18 : Satu dari Sekian Bahasa Cinta

1.2K 151 29
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

"NANTI aku ajakin kamu ketemu keluargaku, mau ya? Ya? Ya ya?"

Jendral menoleh kearah Kelana yang berjalan disebelahnya, gadis itu dengan tenang turut membantu membawakan beberapa buku paket yang memang tadi diberikan pada Jendral— anak itu dimintai tolong untuk mengembalikan ke perpustakaan, namun karena ada Kelana yang mengintilinya, jadilah laki-laki itu membiarkan Kelana mengoceh disampingnya.

Gadis itu, sejak tadi pagi mengetahui fakta yang entah didapatkan dari siapa, benar-benar tidak mau lepas barang sedetik dari sisi Jendral. Kelana bahkan lebih dari anak bebek yang suka mengintili induknya, jika Jendral kesana, maka Kelana juga akan kesana. Baru jika Jendral akan ke kamar mandi, gadis itu menunggu didepan sambil berdiri kebosanan.

Apa Jendral bersyukur Kelana sudah tahu bahwa dirinya bisu?

Jawabannya iya. Jendral tidak pernah berharap bisa menjalin hubungan diluar orang terdekatnya— seperti Hasta, Manggala atau Ayah. Karena dia tahu, bahwa ketika mereka tahu keadaannya yang sebenarnya, mereka akan menghilang, pergi, dan meninggalkan Jendral. Entah, Jendral tidak paham juga apa alasannya, tapi selama ini Jendral mencoba berpikir bahwa jika berteman dengannya akan membuat mereka kesulitan berkomunikasi.

Orang sepertinya, jika mengalihkan perhatian dari objek akan tertinggal sangat jauh.

Dan orang lain, juga malas mengulang untuknya.

Jadi Jendral lebih memilih menarik diri.

Tapi—

"Oh aku baru ingat!"  Tiba-tiba Kelana mendahului langsung Jendral, gadis itu berjalan mundur dan menatap Jendral. "Jadi itu alasan kamu gak pernah ajak aku ngomong?"

Melihat Jendral yang belum merespon, gadis itu hampir saja memukulkan buku ke kepalanya sendiri. Bisa-bisanya dia lupa bahwa tangannya sedang memegang buku, pantas saja Jendral kebingungan. Jadi Kelana memutuskan untuk menunda pertanyaannya sampai mereka tiba di perpustakaan.

"Ibu, ini tadi Jendral sama saya dimintai tolong untuk mengembalikan buku paket." Kelana mengambil alih, berkata sesuai dengan apa yang dia dengar dari guru Fisika tadi, mengambil buku dari tangan Jendral dan meletakkannya dimeja.

"Wah terimakasih, jangan pergi dulu ya. Saya mau cek dulu." Petugas itu tersenyum kearah Kelana yang kemudian beralih kearah Jendral, tangannya bergerak, membahasakan lewat isyarat apa yang dia katakan ke Kelana tadi.

Mulut Kelana membulat takjub, gadis itu langsung menatap sang petugas dan turut menggerakkan tangannya. "Ibu juga bisa bahasa isyarat?"

SenandikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang