Sentuhan Tangan Pak Liam (21+)

8.3K 144 10
                                    

Attention : HARAP BIJAK!

Gue membuka mata dengan sedikit rasa kantuk. Satu detik selanjutnya, gue menyadari bahwa ada sesuatu di perut gue. Gue menoleh pelan sekali ke samping kanan. Right! Tangan suami gue menguasai perut gue.

Gue teringat kejadian semalam. Oh iya, informasi aja, gue masih full naked. Begitu juga Pak Liam. Huwaa gue tiba-tiba malu!!

Dari posisi terlentang, gue menggerakkan tubuh ke samping kiri, bermaksud menghindari sentuhan badan dengan Pak Liam. Karena dalam keadaan sadar begini membuat gue, emmm cukup terangsang.

Belum juga gue menyelesaikan niat. Dengan kekuatannya, Pak Liam menarik gue ke dalam rengkuhannya. Gue masih membelakangi dia. Gue menahan napas.

"Mau kemana, hmm?" tanya Pak Liam dengan suara berat khas orang bangun tidur.

Gue diam. Gue kagak tahu mau jawab apa, anjir!

"Hmm?" Pak Liam masih menuntut jawaban gue, sambil MENGELUS PELAN PERUT GUE. GILA BENERAN GUE!

Taran lo harus kuat. Lo kagak boleh. Tapi ini ahhh, gue, gue, merinding enak. No!! Lo harus jaga nafsu, demi wajah lo nanti pagi.

Pura-pura tidur aja deh. But, sialan banget suami gue.

Dia mencium, lalu menghirup dalam-dalam pundak gue. Tubuh gue tidak bisa berbohong. Beruntungnya gue bisa menahan mulut ini agar tidak bersuara. Terhitung tiga kali Pak Liam melakukan cium dan hirup tersebut.

Sampai..... Tanpa gue duga, dia mengusik kepunyaan gue bagian atas. Awal masih cukup aman, sebelum dia menyentuh inti dari kepunyaan gue yang atas itu.

"Aaahh."

Lolos sudah suara laknat itu. Kenapa tidak bisa gue tahan? Terlalu sulit untuk gue tahan ketika jari besar Pak Liam menyentuh titik itu.

Dia mencium pundak gue lagi dan menghisapnya. Kemudian, dia menghentikan semua gerak tangannya di milik gue yang atas. Gue yang sudah terangsang, ada rasa tidak senang. Kenapa berhenti?

"Berhenti atau lanjut?" tanya Pak Liam. Suaranya memberat. Berat karena nafsu. Gue bisa membedakannya.

Gue lagi-lagi memilih diam. Sejujurnya otak gue masih sedikit mampu untuk menyadarkan diri bahwa disudahi saja daripada gue berakhir terkapar di atas ranjang ini, tapi hasrat dan nafsu gue menginginkan belaian. Sama suami sendiri tidak masalah kan, ya?

Tanpa suara, Pak Liam membalikkan posisi tubuh gue menjadi menghadap padanya. Dia memainkan anakan rambut gue pelan, tapi jarinya yang entah sengaja disentuhkan ke telinga depan membuat mata gue memejam dan bibir gue tertutup rapat.

"Taran sayang, lihat saya," ucap Pak Liam dekat telinga gue.

Gue membuka mata.

"Tanggung tidak saya berhenti begitu?"

"Nanggung banget."

Pak Liam tersenyum. Eh, gue udah gila beneran nih. Bisa-bisanya gue bilang begitu. Nafsu memang tidak bisa berbohong.

Berikutnya, dia mengusap bibir gue. Pak Liam menatap gue dalam-dalam, rasanya gue mau ditenggelamkan. Gue yang tidak tahan ditatap beralih melihat pada dada telanjang Pak Liam yang terekspos. Bukannya tenang, gue makin jantungan.

"Pegang."

"Hahh?"

"Saya milik kamu, tubuh saya juga."

Bentar. Otak gue sedikit lag.

"Begini," ucap Pak Liam sambil menuntun gue, tangan gue menyentuh dada bidangnya. Tapi, rasanya gue malu anjir! Langsung gue menenggelamkan muka.

LIAM : My Crazy LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang