Singto berangkat sekolah dengan perasaan marahnya. Bahkan saat menaiki motornya, Singto mengendarai dengan kecepatan maksimal. Pengguna jalan hanya mampu berkata kasar di dalam hatinya.
Singto sampai di sekolah. Segera dia memarkirkan motornya di parkiran. Singto mengeluarkan rokok dari sakunya. Orang tuanya bahkan tak tahu dirinya merokok.
Teman-teman Singto datang dengan motor masing-masingnya. Mereka melihat Singto yang sedang merokok.
"Nyebat lo pagi-pagi?" tanya Rian, teman Singto yang terlihat lebih kalem.
"Gue lagi stres."
"Kenapa?" tanya Satria, teman Singto yang gayanya sedikit nakal.
"Lo kenal Krist? Anak panti asuhan itu, yang masuk sekolah ini dengan beasiswa."
"Kenal lah. Fotonya banyak kan di handphone lo." ucap Rian.
Singto menatap tajam Rian.
"Kan bener, Bahkan foto dia ganti baju lo juga punya. Eh tapi gue kepo lo dapat foto telanjang dia darimana sih?" tanya Rian dengan polosnya.
Singto semakin menatap tajam Rian. Satria yang mengerti kondisipun segera mencairkan suasana.
"Sudah, sudah. Lo kenapa Sing stres?" tanya Satria.
"Dia di adopsi Mama sama Papa gue. Gue gak mau punya adik kayak dia."
"Kenapa gak mau? Lo bisa manfaatin situasi ini kan? Lo bisa nikmatin tubuh dia diam-diam." ucap Rian.
Singto kembali menatap Rian tajam.
"Iya iya gue diam. Salah terus gue." keluh Rian.
"Lo bukannya mau adik? Ya sama bokap nyokap lo diturutin. Terus kenapa sekarang stres?"
"Gue tuh mau adik kecil. Bukan yang hampir seumuran sama gue."
"Masuk kelas dulu lah, sudah jam masuk nih" ucap Satria.
Singto hanya menggangguk lalu berjalan mendahului Rian dan Satria.
"Padahal kalau gue jadi Singto, gue bakal manfaatin tuh buat dapatin tubuh Krist." ucap Rian.
"Otak Singto beda sama lo. Dahlah ayo masuk."
Rian dan Satria menyusul Singto yang sudah berjalan terlebih dahulu. Selama perjalanan, pandangan semua wanita tertuju pada Singto.
Singto, Rian dan Satria masuk ke dalam kelas dan duduk di tempat masing-masing. Satria duduk di samping Singto, sedangkan Rian duduk di belakang Singto dan Satria.
Setelah Singto duduk, tak lama datang wanita dan segera duduk di atas meja Singto. Paha putih wanita itu terlihat dikarenakan rok yang dipakai terlalu pendek. Singto hanya mengabaikan wanita itu.
"Sin lo gak lihat wajah Singto? Pergi lo dari sini." ucap Satria.
"Cerewet banget lo, lagian gue kesini cuma mau ngapelin Singto. Bukan kalian." tunjuk Sindi kepada Rian dan Satria.
"Sin, mending lo pergi deh. Muak gue lihat wajah lo." ucap Singto.
"Kok lo gitu sih Sing. Jahat banget ucapan lo."
"Makanya kalau gak mau gue kasar, pergi sekarang dari meja gue."
"Gue bakal pergi, tapi besok malam ke pesta ulang tahun gue. Gimana? Deal kan?"
"Oke"
Sindi mulai merapikan roknya dan berdiri dari meja Singto. Sebelum pergi, Sindi mencium pipi Singto. Tanpa berbicara, Singto segera menghapus bekas ciuman itu. Sindi pergi dari kelas Singto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Terlambat [ Singto x Krist ] ✓
FanfictionSingto yang terbiasa menjadi anak tunggal dengan tiba-tiba harus menjadi seorang kakak. Orang tua Singto membawa remaja dari panti asuhan. Singto benci ketika harus berbagi kasih sayang. Singto akan membuat adiknya tidak betah di keluarganya. Penyik...