jaemin yakin Jisung lah sosok yang diramalkan untuk membebaskan ia dari kutukan ini.

"Yang Mulia, inikah orang yang membuat  Yang Mulia tidak pernah pulang ke Kerajaan Yang Mulia?" salah satu orang kepercayaannya bertanya.

Jaemin mengangguk sebagai jawaban. Manik biru laut nya yang indah tidak pernah lepas dari menatap Jisung yang tengah terbaring dengan kelopak mata yang terpejam. Menunggu kelopak mata itu terbuka dan ingin melihat manik kelam Jisung menatapnya lagi seperti dulu. Jaemin sangat merindukan nya.

"Aku menunggumu sangat lama dan kau malah pingsan saat melihat ku. Apakah aku menakutkan?" Jaemin tertawa kecil diakhir kalimatnya, mengingat wajah menggemaskan Jisung yang terkejut tadi.

"Bangunlah sayang, aku disini selalu menunggumu" Jaemin berbisik lembut ditelinga Jisung. Lalu memberikan kecupan singkat di kening Jisung sebagai sambutan atas pertemuan mereka kembali setelah sekian lama.










"Balon ku ada lima, rupa-rupa warnanya, merah, kuning, kelabu, merah muda, dan biru meletus balon hijau---"

"DORRR!!"

"AAAAAAAAAA"

"Sssttt! Tidak bisakah kalian berdua tenang? Kita sedang di dalam hutan, nanti bagaimana kalau penghuni disini terganggu dengan keributan yang kalian buat" Shotaro memperingati.

Ningning dan Chenle terdiam. Shotaro saat sedang serius cukup menyeramkan dan mereka berdua harus berhati-hati jika Shotaro sedang dalam mode serius nya.

"Aku tidak habis pikir, kenapa kita mencari Jisung di dalam hutan. Bukankah itu aneh anak penakut sepertinya malah pergi ke dalam hutan sendirian?" Ningning mengeratkan pegangannya pada Chenle dan Shotaro.

"Biar kau tidak lupa juga, Jisung adalah anak yang mempunyai rasa penasaran yang tinggi. Dimana dia merasa terpanggil maka jangan heran akan apa ia lakukan" Chenle berucap.

"Terakhir kali aku melihatnya berbicara dengan tembok dan bertanya 'mengapa kau sangat dingin? Apa tidak ada yang memberimu kehangatan?'. Mulai saat itu aku mulai khawatir Jisung itu anak indihome" Ningning tiba-tiba bergidik.

"Sebenarnya tidak terlalu nyaman juga menjadi Jisung. Orang tuanya sangat overprotektif padanya, dia tidak boleh diizinkan pergi jauh dari rumah. Bahkan dia tidak boleh pergi sendirian dan harus ada yang menemaninya. Diperlakukan seperti princess sebenarnya tidak enak juga karena dia jadi tidak tahu banyak tentang banyak hal" Chenle berucap.

"Aku tidak tahu banyak hal tentang Jisung. Dia sangat tertutup. Maksudku, kita memang bersahabat tetapi ku lihat seringkali dia sering merenung dan memandang ke luar jendela seolah memikirkan sesuatu. Saat ku tanya dia hanya menggeleng dan tersenyum sebagai jawaban" ucap Shotaro dan diangguki setuju oleh Ningning.

"Tiap orang punya rahasia masing-masing. Aku juga tidak tahu banyak tentang dia. Tetapi sebagai sahabat, kita akan selalu saling menjaga satu sama lain. Dan jika boleh jujur sekarang sudah larut malam dan aku sangat takut sampai ingin terkencing dicelana" Ningning semakin mengeratkan pegangannya pada Chenle dan Shotaro saat mendengar lolongan serigala yang bersahutan.

"Sssttt! Kalian mendengar sesuatu?" Shotaro berbisik.

Ketiganya terdiam. Membuka telinga lebar-lebar. Tidak jauh dari mereka berdiri terdengar seperti ada yang melangkah dan berbincang-bincang dengan bahasa aneh. Ketiganya bergidik ngeri. Mereka bertiga saling berpandangan sebentar lalu berlari sekencang mungkin menjauh dari tempat itu.

"Arghh sial! Tadi mengerikan sekali" Chenle berusaha mengatur napasnya. Ningning langsung terduduk di tanah karena kelelahan setelah berlari jauh dan Shotaro juga melakukan hal yang sama.

"Astaga indah nya" manik Ningning melebar saat menyadari pemandangan di depannya sangatlah indah.

Sebuah danau yang terlihat berkilau dibawah sinar rembulan. Menghantarkan rasa penasaran Ningning untuk melihatnya lebih dekat dan menyentuhnya.

"KISAH ITU ADA" Ningning tiba-tiba berucap keras membuat Chenle dan Shotaro terkejut.

"Kau membuat jantung ku hampir loncat ke mata kaki" Chenle mengusap dadanya.

"Kisah apa?" Shotaro bertanya.

"Kisah tentang black mamba, kalian ingat? Lihat sekitar kita tempat ini sama dengan yang ada di internet. Danau yang indah dan ada goa selain itu di sekitar danau ditumbuhi bunga-bunga cantik dan indah. Misteri itu benar adanya"

"Lalu sekarang dimana black mamba itu?" Chenle memperhatikan sekitarnya.

"Mungkin sedang tidur" jawab Ningning asal. Ia beranjak dari duduknya dan berdiri di dekat danau.

"Jie baby, come to mommy. You hear me?" Ningning berbisik di dekat danau.

"Apa yang kau lakukan disitu?" Shotaro bingung.

"Siapa tahu Jisung diculik black mamba dan dibawa ke dasar danau yang dalam yang merupakan tempat kerajaannya untuk dijadikan permaisuri, mendampinginya dalam suka dan duka" jawab Ningning asal.

"Itu sangat gila dan mustahil. Coba kita masuk ke goa itu siapa tahu Jisung bermain disana" ajak Chenle.

"Aku lebih setuju ucapan Chenle daripada ucapan Ningning" Shotaro berucap dan beranjak dari duduknya.

Ningning mengangkat bahunya acuh lalu mengikuti langkah Shotaro sembari sesekali melirik ke arah danau. Perasaan Ningning mengatakan ada yang sedang mengawasi mereka sekarang.










Jisung membuka kelopak matanya perlahan. Mengucek matanya untuk memperjelas pandangan nya. Manik hamster Jisung melebar saat sadar ia berada ditempat asing. Ia ingat, ia pingsan karena melihat sosok lelaki yang tampannya bagaikan dewa Yunani. Tidak mungkin 'kan ia meninggal hanya karena terpesona pada orang tampan? Lemah sekali mentalnya.

"Jangan biarkan anak semanis aku meninggal dulu Tuhan. Aku masih jomblo belum punya pacar masih jadi beban orang tua" Jisung memejamkan mata dan menyatukan kedua telapak tangannya memohon.

Namun tidak lama fokus Jisung buyar saat mendengar suara orang terkekeh dari arah sampingnya. Jisung membuka kelopak matanya dan menoleh ke samping.

"K-kau--"

"Hai Jisung, masih ingat aku? Pemuda yang kau temui saat kau masih kecil dulu"

Jisung menyipitkan matanya menatap sosok di sampingnya itu. Mencoba mengingat-ingat masa kecilnya dimana katanya mereka pernah bertemu. Hingga ia ingat sosok pemuda yang pernah menggendongnya dulu namun sayangnya bayangan itu masih samar.

"Kau bercanda? Seharusnya kau sudah tua sekarang" Jisung tidak percaya.

"Itulah kau tidak tahu" Jaemin merendahkan tubuhnya dan menatap Jisung dari dekat sembari mengembangkan senyum.

"Aku tidak pernah bisa mati"

Deg!!











TBC.....................................................

See you next chap 👋

Salam hangat dari Semenya Jisung

- Ria

Black Mamba 🔞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang