09 : Setiap Meja Makan Menyimpan Cerita

1K 209 18
                                    

Narasinya banyak, jangan malas baca yaw pren!
— 🪐

Narasinya banyak, jangan malas baca yaw pren!— 🪐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Pagi ini ada yang berbeda. Sudah terdengar bunyi peralatan dapur yang beradu satu sama lain pada dapur keluarga Dhanandyaksa, padahal biasanya jam segitu belum ada aktivitas lain— terutama membuat sarapan. Pun dengan orang yang berdiri didepan kompor itu, tangannya bergerak lincah memasukkan beberapa bahan masakan.

Setelah hampir lima tahun tidak menyentuh dapur lagi, rupanya Sebastian Dhanandyaksa tidak lupa caranya meracik bumbu dan masakan. Meskipun dari cara memegangnya terlihat kaku, itu sama sekali tidak melunturkan fakta bahwa Bastian masih sama handalnya tentang urusan dapur— satu hal yang mungkin diturunkannya pada Jendral seperti saat dia belum berpisah dengan istrinya— Anne.

Bastian mungkin akan menyisihkan satu hari spesial dalam setahun— bukan hari ulang tahunnya atau ulang tahun putranya, melainkan hari dimana dia resmi bercerai dengan Anne. Meski luka itu masih ada, menganga dan membiru, Bastian juga tidak bisa berbohong bahwa hatinya lega mengetahui tabiat buruk Anne sejak awal.

Meskipun saat itu anak-anaknya masih cukup kecil untuk mengerti.

Anne dan Jendral akan Bastian tandai sebagai salah satu bagian terburuk dalam hidupnya, pada bagian dimana bahagianya dirusak secara cuma-cuma, bagian dimana cintanya dikhianati begitu saja, dan bagian dimana citra sempurna yang dia bangun hancur begitu saja.

Mereka berdua sama saja.

Setidaknya itulah yang Bastian pikirkan, meski begitu hatinya tidak bohong bahwa dia merindukan mantan istrinya, merindukan wanita yang dipanggil Bunda oleh anak-anaknya. Merindukan bagian hangat yang selalu wanita itu ciptakan setiap pagi melalui nasi goreng atau kopi panas buatannya.

Bastian memang bertekad menghapus semua tentang Anne dalam hidupnya, tetapi nyatanya semesta tidak akan membiarkan hal itu terjadi dengan mudah. Dan mungkin Jendral menjadi penghalang utama untuk niatnya itu, bagaimana bisa anak itu hampir mewarisi semua keterampilan Anne— dalam urusan rumah. Bagaimana bisa dia.. semirip itu dengan Anne?

"Ayah.. masak?"

Yah, hal yang baru saja Gala lihat juga mengejutkan anak itu rupanya. Memangnya siapa yang tidak kaget melihat Bastian menyentuh dapur lagi tanpa rasa terpaksa, pasalnya setelah ada Jendral, Bastian melupakan urusan dapur dan rumah. Hanya sibuk bekerja dan menghasilkan uang.

"Hm," Bastian hanya bergumam, kemudian mematikan kompor dan menatap Gala yang datang dengan muka bantalnya. "Kamu gak ada kuliah pagi?"

Gala duduk dikursi sambil menguap, kemudian menggeleng. "Masih nanti jam sembilan."

"Ayah tumben masak.." Gala menatap Bastian, "Ada apa?"

SenandikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang