Pak Liam, Lucas dan Kecemburuan

3.6K 206 2
                                    

Sesuai penyelesaian kemarin, gue pagi ini kembali berangkat bersama Pak Liam. Gue akan mengalahkan Mawar sialan itu tanpa menjauhi suami gue sendiri.

Saat ini, gue sedang makan siang bersama sahabat gue yang tercinta. Upaya gue untuk membuat Riri tidak marah sama gue. Iya, dia akhirnya tahu gue menyembunyikan masalah ini dari dia.

"Ri, jangan marah lagi dong."

Dia tetap diam dan terus memakan nasi goreng thailandnya.

"Ka, bantuin gue dong. Bujuk sahabat lo ini biar gak marah lagi sama gue."

"Lo yang salah."

Dasar!

"Ri, gue bakal turutin apapun kemauan lo deh. Jangan marah lagi. Oke?"

Dia berhenti makan, lalu menatap gue. "Apapun kemauan gue?"

"Iya, apapun."

"Oke, gue gak marah lagi. Sebenernya gue udah tau masalah lo dari awal. Raka yang cerita sama gue. Itupun gue paksa."

"Lo bener-bener, ya, Ka! Gak amanah."

"Riri maksa. Gue diancam bakal dilaporin ke Pak Liam," ucap Raka membela dirinya.

"Lo pasti heran kenapa gue gak langsung kasih tau suami lo?" tebak Riri yang memang benar sedang gue pikirkan.

"Iya, gue takut kalau lo tau masalah ini. Lo bakalan kasih tau Pak Liam."

"Karena gue cukup tau, Ran. Gue nunggu sampai lo mau cerita sendiri. Kalaupun engga, nantinya gue tau harus apa pas lo kenapa-kenapa. Itu namanya sahabat."

Riri emang paling terbaik. Iya, terbaik dari yang terbaik. Dia memahami gue banget sih.

"Makasih, mabestie. Love you 3000."

"Gue?" tanya Raka.

"Buat lo, gak ada."

Raut mukanya berubah masam. Etdah gitu aja marah. Laki-laki baperan. "Tapi, gue sayang banget sama sahabat gue yang udah bantuin antar-jemput sepuluh hari kemarin."

Kan, dia berubah senang. Kami pun tertawa bersama karena tingkah kami yang memang bisa dibilang aneh. Bukan aneh, hanya saja tidak umum dimiliki orang-orang.

Ting!

Suara notifikasi terdengar dari ponsel gue. Segera gue cek. Hahhh, dari Mawar ternyata. Gue kira dari dosen kutub.

[Lo beneran mau lihat Pak Liam hancur?]

"Udah gila emang."

"Kenapa, Ran?" tanya mereka berdua cukup bersamaan.

"Mawar kirim pesan lagi."

"Lihat," pinta Riri. Gue pun menyerahkan ponsel gue ke dia.

"Murahan banget sih cara dia," hujat Riri. Sebelumnya nih, ya, sepanjang gue sahabatan sama dia, gak pernah dia ngehujat orang semarah ini. Semarah itukah dia lihat sahabat tercantiknya ini dijahati orang lain?

"Gue bales vn, ya, Ran?"

"Boleh, gue udah males sama dia."

Gue dan Raka pun menunggu-nunggu apa yang diucapkan Riri.

"Heh, cewek murahan!"

Kalimat sapaan dari Riri berhasil membuat gue ataupun Raka tercengang. Ya, kalian sudah tahu alasannya tadi.

"Jangan ganggu sahabat gue dengan ngancem gak jelas. Lo boleh ngefans sama Pak Liam. Tapi, cara lo terlalu murahan untuk cari perhatian dosen. Udah gila juga lo, bisa-bisanya lo suruh istrinya jauhin dia. Satu lagi, pengecut banget beraninya di belakang layar. Gak ada cocok-cocoknya sama Pak Liam, sadar!!"

LIAM : My Crazy LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang