Krist masuk ke dalam kamar Singto. Dengan senyuman, Singto menyambut Krist yang menggendong bayinya. Singto berdiri untuk menghampiri Krist.
"Bayi...," panggil Singto. Tangan Singto menyentuh pipi bayi dengan pelan. Singto menatap Krist. "Ini bayi? Ini beneran bayikan? Lucu."
Krist mengangguk. "Iya, ini bayi. Anak kita. Kulitnya masih merahkan? Lucu."
Singto menggenggam tangan kecil anaknya. "Tangannya kecil. Kok dia genggam terus sih? Eh, bayi gak pakai sarung tangan ya? Nanti kalau dia cakar pipinya gimana? Mama belum beliin bayi sarung tangan ya?"
Krist berjalan melewati Singto. "Aku capek. Mau duduk dulu." Krist duduk di ranjang Singto.
Singto menghampiri dan duduk menghadap Krist. Matanya menatap bayi dengan berkaca-kaca. Tangan Singto masih mengelus pipi bayi. "Bayi... ayo nangis. Jangan tidur terus."
Singto menatap Krist. "Bayi gak papakan? Kenapa bayi tidur terus? Bayi gak mau nangis gitu?"
Krist tertawa, lalu menatap Singto. "Bayi emang kerjanya tidur, Sing. Habis nyusu, dia tidur lagi. Nanti kalau sudah agak besar, dia baru jarang tidur." Tangan Krist mengelus rambut Singto. "Nanti juga nangis kalau dia lapar. Sekarang waktunya bayi tidur."
"Aku gak sabar nunggu bayi nangis. Nanti aku ya, yang buat susu bayi. Aku juga mau gantiin popok bayi. Bayi sudah ngompol belum?" tanya Singto tanpa menatap Krist. Singto masih menatap bayi dengan tatapan kagum dan terpesona.
"Nanti bayi nangis kalau ngerasa gak enak atau haus. Tunggu saja," ucap Krist pelan.
Singto menatap Krist. "Aku boleh ikut kaliankan? Kalian gak bakal ninggalin akukan? Aku gak mau sendiri. Aku gak mau kehilangan kalian."
"Boleh." Krist berdiri dari duduknya. Tangan Krist menarik Singto hingga berdiri. "Kita bersama habis ini. Maaf kalau sedikit sakit."
Singto mengangguk. Mereka berjalan menuju jendela kamar yang tak tertutup.
Krist menghadap ke arah Singto. "Terima kasih untuk semuanya. Sekarang, kita bahagia."
Singto mengangguk, lalu dengan menggandeng tangan Krist, mereka lompat. Kehidupan dunia Singto sudah berakhir. Sebelum menutup matanya, Singto tersenyum.
"Terima kasih, Pa, Ma, sudah beri Singto kehidupan yang bahagia. Tapi, Singto akan lebih bahagia kalau sama Krist. Selamat tinggal, Pa, Ma. Singto bersyukur pernah jadi anak Papa sama Mama." Singto memejamkan matanya.
🕊️🕊️🕊️ END 🕊️🕊️🕊️
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Terlambat [ Singto x Krist ] ✓
FanfictionSingto yang terbiasa menjadi anak tunggal dengan tiba-tiba harus menjadi seorang kakak. Orang tua Singto membawa remaja dari panti asuhan. Singto benci ketika harus berbagi kasih sayang. Singto akan membuat adiknya tidak betah di keluarganya. Penyik...