----
Disarankan untuk tarik napas dulu, biar pas baca nggak emosi jiwa raga.
----
"Sorry Ga, gue tadi dicegat sama Bu Heni pas mau keluar gerbang" terdengar nada bersalah dari kalimat yang diucapkan oleh Jordan. Sedangkan Saga yang berdiri tepat disebelahnya memilih untuk tetap membentuk garis lurus pada bibirnya. Dia terus berjalan sambil menatap ke arah depan.
Saat ini suasana lorong-lorong kelas sudah tidak ramai seperti ketika Saga menyeret Roy, hal ini karena bel masuk Sudah berbunyi, sehingga banyak siswa yang sudah masuk ke kelas masing-masing-mengikuti pelajaran siang yang sangat membosankan.
Lalu, ketika jarak Saga dan Jordan hanya tersisa 3 meter lagi dari ruang BK, tiba-tiba Jordan Kembali membuka mulut, "Roy udah di bawah ke rumah sakit sama Pak Guntur-wali kelas Roy." Saga masih tidak peduli, dia terus melangkah.
"Bu Heni udah nelpon orang tua Roy dan bokap lo" kali ini ucapan yang dikeluarkan oleh Jordan membuat langkah Saga berhenti-meski hanya sebentar. Sebenarnya dia tidak terkejut, sedari awal dia sudah menduga, hanya saja menerima kenyataan seperti ini ternyata tetap saja membuat dirinya merasa tidak senang.
Saga Kembali melangkah meninggalkan Jordan yang telah menyelesaikan tugas dari Bu Heni untuk memanggilnya. Sesampainya di ruang Bk, Saga langsung disambut oleh muka garang Bu Heni dan Pak Ridwan Kamil-Kepala Sekolah SMA Tut Wuri. Saga tahu, kali ini dia tidak akan lolos dari ceramah panjang yang sangat menyebalkan.
Pak Ridwan menggebrak meja dengan sangat kuat, Saga yakin, sebenarnya laki-laki paruh baya itu pasti ingin sekali memukulnya, hanya saja mungkin beliau takut terkena sanksi dari kementerian Pendidikan. Tapi yang jelas, amarah Pak Ridwan jelas jauh lebih besar dari biasanya.
"Jangan mentang-mentang kamu punya latar belakang keluarga ternama lantas kamu bisa semena-mena Saga! Kamu pikir sekolah ini arena gulat kamu?"
Saga memilih diam, tidak berniat memberikan sanggahan apapun. Ya, beginilah sikap Saga yang sebenarnya, dia tidak begitu senang adu argumen jika itu dirasanya tidak penting-jika itu tidak sampai melukai harga dirinya.
Tiba-tiba hening kembali mengambil alih, saat ini sudah pukul setengah 12 siang. Suasana panas di luar bercampur tegang, sangat kental terasa di dalam ruang bimbingan konseling SMA Tut Wuri, apalagi saat tiba-tiba suara langkah kaki heboh masuk ke dalam ruangan tersebut, lalu tanpa apa-apa pemilik langkah tadi langsung menarik kerah Saga dan mencengkeramnya.
Seolah sama sekali tidak terganggu dnegan serangan mendadak barusan, Saga hanya memiringkan kepala dan menatap pandang enteng ke arah Bagas-Papanya. Laki-laki berpakaian rapi itu dengan kasar menghentakan cengkeramnya sambil membuang napas kesal. Mungkin dia sedang menahan diri di depan guru dan kepala sekolah Saga.
"Bikin malu!" desisnya pelan tepat di depan wajah putra semata wayangnya.
Bu Heni dan Pak Ridwan yang tadi marah, untuk beberapa saat sempat merasa khawatir karena melihat ayah Saga tampak menyeramkan-seolah bersiap menghabisi putranya sendiri. Mereka tahu sih, Saga memang telah melakukan kesalahan fatal, dan wajar saja jika orang tuanya sampai marah besar.
"Pak Ridwan, Bu Heni, saya minta maaf atas kesalahan yang telah dilakukan oleh putra saya. Ini salah saya karena tidak mendidiknya dengan benar" papa Saga mulai membuka pembicaraan setelah dia duduk dnegan sempurna di kursinya. Sedangkan Saga yang masih berdiri justru merasa muak dengan basa-basi yang dilakukan oleh pria 40 tahunan tersebut. Untuk Saga, semua kalimat papanya hanya terdengar seperti omong kosong.
Mereka lalu memulai pembicaraan yang semakin membuat Saga kesal dan ingin segera meninggalkan ruangan sempit tersebut. Bagaimana tidak, papanya dengan tidak tahu diri ingin memberikan uang suap pada pihak sekolah untuk menutup kasus ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong Confession
Roman pour AdolescentsSasa sangat menyukai Banyu Biru-kakak kelasnya yang memiliki julukan sebagai Prince Charming SMA Tutwuri. Biru memiliki semua kelebihan yang seharusnya dimiliki oleh laki-laki yang layak disebut idola, dia sangat jenius, tampan, berhati lembut, dan...