Gugur

1.4K 131 27
                                    

Hari sudah malam, Singto semakin khawatir dengan keadaan Krist. Singto ingin membujuk orang tuanya untuk mencari Krist, namun sampai di depan pintu, Singto tak berani mengetuk pintu. Terdengar perdebatan antara Papa dan Mama.

"Pa, ayo kita bawa pulang Krist. Mama gak tenang kalau Krist tinggal di kost itu, Pa." Suara tangis Mama terdengar.

"Ma, kemarin kita sudah janji ke Krist. Kalau dia sudah keluar dari rumah ini, kita gak akan ikut campur urusan Krist lagi."

"Tapi, Krist lagi hamil, Pa. Mama gak peduli itu anak siapa, yang penting Krist di sini. Mama mau rawat Krist."

Singto membuka pintu kamar orang tuanya. "Apa yang kalian sembunyikan dari Singto? Mama tahukan Krist dimana?"

Mama hanya diam. Singto menatap Papanya. "Pa, Krist dimana? Jawab, Pa. Kalian tahukan Krist dimana?"

Tak ada jawaban dari orang tuanya. Singto tersulut emosi. "Kalau kalian gak mau kasih tahu aku, aku yang akan cari Krist sendiri. Aku bakal bawa Krist pulang."

Singto membalik tubuhnya, namun suara Mama membuat Singto terdiam sejenak untuk mendengarkan perkataan Mama. "Krist ada di kost gang mawar. Kostnya paling pojok."

Papa menarik tubuh Mama sehingga menghadap Papa. "Kenapa Mama kasih tahu? Biarin Krist bebas, biarin Krist jalanin hidupnya. Kita bisa pantau dari jauh, Ma. Krist gak harus balik ke rumah ini."

"Sing, tolong bawa Krist pulang," pinta Mama.

Singto mengangguk. "Aku pinjam mobilnya, Ma." Singto pergi dari kamar itu untuk mengambil kunci mobil Mama.

Singto menjalankan mobilnya dengan cepat. Sedangkan Krist sedang mengelus perutnya dan membacakan dongeng, berharap anaknya bisa mendengar.

Singto sampai di kost yang dimaksud oleh Mamanya. Melihat sekeliling lalu melihat kost kecil itu kembali. "Lo harus kembali ke rumah. Lo gak boleh tinggal di tempat kayak gini."

Singto mengetuk pintu kost Krist. Krist yang mendengar ketukan segera membuka pintu. Wajah Krist terlihat terkejut.

Singto menarik tangan Krist. "Ikut gue sekarang."

Krist memberontak. "Gak, gak mau. Aku bukan keluarga kamu lagi. Ini kan yang kamu mau. Tolong jangan ganggu aku lagi. Biarin aku tenang."

Singto masih menarik tangan Krist. Tenaga Krist masih kalah dengan tenaga Singto, namun Krist masih mencoba memberontak.

Singto memaksa Krist masuk ke dalam mobilnya. Kepala Krist hampir luka karena Singto mendorong kasar tubuh Krist. Singto segera masuk ke dalam mobil.

"Mau kemana? Aku gak mau kembali ke rumah. Aku gak mau kamu tuduh ngerebut kasih sayang Papa, Mama lagi."

Singto mendengus. "Bisa diam gak sih," teriak Singto.

Krist terdiam. Dirinya tak mau disiksa lagi, dan dia tak mau anaknya kenapa-kenapa. Krist melihat jalan yang di lewati, bukan ke arah rumahnya.

"Mau kemana? Ini bukan jalan rumah, kita mau kemana?" tanya Krist panik.

"Bisa diam gak?" bentak Singto.

Sampailah di rumah sederhana, bahkan tak layak. Cukup tersembunyi. Krist menatap Singto horor.

"Jangan ngelawan. Ikut gue." Nada suara Singto masih meninggi.

Krist hanya mampu mengikuti perkataan Singto. Singto menggenggam erat tangan Krist, agar tak kabur.

"Sing, ini tempat apa?" tanya Krist takut.

Singto dan Krist masuk ke dalam rumah itu. Terlihat ibu-ibu yang sedang duduk di kursinya.

"Ada tamu ternyata," ucap Ibu itu dengan tersenyum.

Aku Terlambat [ Singto x Krist ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang