Semua siswa SMA Tutwuri baru saja membubarkan diri dari upacara bendera. Sasa yang sedari tadi perasaannya memang tidak baik, kini memilih langsung berjalan ke arah selasar-buru-buru meninggalkan Raya dan Halim yang masih asyik cek-cok di lapangan.
"Eh-eh lihat, Kak Saga""Eh itu Kak Saga kan?"
"Astaga, Kak Saga!!"
Kalimat-kalimat berisik dari para siswi yang ada di belakang Mehrunisa, secara spontan membuatnya menghentikan langkah, lalu berbalik. Ia ingin memastikan bahwa Saga yang mereka sebut adalah benar Saga-nya. Ya, meskipun sebenarnya Sagara Geni memang satu-satunya Saga yang ada di SMA Tutwuri.
Saat mata Mehrunisa melihat Saga ada di ujung selasar dan berjalan ke arahnya, perasaan marah dan kesal yang ia pendam sedari pagi masih tetap bercokol di hatinya. Ia bahkan bertekad akan memarahi Saga, saat nanti laki-laki tersebut ada di hadapannya.
Namun, tekad Mehrunisa hilang seketika saat ia melihat dengan jelas kondisi Saga, ketika laki-laki tersebut baru saja melewatinya. Ujung bibir Saga memar, sepertinya habis mengeluarkan darah dan seragam sekolahnya sudah sangat berantakan.
"Kak Saga!" Mehrunisa berjalan cepat, menghampiri Saga yang baru saja melewatinya begitu saja, dan tetap mempertahankan ekspresi super garangnya.
"Muka Kakak, kenapa?" Tanya Sasa yang kini sudah menunjukan ekspresi sangat khawatir. Tanpa sadar, bagi Mehrunisa, Saga adalah salah satu orang yang kini masuk dalam list orang terdekatnya.
Saga yang langkahnya baru saja dicegat, kini sama sekali tidak mengendurkan ekspresi garang dan galaknya. Bahkan, matanya terlihat siap menyayat siapa saja, termasuk Mehrunisa yang ada di hadapannya.
"Bukan urusan lo" setelah mengatakan kalimat tersebut dengan ketus, Saga langsung kembali melangkahkan kaki, tidak memperdulikan Mehrunisa yang kini terbingung-bingung di tempatnya.
Bukan kah sampai kemarin lusa hubungan mereka masih baik-baik saja?
Bukan kah yang seharusnya marah adalah dirinya, karena gara-gara menunggu janji jemputan laki-laki tersebut ia hampir saja terlambat, dan diomeli habis-habisan oleh Mamanya?"
Lalu mengapa justru laki-laki itu yang kini galak dan terlihat marah?
Berbagai pertanyaan tanpa mampu dicegah, tumbuh begitu saja di benak Mehrunisa Embun. Ia masih tidak bisa memahami sikap Saga yang sering tiba-tiba berubah baik, tiba-tiba berubah jahat, kadang cuek, kadang perhatian. Memusingkan.
Sagara Geni di mata Mehrunisa, seperty mistery box yang isinya sangat sulit untuk ditebak. Entah membutuhkan waktu berapa lama untuk bisa memahaminya.
"Sa, kalian berantem?" Raya yang tiba-tiba sudah ada di samping Mehrunisa, menyenggol bahunya sambil mengajukan pertanyaan dengan penuh penasaran.
Tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini lebih jauh, Mehrunisa hanya mengangkat bahu, sambil mulai kembali melangkahkan kaki menuju kelas.
"Fix sih pasti abis tawuran"
"Muka bekas luka, dan baju acak-acakan sih bukan hal baru. Gak heran, kan dia Sagara Geni Nitisemito"
"Bener tuh, mana mau tau aturan. Bikin pelanggaran segimana juga, sekolah gak akan berani nge'D.O"
"Kira-kira tawurannya sama anak SMA mana ya?"
"Yaudah sih, gausah dipikirin. Orang brandalan kaya Kak Saga juga udah pasti gak mikirin orang-orang kaya kita."
Obrolan-obrolan spekulatif barusan bisa didengar jelas oleh Mehrunisa yang berjalan tepat di belakang gerombolan siswi rumpi tersebut. Sejujurnya, Ia ingin kesal, namun di sisi lain ia juga menyetujui semua kalimat-kalimat barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong Confession
Teen FictionSasa sangat menyukai Banyu Biru-kakak kelasnya yang memiliki julukan sebagai Prince Charming SMA Tutwuri. Biru memiliki semua kelebihan yang seharusnya dimiliki oleh laki-laki yang layak disebut idola, dia sangat jenius, tampan, berhati lembut, dan...