Hari Pertama bersama Pak Dosen

8.5K 302 16
                                    

Gue mulai merasakan tubuh gue kepanasan. Benar-benar mengusik. Tapi, gue masih nyaman dalam posisi tidur ini. Membuat gue enggan bangun. Gue juga semakin mengeratkan pelukan.

Sedetik setelahnya gue merasa ada yang aneh. Gue memeluk sesuatu yang lebih besar dan lebih keras dari guling gue. Masih dalam kondisi mata tertutup, gue meraba-rabanya.

Apa yang gue peluk sekarang? Sudah jelas ini bukan guling empuk ataupun boneka alpukat besar kesayangan gue. Ini lebih terasa seperti badan manusia sungguhan.

Dengan penuh keberanian, gue membuka mata. Gue terkejut bukan main.

"Aaaaaaaa!" teriak gue mendapati dosen gue itu di depan gue. Berada di atas kasur gue. Kenapa?!!

Gue cepat-cepat bangkit. "Maaa! Ada-" kalimat gue terhenti karena Pak Liam menarik dan menjatuhkan gue di kasur. Dia juga bekap mulut gue.

"Taran, ada apa?!" tanya mama dari luar kamar.

"Tidak perlu khawatir, Ma. Liam ada di sini," jawab laki-laki di depan gue ini.

Ma? Dia panggil mama kesayangan gue dengan sebutan 'Ma' juga? Bentar, gue mikir dulu.

Ah, gue lupa kalau kemarin gue baru aja nikah sama Pak Liam, dosen gue sendiri.

"Ya sudah, segera keluar. Kita makan bersama pagi ini," teriak Mama.

"Baik. Kami akan segera keluar setelah selesai dengan urusan kami."

Gue menatap Pak Liam tajam. Dia belum melepaskan bekapannya.

"Akan saya lepaskan. Jadi, jangan berteriak lagi. Atau saya tidak segan-segan memperkosa kamu."

Gue membelalakan mata mendengar ucapannya yang sangat tidak lazim menurut kacamata gue.

"Bagaimana?" tanyanya sambil menatap gue tajam.

Gue hanya mengangguk sebagai jawaban. Diapun melepas gue.

"Maaa, Taran mau diperkosa!!" teriak gue keras berharap di dengar mama. Gue yakin dia tidak akan berani melakukannya.

Ketika gue baru mau membuka pintu, dia menggendong gue layaknya karung beras. Kemudian, menjatuhkan gue lagi di kasur.

Apa dia benar-benar akan melakukannya? Mata tajam itu seperti akan membunuh gue. Gimana ini? Masa iya gue gak perawan lagi habis pagi ini. Mama tolongin Taran!!!

Sekarang dia mengunci tubuh gue. Dia berada di atas tubuh gue yang gemetar pakai banget. Tangan gue juga dipegangnya dengan erat. Gue takut. Jantung gue berdebar sangat kencang.

Tolong, jangan bertanya kenapa gue gak berontak. Jangan!

"Bukankah kamu tahu? Saya tidak pernah bercanda selama di kelas. Saya selalu serius dengan ucapan saya."

Gue terdiam. Menelan ludah saja tidak bisa, apalagi bicara.

Laki-laki ini mulai mendekatkan wajahnya. Gue langsung menutup mata erat-erat. Jujur, gue mulai menegang. Siapa yang gak akan menjadi seperti gue dalam situasi ini.

"Saya bisa melakukan 'itu' sekarang juga. Sudah menjadi kewajibanmu untuk melakukannya jika saya memintanya," bisiknya di telinga gue.

Gue membuka mataku karena dia menekan kata 'itu'. Dia malah tersenyum melihat gue. Gue semakin ketakutan.

"Bagaimana, Taran?"

"Masih ada lima belas menit untuk-"

"Tidak. Sa-saya belum siap. Jadi... Jangan minta saya melakukannya."

"Bagus."

Bagus apanya?

Dia melepas tangan gue. Dia juga sudah tidak menindih gue lagi. Gue bernafas lega.

LIAM : My Crazy LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang