19 : Sulung

996 124 19
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

BELUM ada yang bertanya pada Manggala mengenai keadaannya setelah pulang dari kampus dan melihat bagaimana rumahnya nyaris berubah seperti medan perang. Sedikit banyak, di sepanjang jalan menuju lantai dua dan ruangan Ayahnya, dia melihat tetesan darah beserta pecahan kaca yang berserakan sana sini. Laki-laki yang saat ini sedang sibuk-sibuknya mengurus proker menjelang masa demis itu menahan nafasnya, otaknya sudah menebak bahwa sesuatu yang buruk terjadi.

"Ta?—" Manggala yang saat itu memutuskan untuk melihat ke ruangan kerja Ayahnya, melihat Hasta disana. Sedang berdiri dengan alat kebersihan ditangannya, menatap terkejut kearah Manggala yang tiba-tiba datang. "Ini apa-apaan? Ada kejadian apa sampek kayak gini?"

Sedangkan si bungsu tidak kunjung menjawab pertanyaan si sulung. Laki-laki muda itu lebih memilih melihat penampilan Gala yang jauh sekali dari kata manusiawi. Rambut berantakan dan terlihat lepek, kantung mata yang menghitam dan baju PDH yang entah sudah sejak kapan kakaknya gunakan, yang jelas melihat bagaimana bentuknya. Hasta sudah menebak bahwa baunya sungguh harum sekali.

"Ayah kambuh." Hasta menjawab pendek, mulai merapikan meja Bastian, menatap sekilas kearah Gala. "Dia ada di rumah sakit."

Gala membelalak, menatap kearah Hasta dengan tatapan tidak percaya. "Ayah? Sampek masuk rumah sakit?'

"Jendral."

"Hah?!"

Manggala merutuki mulutnya yang tidak bisa memberikan reaksi yang baik atas keterkejutannya. Gala menatap adik bungsunya, "Ayah nemenin Jendral disana??" Tanyanya khawatir.

Bahu Hasta menggedik, "Yah lo tau sendiri. Tadi aku sama Om Jagat udah berusaha cari alasan supaya Ayah pulang. Tapi tetep, Ayah gak mau." Hasta menerawang sebentar kearah ingatannya beberapa jam lalu.

Manggala mengusap wajahnya kasar, "Kok lo gak langsung ngabarin gue?"

"Gue juga dikabarin Om Jagat." Hasta menatap Manggala tajam, "Gue bahkan gak tau kalau Jendral yang masuk rumah sakit."

"Terus lo udah kesana?"

"Udah, tadi siang gue langsung kesana." Hasta terdiam sebentar, menatap Manggala. "Bunda tadi kesini, ketemu Ayah."

Manggala menatap adiknya dengan mata membulat. "Yang bener aja lo?!"

Hasta mengangguk malas, "Kemungkinan itu yang bikin Ayah kambuh. Dan sialnya, Jendral yang nyampek rumah duluan."

"Psikiater Ayah.." Manggala menahan nafasnya sebentar, "Ngomong apa?"

"Gue belum ketemu Om Tara." Hasta berpikir sejenak, "Gak tau kalau dia ngomong ke Om Jagat. Dia yang sibuk di rumah sakit sejak tadi siang."

SenandikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang