Hari Minggu dan Cucian Aneh

3.5K 196 10
                                    

Hari Minggu. Hari istirahat dan menikmati suasana rumah. Namun, kenyataannya tak semua orang menikmati hari minggu. Menurut gue, sekalipun gue bisa rebahan, pikiran gue masih kemana-mana memikirkan besok sudah hari senin. Sebab itulah, gue tidak terlalu senang menyambut hari minggu.

Berbeda dengan hari ini, gue akan mencoba menikmati hari minggu dengan melakukan pekerjaan rumah. Setelah mencuci peralatan makan pagi ini, gue putuskan untuk mencuci baju-sesuatu yang baru pertama gue lakukan selama menjadi istri Pak Liam. Kenapa? Terus gimana selama ini?

Begini, karena suami dan ibu mertua gue perhatian melebihi Mama gue sendiri, setiap hari ada asisten rumah tangga yang dikerjakan di apartemen Pak Liam. Eh, kecuali weekend. ART ini adalah orang kepercayaan Bunda, namanya Bi Bening. Transparan, jujur, mungkin begitu harapan dan terkabulnya doa nama itu. Gue pernah beberapa kali bertemu, orangnya juga asik.

Gue mengambil keranjang, wadah baju kotor. Satu persatu baju, gue masukan ke dalam mesin cuci. Hingga....

"Aaaaaaa!" teriak gue sambil melempar benda yang gue pegang tadi kembali ke dalam keranjang.

"Kamu kenapa? Ada apa?" tanya Pak Liam panik yang entah datangnya kapan. Setahu gue, dia ada di ruang kerjanya.

"Ada kecoa?" tanya Pak Liam lagi. Mungkin dia melihat ekspresi gue yang seakan-akan ketakutan dan jijik atau merasa aneh-geli pada sesuatu.

"Bukan. Tapi, itu...." jawab gue sambil menunjuk sesuatu di dalam keranjang.

Pak Liam melihat yang gue tunjuk dan mengernyit, heran mungkin.

"Kamu berteriak karena ini? Celana dalam saya?" tanya dia sambil memegang celana dalam yang gue lempar tadi.

"Iyaa."

"Ada apa dengan celana dalam saya?"

Buset, dia santai banget. Gue sedang merinding lihat benda itu. Seumur-umur gue belum pernah pegang. Hwaa tangan gue udah gak suci!!

"Kamu belum pernah lihat celana dalam laki-laki?"

"Ya udah pernah. Tapi, itu cuma di toko gak sopan yang sering pajang dalaman."

Pak Liam tertawa kecil. Apa ucapan gue lucu?

"Kok ketawa?" tanya gue heran.

Dia memasukkan dalaman itu ke dalam mesin cuci dengan santai. Kemudian, kembali menatap gue. "Kamu pernah melihatnya di tempat lain, selain toko."

Gue mengernyit, dimana lagi. Punya Papa aja gue gak pernah lihat. "Dimana?"

"Di atas ranjang."

What?

"Kamu lupa? Waktu kita sedang-"

"Iya, iya, saya ingat. Jangan dilanjutin. Saya malu."

"Malu? Padahal kamu menik-"

"Aaaa, jangan dilanjutin!" ucap gue sambil membekap mulut Pak Liam. Dasar mulut tidak punya belas kasih.

Namun, detik berikutnya gue mulai ketakutan ditatap tajam oleh Pak Liam. Gue mengalihkan pandangan gue ke kanan dan ke kiri, lalu perlahan melepas bekapan gue.

"Emm, saya mau lanjut nyuci," ucap gue canggung.

Gue hendak menyingkir dari hadapannya, tapi Pak Liam menarik pinggang gue mendekat padanya. Gue terkejut. Jantung gue berdetak tidak teratur. Dia mau apa?

"M-mmas mau ngapain? Saya mau-"

Cup!

Mata gue membelalak, mulut gue tak bisa berucap, jantung gue makin gak karuan detaknya, otak gue tak bisa berpikir, gue terdiam ketika bibir Pak Liam menyentuh bibir gue.

LIAM : My Crazy LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang