🍁 Neophyte

1.7K 327 252
                                    

Pagi itu Ayumi langsung menemukan Jevando yang dengan tampannya sudah nangkring di depan kosan saat dia membuka pintu. Jevando bilang akan mengantarkan Ayumi ke kampus secara suka rela. Jadi judulnya adalah pergi kuliah bersama ayang.

Sesampainya di parkiran kampus, Ayumi pun turun dari motor Jevando. Dia refleks berkata, "Makasih yaa."

Namun, pemuda itu serta merta menahan lengan Ayumi. Membuat Ayumi melirik aneh pada pegangan Jevando di lengannya. Perasaan helm yang tadi Ayumi pakai juga sudah di kasih ke si pemilik motor, lalu mengapa lelaki itu menahannya?

"I'm your boyfriend, isn't? Soalnya barusan template kamu berasa kayak lagi ngomong sama abang ojol."

"Ya ampun maaf," Ayumi baru sadar, padahal maksudnya bukan begitu, "Jadi harusnya gimana dong? Mau ciuman? Tapi ini masih di area kampus loh..."

Mendengar itu, Jevando spontan membelalak, sekon kemudian tawanya tersiar, "Yaa nggak ciuman juga sih."

Jevando memasang standar motornya dan mengunci stang sebelum dia lalu ikut berdiri. Pegangannya yang masih bertumpu di pergelangan Ayumi sedari tadi, kini dia turunkan menuju telapak tangan sang gadis. Menautkan masing-masing jemari mereka dalam sebuah genggaman.

Tatapannya berpindah ke manik Ayumi lalu tersenyum manis, "Ayo barengan. Kelas kita kan searah."

Bisa di prediksi bagaimana respon warga kampus melihat itu. Beberapa pasang mata tentu instan melirik pada keduanya, mungkin karena mereka terlalu mencolok sebagai pasangan yang sedang bergandengan tangan di tempat umum.

"Lepas aja nggak sih, Je?"

"Kenapa? Kamu malu?"

"Ya... enggak juga... tapi... hm, fans kamu kan banyak ya, barusan kayaknya mereka keliatan syok banget. Aku merasa agak terancam...."

"You're safe with me, Ay. Pokoknya kalau ada yang gangguin kamu, bilang ke aku. Biar aku yang ngasih peringatan," Jevando berkata serius.

Karena tepat setelah itu, mereka berhenti tepat di depan pintu kelas Ayumi. Keduanya melihat Hasbi baru saja datang dari sisi yang berlawanan. Lelaki itu memasang wajah tak ramah, sebelum kemudian dia masuk ke kelas yang sama.

Tanpa sadar, Jevando mengeratkan genggamannya, "Apalagi tuh orang. Kalau dia berani macem-macem lagi ke kamu, beneran deh, gak akan aku biarin."

Ayumi tersenyum. Dengan sengaja dia menaikkan sebelah tangannya yang masih bertautan dengan milik Jevando itu demi menjawil hidung si mas pacar, "Galak banget, mana nih Jeje-nya Ay yang soft?"

Berkat itu air muka Jevando kembali melembut. Dia balas tersenyum sebelum mendaratkan kecupan di punggung tangan Ayumi yang sedang dia genggam.

"Aduh, pantesan hari ini cerah banget ya. Pagi-pagi udah ada yang uwuan aja di depan kelas," celetuk Sandi. Di sebelahnya ada Windy. Mereka kebetulan juga baru datang dan sontak menghentikan langkah begitu melihat si pasangan baru.

"Udah resmi nih? Selamat deh. Jangan lupa bayar pajak," timbrung Windy.

"Makasih Windy, Sandi," kata Jevando.

Ayumi juga nyengir, "Thanks loh yaa buat lo berdua karena udah jadi sobat gue yang berguna."

"Idih, selama ini kita gak berguna apa buat lu? Kebangetan lu, Yum," cetus Sandi.

"Candaaa. Traktirannya ntar ya, pas istirahat."

Windy cuma memberi jempol. Lalu dia pamit, masuk ke kelas duluan. Sebelum Sandi mengekori, Jevando sempat menahan laki-laki itu buat bilang, "Titip Ayumi ya, bro. Jangan sampe lecet."

[✔️] NeophyteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang