Ancaman dari Penggemar

3.1K 193 9
                                    

Gue makan dengan lahap dan berusaha tenang ketika makan malam tadi. Gue gak mau Pak Liam curiga. Gue gak mau dia tahu karena pesan dari penggemar itu.

[Lo pinter, kan?]
[Jangan kasih tau hal ini sama Pak Liam]

Tanpa basa-basi, perempuan itu mengirim pesan melarang gue memberitahu Pak Liam.

Sekarang sudah satu jam setelah gue makan malam. Saat ini, gue sedang berada di ruang tengah sambil menonton tv. Beruntungnya gue, Pak Liam ada kerjaan, jadi dia sekarang ada di ruang kerjanya.

Gue masih terus melihat room chat dengan perempuan itu. Gue sebut saja 'Mawar' ya? Karena gue belum tahu namanya sampai sekarang.

[Apa mau lo?]

[Jauhin Pak Liam di kampus]
[Jangan tebar kemesraan lo di depan gue]
[Kalau lo gak mau lihat karirnya sebagai dosen hancur]

[Lo siapa anjir?]

[Gue adalah cewe yang seharusnya jadi pendamping Pak Liam]

[Gila]
[Lo satu fakultas sama gue kan?]
[Kita ketemuan. Pengecut banget beraninya chat doang]

[Kita ketemu, gue pastiin hubungan kalian terbongkar]
[Gue pastiin juga, karir Pak Liam hancur]

[Gak waras]

[Artikel itu cuma peringatan]
[Jauhin Pak Liam! Demi karirnya, bisa kan lo?]

Chat terakhir sekitar sepuluh menit yang lalu, belum gue balas. Gue gak tahu harus gimana. Dosen, setahu gue itu adalah profesi yang paling diinginkan oleh Pak Liam. Karena itu, sejak dulu dia ambis sekali hingga mendapatkan gelarnya yang banyak itu. Kalau benar perempuan gila itu membuat karir Pak Liam jatuh, gue tentu merasa bersalah seumur hidup.

Apa gue bisa menjauhi Pak Liam? Ketika gue mulai punya perasaan lebih dalam pada laki-laki itu.

"Taran."

"Hah?"

"Kenapa terkejut begitu? Kamu-"

"Gak ada apa-apa. Cuma fokus baca cerita di hp aja. Tiba-tiba, Mas dateng."

Kehadiran Pak Liam yang tiba-tiba membuat gue terkejut. Gue harap dia gak lihat ponsel gue. Dan... Gue harus berbohong lagi. Memang benar, ketika kita berbohong sekali, kita harus menutupi kebohongan itu dengan kebohongan yang lain.

Pak Liam duduk di sebelah gue dan hanya diam menonton tv.

"Mas," cicit gue. Gue masih ragu menanyakannya.

"Kenapa? Udah mau cerita?"

Dia tahu, gue ada masalah ya?

"Emm, mau tanya." Dia hanya diam menatap gue. Menandakan bahwa gue bisa melanjutkan ucapan gue saja. "Mas udah jadi dosen berapa lama?"

"Sekitar lima tahun. Kenapa?"

"Kenapa jadi dosen?"

"Karena saya ingin menemui jodoh saya," ucap Pak Liam bercanda.

"Serius, ih!"

"Karena apa ya? Saya ingin jadi pengajar tapi bukan di sekolah. Mengajar di kampus lebih keren. Itu keinginan saya dari lama."

LIAM : My Crazy LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang