Masa Lalu Liam Dewandaru

4.6K 301 15
                                    

Gue pergi ke bagian bakso setelah mengambil segelas coca-cola dan semangkuk es krim. Sayangnya, gue kebingungan membawa ini semua. Tepat di saat gue butuh bantuan, tawaran seseorang menyambut gue.

"Butuh bantuan?"

"Emm, gak perlu deh...," tolak gue sopan. Aneh aja sih gue terima bantuan orang gak dikenal.

"Saya bukan orang jahat. Kamu datang sama Dewa, kan?"

"Saya teman kuliahnya, Juna," lanjut laki-laki ini mengenalkan diri.

"Ohh."

"Boleh bicara sebentar. Kebetulan itu ada bangku kosong. Dewa ditinggal sebentar, tidak masalah, kan?"

Gue melihat bangku kosong yang ditunjuk Kak Juna, lalu melihat ke arah tempat Pak Liam yang masih sibuk menghabiskan makannya. Ngobrol bentar sama laki-laki lain gapapa, kan? Gapapalah, daripada gue cuma diem sama dia.

"Oke, tapi bantu saya bawa ini, ya?" pinta gue gak tahu malu. Tadi nolak, sekarang minta tolong.

Kami pun duduk, gue langsung makan es krim yang sudah mulai mencair. Gue sih gak peduli sama tanggapan orang depan gue ini nantinya. Es krim gue lebih berharga.

"Kamu siapanya, Dewa?"

"Pertanyaan lain aja, nanti saya jawab."

"Kamu lihat pengantin wanitanya?"

"Lihat, cantik banget sih."

"Dia mantan Dewa di bangku kuliah, tapi saya rebut."

Gue berhenti makan es krim, pada dasarnya es krim gue juga habis.

"Terus kok bisa nikahnya sama orang lain? Bukan di antara kalian, Kak? Eh, ini manggilnya kak boleh?"

"Iya, gapapa."

"Dulu, Dewa itu anaknya sibuk banget. Ikut organisasi, kepanitiaan, dan kejuaraan sana-sini. Saya yang sebelumnya memang sudah dekat dengan Karin, saya juga yang lebih dulu suka, saya memanfaatkan kesibukan Dewa untuk membuat Karin goyah."

"Berhasil?" tanya gue antusias. Gue penasaran apa ini alasan Pak Liam jadi pribadi yang dingin. Kayak di wattpad aja sih.

"Berhasil. Karena itu, hubungan saya dengan Dewa renggang. Sampai sekarang."

"Tapi, kenapa bisa..."

"Saya dan Karin memutuskan berhenti karena dihantui rasa bersalah. Kami harap Dewa akan kembali jika kami berpisah, ternyata tidak. Dia dingin hingga akhir."

Kisah pasaran ini memang benar bisa terjadi? Gue tidak menyangka mendengar kisah seperti ini langsung, bukan sekedar cerita fiksi.

"Terus hubungannya sama cerita ke saya, apa?"

"Taran," panggil Pak Liam dingin yang entah dari mana tiba-tiba saja muncul. Atau mungkin gue yang tidak menyadari kehadirannya.

"Dewa, apa kabar?"

"Ayo, pulang," ucap Pak Liam tidak menghiraukan sapaan Kak Juna. Dia justru menatap gue tajam.

"Tapi, bakso saya belum saya makan. Bapak disapa juga bukannya dijawab, malah-"

"Saya bilang pulang!" bentak Pak Liam mengejutkan gue. Tatapannya penuh amarah. Menakutkan. Gue belum pernah lihat ini.

"Dewa, lo jangan marah sama Taran. Gue yang ngajak dia bicara," ucap Kak Juna.

"Saya sedang tidak bicara dengan Anda."

Yang satu santai, yang satu bicaranya formal banget.

"Kenapa kamu masih duduk? Kamu tahu benar saya tidak suka mengulang sesuatu dua kali," sambung Pak Liam ke gue. Dia masih menakutkan di mata gue.

LIAM : My Crazy LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang