10 : Kita, Berjumpa Lagi

1.1K 204 20
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Pagi ini berhasil membuat Jendral bertanya-tanya, sebab sangat aneh mendapati Ayah kembali menyentuh dapur. Tetapi kemudian Jendral tersadar bahwa Ayah selalu meluangkan waktu sehari dalam setahun, untuk merayakan kepergian Bunda. Untuk merayakan perginya wanita itu dari kehidupan Ayah.

Jendral tidak pernah bertanya kepada Bastian soal hal itu, soal alasan mengapa laki-laki itu begitu senang atas kepergian Bunda- padahal Jendral yakin seratus persen jika Ayah masih mencintai Bunda, atau kalaupun tidak cinta, Ayah tidak mungkin bisa membenci Bunda. Tidak akan pernah.

Tetapi Jendral memilih mengabaikan hal itu, dia tengah senang hari ini sebab suasana hati Ayah yang juga sedang baik. Setidaknya dia bisa mewujudkan apa yang Hasta inginkan tempo hari, perihal Hasta yang ingin suasana rumah tenang sehari saja, tanpa bentakan, tanpa teriakan Ayah untuknya.

Maka jangan heran jika hari ini Jendral menyebar senyum, bahkan saat dia memarkirkan sepedanya didekat pohon rambutan didekat pos satpam. Anak itu menyapa riang satpam sekolah yang membalas sapaan Jendral dengan senyum khas Bapak-bapak yang tidak lepas dari bibirnya.

"Semangat hari ini Dek Jendral!"

Namanya Pak Toni, punya satu anak perempuan dari istrinya yang seorang janda. Tidak berbadan besar seperti satpam-satpam lain, tidak ada perawakan yang menyeramkan, Pak Toni lebih terlihat seperti guru TK daripada seorang Satpam karena sifatnya yang sangat ramah.

Beliau juga merupakan warga sekolah yang paling ramah dengan Jendral, selalu mau dititipi sepeda oleh Jendral dan selalu menyapa Jendral- setidaknya disini Jendral merasa dirinya sungguhan hidup. Maka tak heran juga jika sesekali Jendral membawakan bekal untuk Pak Toni. Hitung-hitung sebagai ucapan terimakasih sebab telah menjadi temannya.

"Ini buat Pak Toni, tadi dirumah bikin sarapan lumayan banyak. Oh iya, ini tadi yang masak Ayahnya Jendral loh, Pak. Dijamin enak! Tolong dihabiskan ya Pak, semangat kerjanya!"

- (. ◜‿◝ )

Ada senyum tipis yang tersirat penuh makna dari bibir Toni setelah membaca secarik kertas yang diselipkan pada wadah kotak makan berwarna hitam itu. Toni dalam hati bergumam penuh, seberapa besarnya dia akan bersyukur jika dia memiliki anak seperti Jendral? Anak itu sungguhan baik dan hangat, begitu tulus tanpa dibuat-buat.

Sedangkan Jendral, anak itu sudah berjalan memasuki sekolahnya dengan tangan yang menenteng dua kotak bekal. Satu untuknya dan satu untuk Hasta yang tadi lupa anak itu bawa, jadi Jendral berinisiatif untuk membawakannya saja. Hasta memang sering lupa jika sudah terburu-buru, padahal anak itu naik motor yang pastinya akan lebih cepat sampai daripada Jendral yang naik sepeda.

Jendral sudah berjarak lumayan dekat dengan kelas Hasta jika saja dia tidak melihat Hasta tengah bercanda dengan teman-temannya, nampak membicarakan hal yang seru karena wajah Hasta yang berseri-seri. Anak itu terdiam, mengira-ngira apa yang tengah adiknya bahas sampai dia terlihat sebahagia itu?

SenandikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang