Saat ini jantung Mehrunisa rasanya ingin lepas dari tempatnya. Melihat tatapan dan langkah Saga yang begitu mengintimidasi dan garang membuatnya merasa seperti akan ditembak mati di tempat.
"Ayo pulang" Tanpa babibu Saga langsung menarik lengan Sasa.
Di sisi lain, Biru yang jelas tidak terima dengan tingkah sepupunya juga tidak mau kalah, dia ikut menarik tangan kanan Sasa. Dan memberikan tatapan tidak kalah membunuh pada Saga, "gue yang bawa dia, jadi gue juga yang akan nganterin dia pulang"
"Punya hak apa lo mau nganterin pacar gue pulang?"
Sial, lagi-lagi Sasa harus terjebak diantara dua laki-laki ini. Demi bumi dan galaksi alam semesta, Sasa bersaksi momen seperti ini sungguh menegangkan dan membuatnya merasa sangat tidak nyaman.
Apalagi kini beberapa petugas rumah sakit yang tidak sengaja lewat juga menyaksikan kejadian ini. Bagaimana jika sampai tersebar kabar yang tidak-tidak? Karena bagaimanapun kedua laki-laki yang sedang memegang tangan kanan dan kirinya adalah seorang Nitisemito, dan kini mereka sedang ada di rumah sakit keluarga mereka. Jadi, pegawai mana yang tidak mengenal mereka?
"Ehem. Bagaimana kalau aku pulang sendiri aja?" cicit Sasa takut-takut, mencoba memberikan jalan tengah di tengah kebuntuan yang dibuat oleh Saga dan Biru.
Namun kalimatnya barusan langsung dibalas dengan tatapan tidak suka oleh Saga. Oke, Sasa paham, saat ini Saga ingin dirinya memihak sepenuhnya pada laki-laki itu.
Akhirnya, dengan penuh keterpaksaan, pelan-pelan Sasa mencoba melepaskan pegangan tangan Biru. Seketika itu nampak ekspresi kecewa dari Biru. Namun, apa mau dikata Sasa terlalu takut pada kekasihnya yang seram minta ampun.
"Sa-"
"Maaf Kak, aku pulang sama Kak Saga aja"
Saga memberikan senyuman sinis penuh kemenangan pada Biru yang sama sekali tidak menutupi kekecewaannya. Setelah itu dengan cepat dia menarik Mehrunisa untuk segera meninggalkan Biru.
Sepanjang perjalanan menuju tempat parkir Sasa hanya diam tidak berkutik, percayalah bahwa ini adalah salah satu cara yang digunakan oleh Sasa untuk melindungi nyawanya. Dia takut kalau semakin banyak bicara maka akan semakin membuat Saga marah.
Sesuai dengan namanya-Sagara Geni yang berarti lautan api, saat laki-laki ini sedang marah maka dia sungguh bisa membakar apapun, bahkan hanya lewat tatapannya saja.
Di sisi lain, Saga kini juga sedang berusaha menenangkan gejolak hatinya. Dia berupaya bersikap tenang dan tidak melukai gadis yang tangannya masih dia genggam. Jika kalian pikir Saga sedang dilanda rasa cemburu, maka segera hilangkan pikiran konyol itu. Satu-satunya alasan mengapa Saga merasa sangat marah adalah karena dia tidak suka melihat Biru merasa menang atas dirinya karena berhasil membuat Sasa diam-diam pergi dengannya.
"Dari mana?" tanya Saga dengan nada interogasi sambil dengan santai melepaskan jaket kulit yang ia pakai.
Saat ini mereka sudah sampai di tempat parkir dan berdiri tepat di samping motor kesayangan Saga. Hati Sasa kian cemas karen sadar bahwa di tempat parkir seluas ini sialnya makhluk hidup yang terlihat hanya mereka berdua saja. Bagaimana jika Saga yang sedang marah nekat melakukan perbuatan tidak terpuji?
"Mmmm, i-itu. Habis ...."
Satu alis Saga menukik saat melihat Mehrunisa Embun gelagapan di depannya. Dia tahu gadis ini pasti sedang sangat ketakutan mengakui perbuatannya yang tertangkap basah. Akhirnya, Saga menghela napas pendek lalu lanjut memakaikan jaket kulitnya pada Sasa.
Mendapati perlakuan Saga yang demikian tentu saja membuat Sasa tiba-tiba terserang rasa gugup. Tingkah Saga ini, sungguh jauh dari yang dibayangkan oleh Sasa beberapa detik lalu. Kalian tahukan, Sasa sudah sering bilang bahwa Sagara Geni adalah manusia pengidap kepribadian ganda? Nah, saat ini adalah salah satu contohnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong Confession
Teen FictionSasa sangat menyukai Banyu Biru-kakak kelasnya yang memiliki julukan sebagai Prince Charming SMA Tutwuri. Biru memiliki semua kelebihan yang seharusnya dimiliki oleh laki-laki yang layak disebut idola, dia sangat jenius, tampan, berhati lembut, dan...