.
.
.JENDRAL masih setia mengusap punggung Kelana yang bergetar samar. Gadis itu belum mengendurkan pelukannya pada tubuh Jendral setelah laki-laki itu jujur pada Kelana beberapa menit lalu. Jendral tidak tahu bagaimana Kelana mengetahui bahwa sejak tadi dirinya ada didekat gadis itu, bahkan sebelum Jendral mengalihkan matanya dari layar ponsel, tubuh Kelana lebih dulu menubruknya erat-erat.
Sedangkan Kelana tidak tahu kenapa dirinya malah menangis dipelukan Jendral setelah dia membaca pesan dari laki-laki itu barusan. Kini gadis itu masih setia menyembunyikan wajahnya dibalik dada Jendral yang terbalut seragam. Tidak sempat untuk mengingat bahwa baju Jendral akan basah karena ulahnya, Kelana masih saja menangis.
Yang ada dikepala Kelana hanya ingatan saat laki-laki itu dirundung habis-habisan. Dia baru mengetahui fakta itu dihari pertamanya bersekolah disini, artinya Jendral sudah mengalami hal itu jauh lebih lama. Membayangkan bagaimana Jendral melewati hal itu setiap hari membuat Kelana membayangkan banyak hal. Perundungan kemarin menurutnya sudah cukup parah, apa Jendral mengalami yang lebih buruk?
"Jendral, pasti berat ya?" Kelana bergumam dalam pelukan Jendral, enggan merubah posisinya. Gadis itu masih sesenggukan walau air matanya sudah berhenti.
Jendral tersenyum tipis sekali, kemudian menjauhkan tubuh Kelana dari pelukannya. Laki-laki itu sedikit merunduk untuk melihat Kelana yang kini merundukkan kepala, enggan menatap Jendral karena sadar seperti apa wajahnya saat ini. Sedangkan Jendral mengulas senyum gemas melihat bagaimana pipi Kelana yang memerah karena menangis.
Tangan laki-laki itu bergerak, menghapus jejak air mata yang masih tertinggal dipipi gadis itu. Jendral menarik dagu Kelana agar menatap wajahnya, kemudian mengulas senyum. Bermaksud untuk menenangkan gadis itu.
Sedangkan Kelana yang melihat itu, langsung mengerucutkan bibirnya kesal. "Curang banget langsung ngasih senyuman, aku mana tahan kalau begini." katanya sambil menatap kearah lain.
Jendral tersenyum tipis, kemudian menunjukkan layar ponselnya. "Semua hal berat bagi orang yang hidupnya tidak sama dengan orang normal, Kelana. Tapi sejauh ini aku masih baik-baik saja."
Melihat kalimat yang diketikkan dengan panjang itu, mata Kelana kembali menatap Jendral dengan tatapan sendu. Gadis itu menundukkan kepalanya, "Aku gak tau apa aja yang udah kamu lewati selama ini. Tapi terimakasih ya sudah hidup sampai hari ini."
Jendral tertegun mendengar ucapan gadis itu, sebelum tangannya kembali menuliskan sebuah pesan. "Kelana, kalau kamu tidak terbiasa dengan orang seperti aku, kamu bisa pindah tempat duduk. Aku tidak mau kamu berteman hanya karena kasihan padaku. Tidak apa-apa. aku bisa memaklumi."
Melihat ketikan itu, Kelana menatap Jendral. "Aku memang gak mau jadi temen kamu," katanya lugas. "Mending aku jadi pacar kamu aja gak sih Jen?"
Jendral menatap Kelana, kemudian tanpa sadar menggerakkan tangannya untuk membentuk sebuah bahasa isyarat. Jendral sungguhan sedang serius. "Aku serius, Kelana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika
Fiksi UmumLee Jeno, Karina ft. NCT Lee line Lokal AU // se.nan.di.ka // [kl. Berbicara sendiri] "Kalau mau disayang Ayah, harus sempurna dulu ya?" . . . . . . . . Another universe of Bluesy Brothership, romance 23 April 2022, tertanda, Amyourjae.