Singto terbangun dari tidurnya, dan melihat Krist yang tertidur di bawah ranjangnya. Dia melihat tangannya yang menggenggam erat tangan Krist.
"Jangan tidur di bawah, nanti lo bakal sakit," ucap Singto pelan, tak ada yang mendengar kecuali Singto sendiri.
Merasa tubuhnya masih lemas, Singto kembali memejamkan matanya.
Tepat pukul 4 pagi, Krist terbangun dari tidurnya. Krist melihat jam yang ada di meja samping ranjang Singto.
Krist beranjak dari duduknya, ingin membuatkan bekal untuk Singto. Krist berjalan dengan pelan-pelan agar Singto tak terbangun.
Sesampainya di dapur, Krist segera menyiapkan segala keperluan masaknya. Untuk hari ini, dia hanya memasak 2 porsi, Papa dan Mama tak ada di rumah. Baru kali ini Krist merasakan di tinggal orang tua kerja.
Krist akan menyiapkan masakan simple saja hari ini, tak ada waktu jika harus memasak masakan yang rumit.
Hampir setengah 6 Krist menyelesaikan masaknannya, nasi putih beserta lauk-pauknya. Tak lupa Krist menyiapkan susu untuk Singto. Krist tahu jika Singto lebih menyukai susu coklat daripada susu putih.
Krist masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap sekolah. Sedangkan Singto masih menyelami mimpi indahnya.
"Nanti bangunin Abang gak ya? Takut nanti Abang marah-marah kalau dibangunin."
"Tapi nanti Abang gak sekolah kalau gak dibangunin."
"Ah kalau masih sakit, aku buatin surat izin saja kali ya?"
Krist asik berbicara sendiri di dalam kamar mandi. Dirinya bingung harus membangunkan Singto atau tidak.
Krist keluar dari dalam kamar mandi, dia sudah berpakaian seragam lengkap. Sekarang Krist ragu untuk membangunkan Singto. Namun dia tak ingin Singto terlambat sekolah, jika masih sakit, dia bisa membuatkan surat.
Krist berjalan menuju kamar Singto. Sesampainya di depan pintu kamar Singto, Krist ragu untuk mengetuk pintu. Dengan tekad, Krist mengetuk pelan pintu kamar Singto.
"Abang, sudah bangun belum?"
Tak ada sahutan dari dalam kamar Singto.
"Abang? Masih sakit ya?"
Lagi-lagi tak ada sahutan. Krist membuka pintu kamar Singto. Terlihat Singto masih tertidur.
Krist berjalan mendekati Singto. Setelah sampai di samping Singto, Krist menatap Singto. Wajah Singto tidak sepucat kemarin. Tangan Krist memegang kening Singto untuk mengecheck suhu tubuh Singto.
"Sudah gak panas kok."
Krist sedikit menggoyangkan tubuh Singto agar terbangun. "Abang, bangun yuk, sekolah."
Tak ada gerakan dari Singto, Krist mencoba menggoyangkan tubuh Singto lebih kencang. "Abang, bangun. Sekolah yuk."
Singto membuka matanya. Pertama kali yang dilihat Singto adalah wajah Krist yang terlihat khawatir.
"Lo ngapain di sini? Siapa yang izinin lo masuk ke kamar gue?"
"Krist cuma mau bangunin Abang, biar Abang gak telat sekolah."
"Gue gak butuh ya anjing. Lo pergi dari kamar gue."
"Tapi Abang sekolah kan? Kalau gak sekolah, Krist buatin surat izin."
"Lo pagi-pagi jangan buat gue emosi ya!! Pergi gak lo dari sini?"
"Bang..."
"Pergi, lo budeg apa gimana sih? Gue masuk sekolah. Puas kan lo? Sekarang lo pergi dari hadapan gue."
Krist berjalan menjauhi Singto. Dia ingin menata bekal untuk Singto. Sesampainya di dapur, Krist mengambil kotak bekal yang lain, menata makanan yang telat dia buat. Krist memasukan susu coklat yang ada di dalam kulkas ke dalam tas yang berisi bekal Singto. Tak lupa obat untuk mencegah Singto panas kembali.
Hampir 10 menit Krist menunggu Singto keluar dari kamarnya, akhirnya Singto keluar juga dari kamarnya. Krist segera menghampiri Singto.
"Abang, ini bekal buat Abang. Di dalam ada susu coklat sama obat penurun panas. Takut Abang panas lagi kayak kemarin."
"Gue gak butuh bekal dari lo. Gue takut ada racun di dalam makanan yang lo buat."
"Gak, Bang. Gak mungkin Krist kasih racun di makanan Abang."
"Gue gak butuh, jadi lo makan sendiri. Gue pergi, dan lo cari tumpangan yang lain. Awas sampai lo bilang ke Mama, mati lo ditangan gue."
Singto meninggalkan Krist sendirian. Krist hanya bisa menarik nafas dalam. "Susah banget sih buat Abang nerima aku. Tapi gak papa Krist, masak baru segini saja sudah nyerah. Ayo semangat buat Abang nerima kamu, Krist," ucap Krist menyemangati dirinya sendiri.
Krist keluar dari rumah untuk berangkat sekolah. Krist memilih naik ojek online lagi, karena lebih mempersingkat waktu.
Sesampainya di sekolah, Krist kembali ke kelas Singto. Dia ingin memberikan bekal itu kepada Singto. Saat masuk ke dalam kelas Singto, Krist melihat Singto yang sedang bermain gitarnya.
"Abang," panggil Krist.
Singto melihat ke arah Krist. "Gue sudah bilangkan? Jangan pernah muncul di hadapan gue. Baik di sekolah ataupun di rumah. Lo ngerti bahasa manusia gak sih? Buat apa sekolah kalau lo sendiri masih bodoh. Keluar saja lo, habisin biaya saja, sekolah tapi bodoh."
"Krist cuma mau kasih Abang bekalnya. Krist gak mau Abang sakit lagi kayak kemarin. Abang makan ya."
"Gue gak sudi ya makan masakan lo."
Krist meletakkan bekal itu di meja Singto lalu pergi dari kelas Singto. Dia tak mau membuat Singto lebih marah.
Singto melihat bekal itu lalu membuka bekal itu. Terlihat obat penurun panas ada di dalam tas bekal itu. Singto melihat teman wanitanya.
"Gres, lo mau ke kantin? Gue nitip minuman dong."
Cewek yang di panggil Gres melihat ke arah Singto. "Minuman apa? Kalau minuman keras gak di jual di sekolah."
"Air putih, njir. Suka banget lo fitnah gue. Gue gak pernah mabuk ya."
"Halah, tai," ucap Rian dan Satria secara bersamaan. Mereka berdua sedari tadi mengamati semua tingkah laku Singto, mereka hanya diam.
"Mana uangnya?" tanya Gres.
Singto mengeluarkan uang berwarna hijau dari kantung sakunya. Gres yang sudah mendapatkan uang segera keluar dari kelas.
"Lo kenapa sih? Segitunya gak nerima Krist? Dia baik, njir. Sampai lo dibawain bekal tiap hari," ucap Rian.
"Yan, diam dulu ya."
"Kalian gak bakal tahu rasanya jadi gue."
Gres masuk ke dalam kelas dengan membawa pesanan Singto. Singto membuka minuman itu, namun terlebih dahulu dia mengambil obat yang ada di dalam tas bekal itu.
Singto meminum obat itu tanpa makan terlebih dahulu. Mungkin Singto akan memakan bekalnya nanti ketika tidak ada orang yang melihat. Guru memasuki kelas Singto dan pembelajaran dimulai.
🕊️🕊️🕊️🕊️
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Terlambat [ Singto x Krist ] ✓
FanfictionSingto yang terbiasa menjadi anak tunggal dengan tiba-tiba harus menjadi seorang kakak. Orang tua Singto membawa remaja dari panti asuhan. Singto benci ketika harus berbagi kasih sayang. Singto akan membuat adiknya tidak betah di keluarganya. Penyik...