12 - Gara-Gara Myta

931 159 19
                                    

~Seperti biasa, pencet bintang dan jangan lupa komen guys~

......

"Ke atas dikit Lim, biar simetris" Mehrunisa memberikan intruksi pada kegiatan yang dilakukan oleh Halim. Saat ini mereka sedang ada di depan mading, menempel selebaran bakal calon ketua osis baru.  Mengingat kini Biru dan jajaran ketua kadiv sudah kelas XII, maka mau tidak mau mereka harus segera lengser dari jabatan dan digantikan oleh pengurus baru.

"Segini, oke?" tanya Halim setelah menggeser kertas dan mengikuti perintah Sasa.

"Meneurut lo gimana, Ya?"

"Nggak tahu. Mata gue silindris, Sa"

"Oh iya, lupa gue" Sasa terkekeh sebentar, dia lupa bahwa Raya memiliki silindris, "yaudah segitu aja Lim"

Setelahnya, mereka bertiga memandang puas pada selebaran yang kini sudah tertempel dengan rapi di dalam mading. Sebenarnya hal semacam ini bukanlah tugas Mehrunisa sebagai wakil sekretaris osis, hanya saja berhubung dia bersahabat dengan Raya dan Halim selaku penanggung jawab mading, makanya dia memilih untuk mengambil alih tugas ini.

"Yaudah, ke kantin yuk. Laper" kata Raya sambil mengapit lengan Sasa dan buru-buru menuju kantin. Sayangnya, rencana mereka untuk segera makan siang sepertinya harus gagal. Karena dari arah depan, kini mereka melihat Bulan dan rombongannya sedang berjalan menghampiri.

Mehrunisa menelan ludah, dia tahu setiap kali dirinya bertemu dengan Rembulan, maka tidak akan pernah ada hal baik yang akan terjadi. Sorot mata galak dari Bulan, sudah cukup menjadi pertanda buruk dan bukti, bahwa gadis itu datang bukan untuk tujuan baik.

"Lo putus sama Kak Saga?" tanya Bulan to the point saat sudah berhadapan dengan Sasa.

"Nggak"

"Jangan boong!"

"Gue nggak bohong" Sasa melepas tangan Raya yang tadi melingkar di lengannya. Dia memandang lurus pada Bulan yang menunjukan aura permusuhan. "kenapa lo nanya gitu? Kak Saga bilang kami putus?" lanjut Sasa.

Sejujurnya, dia sendiri juga tidak mengerti dengan status hubungan mereka. Sasa sudah sering bilang kan, Saga adalah tipikal manusia yang senang sekali memendam segalanya sendiri. Dia terlalu susah ditebak, dan Mehrunisa terlalu sulit memahaminya. Terlalu sulit.

"Kalo lo nggak putus, kenapa belakangan ini Kak Saga nggak pernah nyamperin lo?" Bulan memilih menolak menjawab pertanyaan yang tadi diberikan Sasa, "selain itu, gue lihat-lihat lo makin ganjen sama Kak Biru"

Kentara sekali ada nada ketidaksukaan yang sangat besar dari nada bicara Bulan. Siapapun yang kini sedang menonton mereka dan mendengar kalimat Bulan barusan, tentu akan setuju dengan teori, Rembulan Nitisemito terlalu posesif pada kedua sepupunya.

"Eh Bulan, lama-lama gue curiga lo punya penyakit sister complex ya?" Raya tidak tahan dengan nada bicara Rembulan yang sedari tadi mengintimidasi Sasa.

"Jangan sembarangan lo!" Bulan nampak tidak terima, "sekali lagi lo ngomong macem-macem gue penjarain baru tahu rasa!"

Tentu saja yang barusan itu adalah ancaman yang membuat Raya ciut. Namun, dia tidak ingin menunjukan hal itu pada Bulan. Dia masih sok menatap adik kelasnya tersbeut dengan tatapan pura-pura berani.

Sasa yang tidak ingin masalah ini berlarut-larut dan membuat mereka terus jadi tontonan memilih untuk segera menjawab semua keingintahuan Bulan.

Gadis bermata hitam jernih tersebut membuang napas pendek dan sedikit kasar, "gue kasih tahu sekali lagi, gue nggak putus sama Kak Saga. Soal kenapa akhir-akhir ini Kak Saga nggak nyamperin gue, itu adalah urusan kami dan gak ada hubungannya sama lo," tatapan Mehrunisa masih tidak gentar, lurus, tepat pada mata Bulan. Saat ini ada begitu banyak orang yang memperhatikannya, jika orang-orang melihat Sasa gentar, maka mereka akan menganggap Sasa sebagai gadis yang mudah ditindas. Big no! Sasa tidak mau itu!

Wrong ConfessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang