Kembali pada agenda bucin Jevando untuk Maudy. Pagi ini Maudy mengajak Jevando jogging bersama. Dia bilang shift-nya sedang libur. Karena kebetulan juga memang hari minggu, maka mereka memilih tempat berolahraga di sekitaran monas saja.
Jevando dengan senang hati langsung mengiyakan ajakan Maudy. Di benaknya sudah terbayangkan sesi kencan gemas dengan sang pacar. Atau sekedar mengobrol sambil lari bersama. Namun, kenyataannya harapan Jevando musnah. Sebab sepanjang jogging, Maudy malah menyumpalkan kedua telinganya dengan airpods sembari mendengarkan lagu.
Ya bukan apa-apa, tapi mengapa kesannya Jevando seperti betulan hanya menemani Maudy olahraga saja, bukannya sambil pacaran?
"Istirahat bentar, yuk," ajak Maudy.
Jevando setuju. Mereka pun mencari tempat teduh untuk duduk.
"Dari tadi pengen nanya tapi kamu lagi dengerin lagu. Tumben, kamu ngajakin olahraga?" tanya Jevando.
Maudy masih fokus ke ponselnya sambil menjawab, "Ya kepengen aja. Udah lama enggak terus aku ngerasa agak gemukan."
"You still looks beautiful for me."
"Oh really?" Maudy tersenyum sekilas sembari menatap Jevando sebentar. Lalu kembali ke layar elektronik itu lagi.
Pernah tidak, merasa malas melanjutkan konversasi dengan lawan bicara yang terlihat tak tertarik menanggapi celetukan kalian? Mungkin Jevando baru saja merasakan hal itu. Maudy selalu begitu. Biasanya Jevando abai dan lantas memilih diam sambil menikmati paras sang kekasih saja. Tapi sekarang, entah mengapa dia justru memikirkan orang lain.
Kangen Ayumi.
"Astagfirullah!" Sadar. Jevando buru-buru memejamkan matanya lalu menggeleng kuat. Seolah ingin melenyapkan ucapan bawah sadarnya yang barusan.
Maudy sampai melepas atensinya dari ponsel lantaran itu. Sang gadis melihat kekasihnya dengan aneh, "Kamu kenapa?"
"Nggak apa-apa kok. Agak panas aja jadi geleng-gelengin kepala biar lebih dinginan."
Dalam hati Jevando minta maaf karena sudah berbohong kecil ke Maudy.
"Oh. Tapi iya ya panas banget," Maudy menggeser karet rambut di pergelangan tangan lalu mengikat surainya tinggi-tinggi.
Menurut survey, beberapa laki-laki menyukai wanita saat mereka sedang mengikat rambutnya. Jevando juga suka memperhatikan Maudy melakukan itu. Cantiknya nambah.
Sampai tak sengaja fokus Jevando turun ke leher sang kekasih. Ada dua tanda merah yang agak gelap di sana. Membuat kening lelaki itu bertaut.
Nggak mungkin kan....?
"Yang, itu di leher kamu apaan? Kayak bekas lebam gitu?"
Baru mau megang, Maudy cepat-cepat menutup bagian itu dengan tangannya. Gadis itu tertawa canggung, "Hah? Iya, dari pagi nih leher aku pegel banget kayaknya salah posisi bantal deh. Makanya aku ngajakin kamu jogging. Badan aku udah gak fit banget nih dari kemarin. Efek begadang deh. Gara-gara shift malam mulu."
Tumben. Maudy jadi banyak ngomong. Jevando tak membalas lagi. Sementara Maudy bergegas menarik ujung rambutnya ke satu sisi pundak. Menutupi 'tanda' di lehernya.
Ayolah? Sejatinya Jevando tahu itu tanda apa. He's not really new to that. Toh Jevando juga pernah melihat tanda seperti itu di leher teman-temannya.
Hening mendominasi di antara mereka. Maudy mengalihkan tatapan ke ujung jalan. Menghindari presensi Jevando. Kedua jemarinya bergesekan cemas. Kerjapannya juga tak sadar jadi lebih cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] Neophyte
FanfictionTidak sengaja terlibat sebagai objek sosial eksperimen beberapa kali, Ayumi jadi menyadari kalau Jevando itu orangnya baik. Written on: Feb 5, 2022 - June 13, 2022. ©RoxyRough