01 : Yang Tidak Bisa Apa-apa

2K 271 54
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.
.

"Kedokteran, huh?"

Suara Ayah malam itu bergema keras, khususnya ditelinga Jendral. Berlalu dan menerobos dengan cepat ruang rungu anak berusia 17 tahun yang sedang 'dihakimi' di ruang tamu itu. Hawa dingin malam itu sepertinya tidak terlalu berpengaruh pada kediaman Dhanandyaksa malah terasa panas dan sesak.

Yang ditatap menundukkan kepalanya pelan, enggan menatap mata sang Ayah yang menyilat tajam seolah Jendral baru saja melakukan kesalahan. Padahal Jendral hanya menyerahkan raportnya untuk Ayah tanda tangani, sekaligus membicarakan jurusan kuliah yang Jendral inginkan. Menuruti perintah wali kelas saat pengambilan raport pagi tadi.

Si tengah menunduk diam, meski bukan suatu kesalahan, Jendral tahu bahwa dia baru saja menyulut kemarahan Ayah. Entah letak salahnya dimana, padahal jika dilihat-lihat tidak ada yang salah. Jendral hanya ingin membicarakan jurusan kuliah yang dia inginkan, sama seperti adiknya kemarin.

Sedangkan diatas kursinya, Bastian menatap Jendral tidak percaya, ditangannya terdapat raport yang terbuka dan menampilkan jajaran nilai Jendral selama semester ganjil tahun ini. Sekarang Jendral memang kelas 12, laki-laki itu kemudian mengangkat pandangannya, menatap Jendral dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Bodoh ya kamu?"

Apa yang bisa Jendral harapkan? Berharap Ayah akan mengarahkannya? Membantunya memilih universitas yang sekiranya cocok atau memilihkan alternatif jurusan lain yang menurut Ayah mampu untuknya? Tidak. Seharusnya Jendral tidak kaget kalau yang keluar dari mulut Ayah hanyalah cacian biasa.

"Lihat dulu keadaan kamu. Kamu itu berbeda dengan kedua saudara kamu, tidak cukup sampai disini memaksakan keadaan?"

Sebastian Dhanandyaksa itu memiliki tiga orang putra yang rupawan. Si Sulung diberi nama Daksa Manggala Dhanandyaksa. Laki-laki yang dua tahun lebih tua dari kedua adiknya, saat ini sedang berkuliah pada salah satu universitas terbaik di negara ini. Tampan, baik hati, menjadi ketua organisasi di kampusnya, pintar, dan bisa memimpin dengan baik. Wajar jika orang-orang menyebutnya sebagai Daksa yang sempurna.

Si tengah adalah dirinya sendiri, Lugas Jendral Dhanandyaksa. Si kedua yang berperan sebagai ibu rumah tangga dan seorang pelajar SMA biasa. Sisanya, akan kalian ketahui nanti.

Yang terakhir adalah saudara kembar Jendral, Nadir Hasta Dhanandyaksa. Si bungsu yang serba bisa, menguasai seni dan bahasa. Pintar, pandai memainkan alat musik, berolahraga, hingga debat. Laki-laki yang lahir tiga menit lebih lambat darinya- itu yang Jendral dengar dari cerita orang, bisa melakukan semua hal dengan tubuhnya. Hasta, begitu orang-orang memanggilnya, adalah sosok yang berkharisma dan memiliki pembawaan yang ceria.

SenandikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang