.
.
."Ayo taruhan buat semester ini, yang dapet posisi pertama dapet hadiah."
Petang itu, suara Hasta membelah keheningan diantara tiga orang yang tengah fokus memecahkan soal. Ren dan Naresh sontak menatap Hasta yang juga masih fokus dengan sekumpulan rumus-rumus fisika yang ada di bukunya, berkata tanpa menatap teman-temannya.
"Lah tumben banget ngajak taruhan," Ren berkata sedikit heran, "Tapi ya gak papa sih, siapa tau kita jadi makin semangat belajar."
"Itu tujuan gue." Hasta menjawab, menatap Ren. "Akhir-akhir ini gue ngerasa capek banget belajar, kenapa ya? Padahal dulu gue selalu suka, ditambah gue mau olim juga. Entah kenapa tiba-tiba gue ngerasa.. males?"
"Lo capek kali," Naresh berkata, "Lo tuh terlalu ngedoktrin diri lo sendiri supaya jadi nomer satu. Gue aja yang ngeliat lo capek apalagi lo sendiri."
"Nggak kok, gue cuma gak sepengen itu buat jadi nomer satu." Sanggah Hasta.
"Tapi lo gak pengen kesaing sama Jendral?" Tebak Ren, tepat sasaran.
"Enggaklah, ngapain? Dia tuh bodoh. Gak akan bisa nyaingin gue." Ketus Hasta tidak terima.
"Kalimat gue belum selesai," Ren menatap Hasta, "Lo cuma takut kalau kasih sayang Om Bas kebagi ke Jendral gitu kan?"
Hasta terdiam kemudian terkekeh pelan, "Nggak sih, kenapa gue harus takut? Jadi nomer satu itu biar gue bisa dibanggain sama Ayah, bukan kayak Jendral."
"Tapi kan-"
"Udahlah," Hasta menatap Ren jengah, "Lo berdua kalau mau belain Jendral mending temenan aja sana sama dia,"
"Alah, pundungan lo." Naresh menarik tangan Hasta kemudian mengusaknya dengan rambutnya, "Jangan ngambek dong yang, takut banget ya kita tinggalin?"
Tuk
Hasta menyentil dahi Naresh, "Otak lo kapan benernya sih Resh? Daridulu bukannya membaik malah semakin buruk."
"Lah lo lupa ya?" Naresh menatap Hasta, membuat laki-laki itu mengangkat kedua alisnya. "Gue kan gak punya otak."
"Sial, bener." Hasta tertawa keras kemudian mendorong tubuh Naresh, "Jauh-jauh dari gue, nanti gue ketularan gak punya otak kayak lo lagi."
"Lo mah gak punya hati nurani," koreksi Ren.
"Mulut lo juga gak punya hati kalau ngomong." Balas Hasta, menatap Ren tajam.
"Jadi kalian ini mau belajar bareng atau gelut?"
Ketiga remaja itu menoleh kearah Gala yang berdiri dengan tangan terlipat didekat pintu kamar Hasta. Wajahnya segar dan nampak berseri seolah-olah ada hal membahagiakan yang baru saja terjadi.
"Lo udah balik Bang?" Tanya Hasta, retoris.
"Enggak nih, masih jamuan sama Rektor kampus bahas kemajuan negara." Jawab Gala sedikit ketus, "Lo lihat gue udah berdiri disini cil, plis jangan bodoh-bodoh banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika
General FictionLee Jeno, Karina ft. NCT Lee line Lokal AU // se.nan.di.ka // [kl. Berbicara sendiri] "Kalau mau disayang Ayah, harus sempurna dulu ya?" . . . . . . . . Another universe of Bluesy Brothership, romance 23 April 2022, tertanda, Amyourjae.