Pelakon

4.7K 293 5
                                    

Mungkin ada waktu dimana kita lelah dengan semuanya. Dengan takdir yang semakin hari terasa semakin keterlaluan bercandanya, dengan semesta yang semakin tidak berpihak pada kita.

Karena tidak semua rasa sakit bisa dijelaskan rasanya, tidak apa-apa untuk berhenti sebentar, untuk mengeluh, untuk berteriak, untuk bersuara, untuk memeluk pahit dan menikmati gelap itu sendirian. Tidak apa-apa, silahkan.

Terkadang, menikmati rasa sakit itu memang perlu daripada memaksanya cepat sembuh. Meskipun yang biru akan semakin membiru, hati yang cedera akan semakin menganga.

Seharusnya semesta berbaik hati, tetapi ternyata dia lebih suka melihatnya tertatih ketika mencari jalan pulang.

Padahal kita tidak pernah tahu, sampai kapan darah itu mau mengikat jantungnya agar tetap berdetak.

Mari bersua dengan para pelakon untuk bab-bab selanjutnya, yang akan menjadi tokoh pada latar bernama semesta.

;

Lugas Jendral Dhanandyaksa

"Aku adalah pengelana yang dijanjikan bahagia oleh semesta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku adalah pengelana yang dijanjikan bahagia oleh semesta. Menurut ketika dibawa menyusur, melangkah, berlari, bersembunyi, hingga terluka. Ini aku, si pembeda diantara yang serupa."
.
.
.

Euginia Kelana

"Ku dengar semesta menjanjikan bahagia untuknya, lantas mengapa yang datang hanya lara? Sang Bentala, tolong minggir dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ku dengar semesta menjanjikan bahagia untuknya, lantas mengapa yang datang hanya lara? Sang Bentala, tolong minggir dulu. Jika memang kau tidak bisa, biar aku yang melakukannya."
.
.
.

Nadir Hasta Dhanandyaksa

"Berlari menyusuri ruang kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Berlari menyusuri ruang kosong. Menemukan diri sendiri dirundung dilema tak berujung. Siapa yang bersalah disini? Aku yang terlampau bodoh, atau semesta yang terlambat memberi petunjuk?"
.
.
.

Daksa Manggala Dhanandyaksa

"Dihadirkan pertama, berharap bisa menjadi penunjuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dihadirkan pertama, berharap bisa menjadi penunjuk. Menjadi jawaban atas berbagai pertanyaan. Menjadi tangan yang pertama kali mengulurkan ketika dibutuhkan. Tapi ternyata dia tidak bisa, karena ketika dibutuhkan, dia memilih untuk menutup mata."
.
.
.

Sebastian Dhanandyaksa

"Dia juga dituntut sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia juga dituntut sempurna. Diminta merengkuh empat pahit dengan tangannya yang tidak cukup panjang. Dia dipaksa menerima perih sendirian. Maka bukan salahnya jika ada yang tidak masuk dalam rengkuhannya."
.
.
.

"Membiarkan waktu menjawab, memberi pelajaran untuk setiap tindakan. Tidak perlu risau, sebab manusia akan selalu menuai apa yang telah mereka tebar."

— J.

Silahkan singgah jika berkenan, pilihlah musik paling pas untuk menemani. Pesan kopi atau mungkin secangkir teh, sesaplah pelan-pelan untuk menemani bab demi bab dari cerita ini. Tidak perlu buru-buru, sebab dalam hidup tidak ada yang membatasi kata terlambat selain kematian.

.
.
.

Sedang mendengarkan;

Feby Putri - Usik

as an
unofficial soundtrack.

.
.

Proudly Present;

Proudly Present;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senandika
// se.nan.di.ka //
[kl. Berbicara sendiri]

©amyourjae




Usik, 13 April 2022

Amyourjae.

SenandikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang